Share

DITAGIH HUTANG

Penulis: Reinee
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-03 09:29:00
Bu Lis begitu keheranan saat melihat Dira pulang siang itu dengan muka ditekuk dan langsung menghempaskan dirinya ke sofa ruang tamu dengan kesal.

"Gimana, Dir? Gagal ya?" tebak wanita tua itu.

"Enggak sih, Bu. Cuma nyebelin banget itu perusahaan. Masa' hanya gara-gara aku pernah nolak saat ditawarin interview sekarang aku dikasih kesempatan training dulu jadi office girl," gerutunya kesal.

"Hah? Office girl? Yang tukang bantu-bantu gitu?" Bu Lis menautkan alisnya, kaget sekaligus jengkel.

"Iya, Bu, itu. Mana tiga bulan lagi, lamaaa," ucap Dira bertambah kesal.

"Lhoh, kamu terima tawaran itu, Dir?" Bu Lis nampak mendelik ke arah anak gadisnya.

"Ya iya lah, Bu. Mo gimana lagi? Aku butuh banget kerjaan, Bu. Lagian setelah tiga bulan nanti kalau aku berhasil melewati masa training, aku langsung bisa ditempatkan ke bagian administrasi kok."

"Iya, Dir. Ibu tau kamu lagi butuh kerjaan. Tapi nggak terus jadi pesuruh gitu juga dong. Buat apa ibu sekolahin kamu tinggi-tinggi kalau c
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Wagirin
orang yg gila harta, dgn bujuk rayu janji2 yg menggiurkan..maka orang yg gila harta akan tanpa pikir panjang..menyerahkan dan mengerahkan segala kemampuan yg dimilikinya..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • AKU BISA TANPA KAMU   TEMPAT KERJA DINDA

    "Gimana, Bram? Ketemu nggak si Denny?" Kudengar tanya Ibu pada suamiku saat aku ingin melangkah ke arah dapur dari kamar anakku. Mas Bram baru saja pulang kerja malam itu dan langsung mendudukkan diri dengan lelah di sofa ruang tengah. "Belum, Bu. Tapi Rifat akan kejar dia sampai ketemu," jelas mas Bram dengan yakin. Setahuku, Rifat adalah sahabat mas Bram dari SMA yang sekarang berprofesi sebagai polisi. Mungkin mas Bram saat ini meminta bantuan dia untuk mencari keberadaan calon suami Dira yang melarikan diri itu. "Tapi Bram, kata Dira, kamu nanti akan menghabis-habiskan uang saja kalau ngejar-ngejar si Denny itu. Belum tentu juga uangnya masih ada di dia. Palingan juga udah habis," ujar ibu mertuaku. "Halah Dira itu tau apa sih, Bu. Dia kan yang bikin semua masalah ini. Percaya saja sama orang nggak yang nggak jelas kayak gitu. Kenalan sama orang nggak pakai diselidiki dulu dia itu siapa. Jangan-jangan dia cuma kenal lewat sosmed lagi," gerutu mas Bram kesal. "Sudah, Bram. Jan

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-04
  • AKU BISA TANPA KAMU   SHOCK THERAPY

    "Hai, Dir," sapa Dinda sambil tersenyum manis dan melambaikan tangannya. Tak bisa disembunyikan lagi bagaimana terkejutnya gadis itu melihat kakak iparnya ternyata juga sedang berada di ruangan itu bersamanya. "Mbak Dinda." Mulutnya berucap tapi nyaris tak terdengar suara. Matanya membelalak seolah tak percaya bahwa dia saat ini berada di sebuah tempat dan sedang melayani kakak ipar yang selama ini bahkan selalu dia anggap seperti pembantu di rumahnya. Dira sampai mengerjapkan matanya beberapa kali untuk memastikan bahwa orang yang dilihat di depannya itu adalah benar Dinda, istri dari kakaknya. "Kok malah bengong? Taruh kopinya di meja Bu Dinda, Dir," kata Hanif tiba-tiba membuyarkan keterkejutan Dira. "Eh, ee iya," ucapnya gugup. Tak menunggu lama, Dira pun segera meletakkan kopi terakhirnya di meja Dinda. Kemudian tanpa permisi lagi, gadis itu segera meninggalkan ruangan dengan langkah cepat hingga membuat beberapa karyawan di ruang marketing yang melihat itu menggeleng-gele

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-05
  • AKU BISA TANPA KAMU   MENGERJAI ADIK IPAR

    "Kenapa? Kamu nggak setuju sama ibu?" Bu Lis mulai melotot ke arahnya. "Enggak juga, santai aja Bu. Kalau ibu memang mau bilang sama mas Bram ya tinggal bilang aja. Mas Bram juga sudah bilang ke aku kok kalau dia lebih seneng aku kerja sekarang," ujar Dinda cuek dan kembali menoleh pada anaknya. "Ayo, Sayang, kita ke kamar," ajaknya kemudian. Sekarang, tinggallah Dira dan ibunya yang melihat sepasang ibu dan anak itu berjalan santai memasuki rumah dengan kesal. . . . Dua hari berikutnya di kantor, Dinda memang tak terlalu mengusik Dira. Namun sifat jail Hanif tentu tak bisa dicegah oleh Dinda. Kakak iparnya itu justru yang lebih bersemangat mengerjai Dira selama mereka di kantor. Apalagi setelah Hanif mendengar langsung cerita-cerita dari Santi, istrinya, tentang bagaimana perlakuan Bram dan keluarganya terhadap Dinda selama ini. "Kenapa selama ini kalian nggak pernah cerita sih sama aku soal itu?" protes Hanif malam itu saat sedang mengobrol dengan sang istri. Lelaki itu me

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-06
  • AKU BISA TANPA KAMU   FITNAH

    Dinda menginjakkan kaki di halaman rumah dan sedikit kaget karena melihat mobil suaminya ternyata sudah terparkir di garasi rumah. Hari ini dia memang pulang agak terlambat karena dari rumah Ema tadi Icha merengek mengajak mampir ke minimarket langganan mereka untuk membeli mainan dan makanan kesukaannya. Melihat sang ayah yang sedang berdiri di ambang pintu rumah, Icha bermaksud untuk menghambur ke arahnya. Namun karena melihat raut muka Bram yang tak enak dipandang mata, Dinda segera saja memegangi tangan kecil anaknya itu lebih erat membuat gadis cilik itu menoleh tak mengerti ke arah ibunya. "Jam segini terus ya kamu pulangnya?" tanya Bram nampak tak suka. Beberapa menit yang lalu, lelaki itu baru menerima laporan dari ibu dan adiknya tentang Dinda yang ternyata bekerja di kantor yang sama dengan Dira. Apa lagi tentunya kalau bukan adiknya itu menjelek-jelekkan kakak iparnya di depan suaminya. Sudah bukan hal yang aneh bagi Dinda. "Ada apa sih, Mas, baru datang kok diomelin?

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07
  • AKU BISA TANPA KAMU   RIFAT

    "Kenapa sih, Din? Dari tadi kayak gak tenang gitu?" Mas Hanif menghentikan langkahku saat kami berdua sedang menaiki tangga menuju ruang meeting di lantai atas. Aku yang memang dari tadi merasa tidak tenang dan curiga dengan ulah adik iparku, Dira, berhenti dan menatapnya ragu. Ngomong nggak ya? batinku. "Ada apa?" tanya mas Hanif lagi. "Enggak, Mas. Aku kok lagi agak heran aja ya sama si Dira. Dari kemarin dia kayaknya ngikutin aja kemana kita pergi." "Dira? Ngikutin kita?" "Iyaa, nggak tau juga sih, Mas. Mungkin perasaanku aja kali ya?" Aku mengedikkan bahu. "Dah ah yuuk, buruan, meeting bentar lagi," kataku kemudian, mengajak mas Hanif segera melanjutkan langkah. "Memangnya ada masalah apa lagi sih kalian?" Sambil berjalan, mas Hanif rupanya belum puas dengan penjelasanku. "Nggak ada, Mas. Ya biasalah, di rumah dia ngadu ke ibunya, ke mas Bram. Trus mereka ngomelin aku. Gitu aja sih kayak biasanya." "Trus ngapain dia ngikutin kita?" "Ih mas Hanif nih. Kan aku juga ngga

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-08
  • AKU BISA TANPA KAMU   SIMPATI

    (BEBERAPA JAM SEBELUMNYA DI KANTOR POLISI) "Lagi dimana, Bro?" Sebuah panggilan telepon dari Bram siang itu menyela pertemuan Rifat dengan beberapa anak buahnya. Mereka sedang membahas suatu kasus di sebuah ruang meeting di kantornya. "Aku di kantor, ada apa?" "Ibu sama adikku ada di kantormu. Tolong ya, aku nggak bisa nemenin soalnya," kata Bram. "Adikmu? Dira? Yang berkasus sama si Denny itu?" "Bukan. Si Lina. Ibu maksa pengen ketemu sama Denny hari ini. Katanya udah nggak sabar. Aku masih ada meeting di kantorku, jadi nggak bisa nemenin mereka." "Oh, kenapa bukan Dira aja yang ke sini? Kan bisa sekalian diminta keterangan." "Dia kerja, Bro. Mungkin dia nunggu surat penggilan aja biar bisa sekalian buat ijin ke kantornya." "Ya juga sih. Oke, oke, aku akan temui ibu dan adikmu kalau gitu. Kamu tenang aja, biar kuurus." "Oke, thanks ya, Bro." "Santai aja," ucap Rifat sebelum Bram mengakhiri panggilannya. Usai sambungan telepon di tutup, Rifat pun segera berpamitan pada a

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-09
  • AKU BISA TANPA KAMU   TUDUHAN YANG KEJAM

    "Dinda belum pulang, Bu?" tanya Bram saat sampai di ruang tengah. Dilihatnya ibu dan kedua adiknya tengah duduk dengan tegang di sofa masing-masing tanpa bicara. "Belum," jawab bu Lis singkat. "Ada apa sih?" Bram mulai mencurigai ada sesuatu yang sedang terjadi di rumah itu. "Ibu tadi jadi pergi ke kantor polisi kan?" tanyanya lagi sambil ikut mendudukkan diri di sofa untuk melepas alas kakinya. "Jadi, Bram. Dan ibu sudah ketemu sama laki-laki nggak tahu diri itu. Untung tadi ada teman kamu si Rifat. Kalau tidak, habis itu si Denny ibu pukulin," kata wanita tua itu antusias. "Hmmm, trus?" Bram menanggapi cerita ibunya setengah hati karena masih sibuk dengan sepatunya. "Yaa gitu. Kata Rifat, nanti Dira akan dipanggil juga sebagai saksi korban." "Iyaa, itu dia sudah bilang juga ke aku." Lalu sejenak suasana hening. Bram yang sekali lagi menyadari ada keanehan di sekitarnya, mulai mengerutkan dahi. "Ini ada apa sih? Tumben pada anteng?" tanyanya keheranan. Lalu terlihat ibu

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-10
  • AKU BISA TANPA KAMU   TAK DITERIMA

    Bukan pukulan mas Bram yang membuatku sangat kesakitan kali ini. Namun hatiku lebih sakit dengan tuduhan bahwa aku telah menyeleweng di belakangnya. Apalagi orang yang dituduhkannya padaku itu adalah mas Hanif, kakak iparku sendiri. Rasanya cukup sudah semua ini. Sampai di sini aku memutuskan untuk tidak akan lagi mau bertahan. Walaupun sebenarnya aku tak tahu menahu apa yang sebenarnya telah terjadi hingga mas Bram begitu tega menuduhku berselingkuh dengan mas Hanif, tapi tanpa perlu bertanya aku sangat yakin jika semua ini pastilah ulah adik iparku, Dira. Berarti kecurigaanku di kantor dari kemarin itu memang benar adanya, Dira sedang merencanakan sesuatu yang jahat padaku. Sepeninggal Rifat, nyatanya bukannya mendekatiku dan meminta maaf, mas Bram justru masuk begitu saja ke dalam rumah, diikuti oleh keluarganya yang lain. Lina dan ibu mertuaku sempat beberapa kali membujuk Icha untuk ikut masuk bersama mereka, namun anakku sepertinya masih terlihat trauma dengan perlakuan ayahn

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-11

Bab terbaru

  • AKU BISA TANPA KAMU   RENCANA LAIN PAK ARNO

    Usai ditemui bu Intan, beberapa myhari berikutnya Hanif menjadi lebih waspada. Percakapan w******p Delisha dengan seorang yang disebutnya notaris yang menyuruh Delisha mengambil berkas-berkas penting di kantornya untuk dipindahtangankan secara paksa itu membuatnya harus ekstra hati-hati. Meskipun kenyataannya, Hanif harus mentertawakan kebodohan orang-orang yang menyangka bahwa perusahaan sebonafid milik pak Arno itu dipikir akan menyimpan berkas-berkas aset penting di kantor. 'Penjahat yang sangat bodoh rupanya,' kata Hanif dalam hati. Pak Arno bukan orang amatir dalam dunia bisnis. Perusahaan yang dirintisnya bertahun-tahun dari nol itu tak mungkin mengamankan berkas-berkas aset berharganya sembarangan. Orangtua itu jelaslah sudah menyimpannya di tempat yang sangat aman. Namun kenyataannya, Delisha memang membabi buta dalam bertindak. Mengincar harta ayah angkatnya dengan caara yang kotor namun tanpa perhitungan. Hingga kemudian hari yang ditunggu Hanif pun tiba. Saat pagi itu di

  • AKU BISA TANPA KAMU   KETAHUAN

    Hanif baru akan menyalakan mesin mobilnya di parkiran sebuah kafe usai bertemu dengan seorang klien malam itu, saat sebuah suara menghentikannya."Pak Hanif, tunggu!" teriakan seorang wanita. Saat Hanif menoleh, ternyata bu Intan sudah ada di samping pintu mobilnya yang kacanya belum sepenuhnya tertutup."Bu Intan? Ngapain di sini?" tanya Hanif keheranan."Pak, saya ingin bicara sebentar. Ini penting, Pak. Menyangkut bu Delisha," ucap wanita itu sedikit terbata. Hanif sontak mengernyitkan dahi. Haruskan dia percaya pada wanita yang ternyata sudah berkhianat pada kepercayaan yang diberikan selama bertahun-tahun oleh pakdhenya itu? Hanif ragu.Melihat ketidakpercayaan dalam sorot mata mantan atasanny

  • AKU BISA TANPA KAMU   KEMBALINYA ICHA

    "Baju-baju Icha mau diapakan, Yah?" Icha sedikit kaget melihat Bram sedang duduk di lantai rumah dan memasukkan baju dan barang-barang Icha ke dalam tas besar."Ke sinilah, Cha. Duduk dekat ayah," ucap Bram.Icha melangkah pelan mendekati ayahnya. Lalu duduk bersila sembari memperhatikan Bram yang hampir selesai memasukkan semua barang ke dalam tasnya."Ayah tau beberapa hari ini kamu sedang mikirin ibu. Kamu pasti kangen kan sama ibu?""Enggak kok, Yah," sahut anak itu."Dengarkan ayah dulu. Ayah ini sudah mengenalmu sejak kamu bayi, Cha. Ayah juga bisa merasakan apa yang kamu rasakan. Sama kayak ibu. Hari ini tadi ayah ketemu sama

  • AKU BISA TANPA KAMU   PENGAKUAN BU INTAN

    Kekacauan di rumah Hanif karena marahnya Santi dan bu Ranti rupanya terbawa oleh Hanif sampai di kantor. Penampilan sang direktur hari itu sangat kusut membuat beberapa staf berbisik-bisik usai menyambutnya."Tolong kumpulkan seluruh staf. Ada hal penting yang ingin saya bicarakan," kata Hanif cepat pada salah satu karyawan sebelum dirinya masuk ke ruang kerjanya.Delisha yang rupanya telah berada di ruangannya itu sedikit kaget melihat kekacauan di wajah Hanif."Ada apa? Kenapa kacau begitu, Hanif?" tanyanya basa-basi. Padahal wanita itu sudah bisa menduga pasti telah ada sesuatu yang terjadi di rumah Hanif hingga lelaki itu nampak sangat kacau pagi itu."Bukan urusanmu!" gertak Hanif. Dia b

  • AKU BISA TANPA KAMU   TERJEBAK

    Kian hari Delisha makin gencar mendekati Hanif. Sementara bu Intan berada pada dilemanya dari hari ke hari. Meski pada awalnya dia tergoda dengan tawaran sang anak angkat pemilik perusahaan untuk merebut kepemimpinan dengan iming-iming sebuah mobil mewah, namun rupanya semakin ke sini hatinya tak tega juga menyaksikan niat jahat Delisha pada Hanif."Tolong hentikan, Bu. Pak Hanif itu orang baik. Ibu jangan libatkan pak Hanif dalam rencana ibu," pintanya siang itu pada Delisha saat wanita itu datang berkunjung ke ruang kerjanya."Siapa sih memangnya yang melibatkan Hanif? Aku hanya memperalatnya saja, bu Intan. Itu beda.""Itu malah lebih menyedihkan, Bu. Saya mohon hentikan saja ini. Pak Hanif itu sangat dekat dengan Pak Arno. Saya yakin jika Anda bisa baik dengannya,

  • AKU BISA TANPA KAMU   KEGELISAHAN ICHA

    Malam itu pukul 12 malam, warung kopi Bram sudah tampak sepi. Lelaki yang sudah mulai sedikit tumbuh jenggot di dagunya itu terlihat sedang membersihkan peralatan kotor sambil sesekali melirik ke anaknya yang duduk termenung di sebuah bangku pelanggan yang kosong.Malam minggu, Bram biasanya membiarkan Icha untuk menemaninya hingga larut. Walau biasanya Icha akan sudah mengantuk saat jarrum jam menunjuk angka 9. Kali ini sedikit berbeda. Anak gadis kecilnya itu berulang kali mengatakan bahwa dirinya belum mengantuk kala Bram menanyainya. Hingga kemudian saat jam menunjuk angka 12, Icha pun masih terjaga menemani sang ayah berjualan.Selesai dengan pekerjaannya, Bram pun melangkah pelan menghampiri Icha dengan dua gelas teh panas di tangannya."Belum ngantuk juga,

  • AKU BISA TANPA KAMU   NEKAT

    Tiga minggu setelah kehadiran Delisha di kantor cabang itu, para karyawan akhirnya sudah menjadi semakin terbiasa dengan kehadirannya. Wanita yang sering berkeliling dan menegur para karyawan yang sedang ngobrol atau bersantai sejenak di sela-sela aktifitas pekerjaan mereka itu bagai momok yang selalu dihindari setiap karyawan di perusahaan cargo milik pak Arno. Meski begitu, tetap saja, ada beberapa orang yang senang sekali mencari muka pada atasan baru yang terkenal sangat sadis dan sok disiplin itu.Hanif sendiri semakin ke sini semakin merasa tak nyaman. Bukan hanya karena kepemimpinannya yang seolah jadi bercabang dengan adanya wanita itu. Namun juga karena sikap Delisha yang terkadang sangat menganggu privasinya.Sebagai lelaki normal, Hanif merasa tak akan sanggup jika terus-terusan mendapat godaan dari putri angka

  • AKU BISA TANPA KAMU   RUMOR

    Meski telah berusaha menjelaskan pada Bram tentang kondisi rumah tangganya dengan sang suami yang telah membaik, nyatanya malam itu Dinda tetap gagal membawa Icha pulang.Padahal sesuai janjinya, Rifat telah mencarikan seorang asisten rumah tangga untuk membantu pekerjaan sang istri. Dinda juga telah berjanji untuk menjadi ibu yang lebih baik lagi. Namun rupanya Icha telah terlanjur nyaman dengan kehidupan barunya bersama sang ayah.Tangis kesedihan tak terbendung lagi saat perjalanan mereka pulang ke rumah. Rifat yang bisa merasakan kesedihan Dinda pun hanya bisa membiarkan wanitanya itu larut dalam tangisan. Tak sedikit pun lelaki itu berniat untuk menghentikan tangisan Dinda. Hanya sebelah tangannya yang sesekali mengusap punggung untuk sekedar menenangkan hati istrinya.

  • AKU BISA TANPA KAMU   BRAM DAN WARUNG KOPI

    Siang itu Bram sudah bersiap untuk menjemput Icha di sekolah saat bu Lis menghadang di depan motornya."Ada apa, Bu?""Kamu mau kemana, Bram.""Jemput Icha lah. Kemana lagi?"Nampak orangtua itu menghembuskan nafas berat."Kenapa sih, Bu?""Ibu kok kangen ya Bram sama Dira. Bisa nggak habis ini kamu anterin ibu ke rumah Dira?""Ke Surabaya? Ya nggak bisa lah, Bu. Ibu kan tahu sekarang aku ada tanggungan ngurus Icha. Ibu pergi sendiri aja deh naik bis. Nanti Bram antar ibu ke terminal atau agen bisn

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status