Aisya hari ini sudah kembali bersekolah lagi, tanda-tanda memar di wajahnya sudah menghilang. Ia melajukan motor kesayangannya menuju sekolah. Kini ia sudah berada di parkiran sekolahnya, ia melepas helm dan bercermin sebentar di spion motornya seraya merapikan rambutnya yang agak sedikt berantakan karena tertiup angin.
"Aisya." Panggil Nisa, sahabatnya. Aisya menoleh seraya melambaikan tangannya pada Nisa yang sedang berlari ke arahnya.
"Gimana, kabar lo?? Udah sehatkan ?" ucap Nisa setelah ia berada di samping Aisya. Aisya mengaku izin sakit kemaren padahal emang sakit benaran sih, abis main baku hantam. Eh emang ada ya, permainan baku hantam. Ah, ya sudahlah.
"Iyalah, makanya gue ada di sini," sahut Aisya cuek.
"Ah lo mah." Kata Nisa. Mereka berjalan beriringan menuju kelas.
"Hai, Sya. Udah masuk nih, kangen gue," itu adalah suara Reno yang baru saja datang.
"Apaan sih, lo. Gue gak kangen sama lo," jawabnya jutek
"Gapapa, Sya. Ntar lo bakalan kangen sama gue," ucap Reno dengan pedenya.
"Udah, sana lo. Ntar ulat keladi ngamuk lagi, liat lo dekat-dekat gue," usirnya karena terlihat di ujung pojokan Siska dan gengnya sedang menatap ke arah mereka berada.
"Loh, apa hubungannya sama dia, Sya. Gue kan gak ada apa-apa sama dia," ucap Reno karena dia memang gak ada hubungam apa-apa sama Siska.
"Ya lo tanya aja dia sendiri," kata Aisya dan berlalu meninggalkan Reno yang bingung.
Aisya masuk ke dalam kelasnya bersama dengan Nisa yang sejak tadi setia berdiri di sampingnya, bell tanda masuk sudah berbunyi mereka bersiap memulai pelajaran seperti biasa.
Saat jam istirahat tiba, kini mereka sudah berada di kantin sekolah menikmati makanan kesukaan mereka yaitu mie ayam dan es jeruk di kantin sekolah, karena jam istirahat sudah tiba.
"Gak terasa ya, bentar lagi kita udah ujian kelulusan," kata Nisa sambil meminum es jeruknya.
"Iya, sedih gue bakalan pisah sama lo, lo kan sobat gue satu-satunya," kata Aisya sambil menatap Nisa sedih.
"Ya, mau gimana lagi. Gue mesti kuliah di Surabaya, ngikut orang tua gue," kata Nisa, karena orang tuanya dipindah tugaskan ke Surabaya mau gak mau, dia juga harus ikut.
"Gak bisa apa, kalo lo tetap tinggal di sini, terus kita kuliah satu Kampus bareng."
"Gue juga maunya, gitu. Tapi orang tua gue gak bakalan ngizinin gue jauh-jauh dari mereka."
"Bakalan, kangen banget gue sama kebawelan lo, Nis." Ujar Aisya
"Eh, kok kita mewek-mewekkan gini sih jadinya. Gue kan masih lama juga pindahnya, ujian sekolah aja belum." Cicit Nisa, supaya sahabatnya gak melow lagi.
"Ya, tetap aja nanti kita jauh, tau."
"Ya, nanti kalo libur kuliahkan gue bisa liburan tempat lo."
"Benar, juga ya." Kata Aisya, mereka segera menghabiskan makanannya karena bell tanda masuk sudah berbunyi, gara-gara kebanyakkan ngobrol jadi lambat deh makannya. Mereka berlari memasuki kelas, bertepatan dengan Pak Seno datang.
=======
Aisya kini sudah berada di parkiran, ia sudah duduk diatas motornya, ia memasang helmnya yang bermotif tokoh Minion. Ia segera menjalankan motornya dengan perlahan, setelah keluar dari area sekolah ia melajukan motornya dengan cepat, tiba-tiba mesin motornya mati mendadak, hampir saja dia oleng. Ia segera menepikan motornya di dekat trotoar, ia mencoba menghidupkan mesin motornya kembali tetapi tidak bisa.
"Aduh, kenapa pake acara mogok sih ini motor," gumamnya sambil memukul jok motornya.
"Mana Bengkel masih jauh lagi. Apes banget gue. Masa gue harus dorong ini motor," katanya, kemudian ia merogoh ponsel yang berada didalam kantong tasnya, untuk menghubungi salah satu Abangnya, ketika melihat ponsel ternyata ponselnya udah mati habis batrei gegara dia lupa mencharge tadi pagi.
"Ini juga hp, pake mati segala lagi. Sial banget gue. Padahal tadi pagi gue keramas deh mandinya," katanya. Lah apa hubungannya coba mandi keramas sama motor mogok dan hp mati . Dasar Aisya kadang rada gak jelas dia.
"Gini banget nasib gue, cantik-cantik masa dorong motor mana ini dah mau hujan lagi," ocehnya sambil berjalan mendorong motornya.
Tiba-tiba terdengar bunyi klakson dari arah belakang, karena gak berhenti-henti itu bunyi klakson, Aisya mulai kesal dan menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang.
"Apaan sih, berisik banget gak tau apa orang capek juga, jalan sambil dorong motor lagi," semburnya. Orang tersebut membuka helmnya "hai" ucapnya sambil tersenyum manis.
"Butuh bantuan gak?" Tawar Reyhan yang sejak tadi ngikutin Aisya.
"Gak butuh." Jawab Aisya cuek
"Beneran nih, bentar lagi turun hujan loh,"
"Motor lo, tinggal di sini aja nanti teman gue yang ngurusnya dan ngantarin motor lo ke bengkel, lo biar gue yang antarin." Aisya nampak berpikir untuk menerima tawaran Reyhan.
"Tenang aja, gue gak ada niat jahat kok." Katanya seakan tahu akan apa yang dipikirkan Aisya.
"Cepatan naik!!. Bentar lagi hujannya turun." Serunya sambil menepuk jok belakang motornya, Aisya menatapnya sebentar dan mengangguk.
Aisya naik ke atas boncengan Reyhan, ia merima tawaran Reyhan untuk mengantarkannya pulang. Ia berpegangan di jaket yang Reyhan gunakan. Baru saja Reyhan melajukan motornya, hujan dengan derasnya mengguyur mereka. Reyhan menepikan motornya di sebuah Ruko yang terlihat kosong untuk berteduh.
Mereka berteduh di sebuah ruko kosong, sambil menunggu hujan reda Aisya duduk di sebuah kursi kayu yang berada di depan ruko tersebut. Ia menutupi bagian depan tubuhnya dengan tas, sebab seragam sekolahnya basah, dan tembus pandang. Reyhan yang melihat Aisya menutupi tubuhnya dengan tas segera melepaskan jaket yang ia pakai dan memberikannya pada Aisya.
"Pake ini!!" Seru Reyhan, Aisya mendongakkan kepalanya untuk menatap Reyhan, dan mengambil jaket yang dipegang Reyhan lalu memakainya.
"Terima kasih." Ucapnya setelah memakai jaketnya.
"Sama-sama." Balas Reyhan sambil tersenyum menatap Aisya.
Sudah satu jam lebih mereka berteduh tetapi hujannya masih belum reda juga, malah semakin deras hujannya. Aisya sudah menggigil kedinginan, mana laper lagi, ia belum makan siang dari tadi cuma makan semangkok mie ayam di sekolah.
"Hujannya tambah deras, gimana ini??" Kata Reyhan sebab hari mulai semakin gelap, hujannya tak kunjung reda juga.
"Kita pulang aja, Bang." Jawab Aisya, ia mulai takut.
"Lo gak papa, kalo hujan-hujanan. Ntar sakit." Ucapnya seraya menatap Aisya.
"Gakpapa, Bang. Daripada kita kejebak hujan di sini sampai malam."
"Ya udah, lo pakai ini aja," kata Reyhan sambil menyerahkan sebuah mantel berbentuk baju pada Aisya.
"Terus, Abang pakai apa??" Tanyanya karena, ia hanya melihat mantelnya cuma ada satu.
"Gue gak apa-apa begini aja," jawab Reyhan
Aisya segera memakai jas hujan yang diberikan Reyhan tadi, walaupun jas hujannya agak kebesaran di badannya. Ia segera menghampiri Reyhan yang sudah duduk di atas motornya, lalu naik ke atas boncengan Reyhan. Reyhan melajukan motornya dengan pelan sebab hari sudah mulai gelap, dan hujan masih deras, jalanan juga di penuhi oleh genangan air.
Reyhan menggigil, badannya gemetar karena kedinginan apalagi dia duduknya di depan sambil mengendarai motornya, tak berapa lama mereka sampai di depan rumah Aisya yang nampak terlihat sepi. Aisya turun dan melepas jas hujan yang ia pakai. Reyhan juga turun, Aisya menyuruh Reyhan untuk mampir dulu sebentar sebab Reyhan kelihatan pucat dan tubuhnya menggigil, Aisya kan gak tega kalo nyuruh dia langsung pulang apalagi Reyhan begitu karena ngantarin dia pulang hujan-hujanan.
Aisya menyuruh Reyhan masuk, ia pun segera memanggil Bunda dan Ayahnya, serta Abang-Abangnya tetapi tidak ada yang menyahut alias mereka semua sedang tidak ada dirumah.
Aisya menyuruh Reyhan duduk di ruang tamu, ia masuk ke kamar Abangnya dan mengambil satu potong pakaian Abangnya untuk Reyhan. Aisya keluar dari kamar Abangnya dan memberikan baju tersebut pada Reyhan. Reyhan izin ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Aisya pun masuk ke kamarnya.
Tiba-tiba terdengar suara teriakan beberapa orang dan gedoran di pintu rumahnya. Aisya berlari kearah pintu dan membukakan pintu rumah. Terlihat ada beberapa warga berada di teras rumahnya.
"Nah, ini dia orangnya," ucap salah satu warga yang berada di teras rumahnya
"Ada apa ya, Pak??" Tanya Aisya
"Apa benar kamu memasukan seorang laki-laki ke dalam rumah, saat orang tuamu tidak berada di rumah??" Tanya Pak Sobri yang menjabat sebagai ketua Rt di kompleks mereka.
"Eeh, tapi saya sama Bang Reyhan tidak ngapa-ngpain, Pak. Saya hanya menyuruhnya masuk untuk berteduh dan mengganti baju sebentar" jawab Aisya jujur. Sebab dia juga tidak tahu kalo orang tuanya sedang tidak berada dirumah, apalagi dari tadi ponselnya mati.
"Pasti mereka berbuat yang tidak-tidak di dalam rumah ini," ujar Pak Rudi, yang tidak menyukai Aisya sebab dulu Aisya pernah memergoki anaknya mencuri ponsel di toko Bu Indah, dan melaporkannya.
Bersambung....
Di sinilah Aisya dan Reyhan duduk, di ruang tamu rumah Aisya dan di kelilingi oleh beberapa warga, mereka menuduh Aisya dan Reyhan telah berbuat mesum. Karena mereka hanya berdua saja di rumah, karena orang tua Aisya dan Abang-abangnya sedang tidak berada di rumah. Aisya sudah menjelaskan kalau dia hanya membantu Reyhan dan meminjamkan baju Abangnya sebab baju Reyhan basah terkena air hujan pas saat mengantarnya pulang. Tetapi para warga di sana tidak percaya dan tetap kekeh menuduh mereka berbuat yang tidak- tidak. "Saya, berani bersumpah. Bapak-bapak. Saya tidak mungkin melakukan hal sekeji itu," kata Aisya, ia tetap membela diri karena merasa tidak bersalah. Tetapi warga semakin gencar menuduhnya apalagi Pak Rudi semakin mengompori mereka dengan kata-kata yang menyudutkan Aisya. "Apa yang di katakan, Aisya semuanya benar. Saya hanya menumpang untuk meminjam baju dan berganti pakaian itu saja." Ujar Reyhan membenarkan perkataan Aisya. Tapi para warga
Reyhan duduk di tepi ranjang sambil meringis memegang sudut bibirnya yang berdarah, Aisya datang membawa kotak P3K. Ia mendekati Reyhan dan membantu mengobati luka suaminya itu dengan pelan. "Maafin, bang Andra ya, Bang." Ujarnya. Ia merasa tidak enak karena dia Reyhan sampai babak belur. "Hmm, gapapa, Sya. Mungkin kalo Abang jadi Andra akan melakukan hal yang sama," kata Reyhan sambil meringis menahan perih luka di sudut bibirnya. "Ya, sudah Abang istirahat saja di kamar, Aisya mau keluar sebentar," ujarnya setelah selesai mengobati Reyhan. Reyhan hanya menganggukkan kepala, dan berbaring di ranjang Aisya. "Bunda, sedang apa?" Tanyanya, kini ia berada di dapur untuk membuang air bekas membersihkan luka Reyhan. "Bunda, lagi masak Ayam kecap sama tumis kangkung," "Reyhan, bagaimana keadaan Reyhan?" Bu Dewi menanyakan keadaan menantunya. "Aisya, suruh Bang Reyhan istirahat di kamar, kayanya lukanya masih saki
Aisya terbangun dari tidurnya karena merasa perutnya lapar, ia melirik jam yang menempel di atas didinding, sudah jam 9.00 malam. Aisya mengedarkan pandangan tak ditemuinya Reyhan. Ia pun melangkah keluar dari kamar dan tetap sama, ia tak menemukan Reyhan.'Apa dia belum pulang sejak dari tadi' gumam Aisya.Aisya beranjak ke dapur, ia membuka lemari es yang berada didapur Apartement Reyhan, ternyata isinya kosong melompong, gak ada makanan yang bisa ia makan. Cacing-cacing di perutnya sudah pada protes minta jatah lagi. Reyhan juga kemana, jam segini belum pulang, gak tahu apa dia kalau istrinya lagi kelaparan dirumah.Aisya kembali masuk ke kamar, ia membuka tas kresek yang berisi jajanan yang dia dan Reyhan beli sewaktu di jalan tadi. Hmm makan ginian mana bakalan kenyang. Setelah habis memakan jajanannya, ia segera meneguk air mineral dalam kemasan yang sisa setengah.Ia memutuskan untuk menonton Tv saja, sambil menunggu Reyhan pulang
Lanjutan Bab 9 ya, kemaren langsung kepencet publish gara-gara batrei hp saya low. Mau mengedit layarnya kok gak bisa geser jadi ya sudah lanjutnya di sini saja. Eh malah curhat lagi. Ya udah nih lanjutannya.======="Sini, biar Abang bantu," Reyhan dengan sigap mengambil dan menyusun belanjaan mereka, sedangkan Aisya masih duduk di atas kursi ia kelelahan.Tak berapa lama Reyhan duduk di samping Aisya."Udah, selesai?" Tanya Aisya"Iya, sudah." Jawabnya sambil meminum air mineral dalam kemasan yang ada di atas meja."Kamu bisa masak, Sya??" Ia menatap Aisya."Gak bisa, Bang. Kalo mie instan bisa," jawabnya"Terus, bahan-bahan yang kita beli tadi, siapa yang mau masak?" Ia kira Aisya bisa masak jadi dia ambil-ambil aja itu, seperti ayam, ikan, daging, dan sayuran dia ambil."Hmm, nanti Aisya yang masak,"" Katanya, gak bisa masak. Gak usah di paksakan kalo gak bisa." Ujar Reyhan"Nanti, masaknya
"Mami." Seru Reyhan kaget.Reyhan dan Aisya langsung melepaskan pelukan mereka. Aisya juga lupa kalau ada Bu Rasti masih berada di sana. Ia jadi kikuk dan menundukan wajahnya. Agak sedikit malu-malu meong."Kok mami bisa di sini?" Ujar Reyhan yang membuat mata Bu Rasti melotot kearahnya."Kenapa, Mami gak boleh gitu datang kesini!?""Bukan begitu, Mi. Maksud Reyhan..""Apa!?" Kata Bu Rasti memotong ucapan anaknya."Cepat, jelaskan pada Mami. Apa kalian tinggal bareng berdua disini?""Iya." Reyhan dan Aisya menjawab berbarengan sambil menganggukan kepala mereka."Apa!?. Astagfirullah, Reyhan apa yang sudah kamu lakukan. Ya Allah Reyhan." Ujarnya pada Reyhan."Sabar, mi. Ini semua gak seperti apa yang Mami pikirkan.""Gak seperti pikiran mami gimana? Laki-laki dan perempuan tinggal satu atap bersama tanpa adanya ikatan, orang-orang pasti akan berpikiran yang tidak-tidak, apalagi mami melihatnya dengan kepala
"Abang, kapan datang?" Tanya Aisya yang baru saja keluar dari kamar mandi."Tadi, pas kamu lagi tidur.""Oh.""Kita shalat Magrib bareng mau!?" Tawar Reyhan."Boleh.""Ya udah, Abang ambil wudhu duluan ya." Kata Reyhan."Ok."Reyhan berjalan menuju kamar mandi dan segera berwudhu. Selesai Reyhan berwudhu Aisya segera masuk ke kamar mandi untuk berwudhu.Mereka melaksanakan shalat Magrib bareng, dan Reyhan sebagai imamnya. Ini pertama kalinya mereka bisa shalat bersama. Biasanya sendiri-sendiri. Setelah selesai shalat Aisya meraih tangan Reyhan dan menciumnya, sedangkan Reyhan mencium kening istrinya.Walaupun pernikahan mereka, menikah karena terpaksa tetapi mereka berdua berusaha untuk mempertahankan dan menjalankan kewajiban mereka masing-masing. Tak berapa lama setelah mereka merapikan peralatan shalat mereka, terdengar suara pintu kamar mereka di ketok.Tok tok"Reyhan, Aisya ayo
Hari ini Aisya pergi bersekolah, ia di antar oleh Mang Dadang supir keluarganya Reyhan, sebab Reyhan pagi-pagi harus pergi kekantor karena ada pekerjaan mendadak.Sesuai janjinya kemaren hari ini pulang sekolah dia akan kerumah orang tuanya. Aisya sudah meminta izin dengan suaminya, dan Reyhan mengizinkannya. Dan pulangnya nanti Reyhan yang akan menjemputnya.Aisya sudah berada dihalaman rumahnya, ia memandang sekeliling halaman rumahnya. Ah dia rindu ini semua, padahal baru beberapa hari gak tinggal disana. Ia menuju pintu dan membukanya."Assalamu'alaikum.""Bunda.!!" Panggilnya, gak ada sahutan dari dalam, ia pun segera mencari Bundanya itu di tempat favorite Bundanya itu, yaitu didapur. Dan ia menemukannya, Bu Dewi sedang memasak.Aisya langsung saja berlari dan memeluk wanita kesayangannya itu dari belakang dan membuat sang Bunda terjengkit kaget."Astagfirullah." Kaget Bu Dewi"Bunda, Aisya kangen." Ka
Kini Aisya sedang berada di rumah orang tuanya. Ia baru saja pulang sekolah dan sudah mendapat izin dari Reyhan untuk mampir di kediaman orang tuanya."Assalamualaikum, Bunda.""Walaikumsalam." Sahut Bu Dewi"Kamu sama siapa, Sya?""Sendiri aja, tadi naik angkutan umum, Bun.""Udah izin sama Nak Reyhan, belum?""Udah dong, Bun. Makanya Aisya kesini.""Hmm, bagus lah. Sana ganti baju dulu, terus makan." Titah Bu Dewi pada Aisya."Siap Nyonya Ratu." Aisya mencium pipi wanita kesayangannya itu, dan berlari memasuki kamarnya.Aisya mencuci muka, kaki, dan tangannya lalu berganti pakaian. Ia keluar dari kamarnya menuju dapur, ia ingin segera makan cacing-cacing diperutnya sudah pada teriak minta di beri makan.Ia membuka tudung saji, disana sudah ada ikan goreng, sayur bayam, tempe tahu, dan sambal. Aisya mengambil segara mengambil sebuah piring lalu mengisinya dengan nasi dan lauk pauknya
Putra Aisya dan Reyhan yang bernama Rasya kini usianya sudah menginjak tiga tahun. Saat ini Aisya sedang sibuk di dapur rumahnya membuat sarapan untuk anak dan suami tercintanya. Aisya membuat nasi goreng dengan tambahan telor ceplok setengah mateng, kesukaan Rasya. Anak Reyhan dan Aisya itu sangat menyukai olahan telor ceplok yang kuning telurnya setengah mateng.Usai membuat sarapan Aisya membangunkan suami dan anaknya."Abang, bangun...!" Aisya menepuk-nepuk lengan suaminya."Emm, cium dulu!" Ucap Reyhan dengan suara serak khas bangun tidur."Iss, manja banget deh. Buruan bangun ntar telat lagi ke kantornya.""Makanya cepatan cium dulu!"CupAisya mencium pipi suaminya."Bukan cium pipi, sayang. Tapi ini!" Reyhan manyun sambil menunjuk bibirnya."Gak, gak. Buruan mandi, atau gak ada cium sama sekali.""Dasar galak." Gerutu Reyhan, sambil menyingkap selimutnya, lalu duduk."Ngomong apa barusan?" Aisya melotot galak ke
Reyhan mondar mandir dengan gelisah di depan sebuah ruangan, penampilannya terlihat kacau dengan pakaian yang penuh oleh noda darah. Sudah 30 menit yang lalu Aisya berada di dalam ruangan tersebut. Reyhan juga sudah menghubungi kedua orang tua beserta kedua mertuanya.Pak Ali dan Bunda Dewi sudah sampai di rumah sakit, dengan tergopoh-gopoh Bunda Dewi berlari menghampiri menantunya yang terlihat kacau itu."Bagaimana keadaan Aisya, Rey?" Tanya Bunda Dewi dengan bercucuran air mata. Setelah menerima kabar dari Reyhan bahwa Aisya menjadi korban tabrak lari, Bunda Dewi tak henti menangis."Belum tau, Bun. Reyhan juga masih menunggu kabar selanjutnya dari Dokter.""Ya Allah, Aisya...."ucap Bunda Dewi, ia terus menangis."Sabar, Bun. Kita berdoa saja semoga Aisya tidak kenapa-kenapa, dia anak yang kuat." Ucap Pak Ali lalu memeluk Bunda Dewi, dan menenangkan istrinya itu."Maafin Reyhan yah, bun. Gak bisa jagain Aisya." Ucap Reyhan pelan."Ini bukan salah kamu,
Pagi ini Aisya dan Reyhan sedang jalan pagi di kompleks perumahan, kata orang-orang jalan di pagi hari saat hamil besar bisa memudahkan proses persalinan nanti. Apalagi saat ini usia kehamilan Aisya sudah memasuki usia delapan bulan, hanya menunggu beberapa minggu saja mereka akan segera menimang bayi mungil mereka."Bang, pengen itu!" Aisya menunjuk salah satu pedagang makanan. Biasanya saat pagi begini di komplek perumahan mereka banyak yang berjualan sarapan."Ayok, kita kesana." Ajak Reyhan sambil menuntun tangan Aisya ke tempat yang di tunjuk oleh Aisya.Reyhan mengambil satu kursi plastik dan menyuruh Aisya untuk duduk, kan kasian kalau bumil berdiri."Kamu tunggu di sini ya, Abang mau pesan dulu.""Iya, Bang.""Mang, lontong sayurnya dua, ya!" Pesan Reyhan pada Mamang penjual lontong sayur."Oh, iya mas. Tunggu sebentar, ya." Ucap Mamang tersebut, sebab dia bersama sang istri masih sibuk melayani pembeli."Iya, Mang." Sahut Reyh
Aisya berlari mengikuti Reyhan yang sedang menarik koper miliknya. Hari ini mereka akan berangkat ke Surabaya."Pelan-pelan dong, yank! Gak usah lari-lari." Ucap Reyhan, saat suaminya itu menoleh ke arah belakang."Abisnya, Abang jalannya cepat betul, kaya kereta aja." Kata Aisya cemberut, Reyhan yang melihat wajah Aisya cemberut jadi gemes dan mencubit pipi istrinya dan menciumnya bertubi-tubi."Hei-hei... kalian ini!! Mau berangkat sekarang apa mau mesra-mesraan dulu?" Sontak Reyhan berhenti menciumi wajah Aisya, dan menatap Mami Rasti yang sedang berdiri di samping mereka. Aisya menundukan wajahnya yang sudah memerah."Ya, mau berangkat sekaranglah, Mi." Jawab Reyhan."Ayok, sarapan dulu....!" Mami Rasti merangkul Aisya."Kalian hati-hati di sana, ya. Kalo udah nyampe jangan lupa kabarin, Mami." Ucap Mami Rasti, saat Reyhan dan Aisya berpamitan."Iya, Mami. Kita berangkat dulu ya Mi, Pi." Reyhan dan Aisya bergantian mencium punggung ta
Aisya duduk di sofa yang ada di kamar sambil memakan keripik kentang, tadinya Aisya dan Reyhan ingin pulang ke rumah orang tua Reyhan, tetapi tiba-tiba saja hujan turun dengan deras. Reyhan yang baru keluar dari kamar mandi menoleh ke arah istrinya yang sedang sibuk mengunyah keripik kentang."Kamu, udah gak merasa mual-mual lagi, Yang?" Kata Reyhan, sebab selama berada di rumah orang tuanya Aisya sama sekali tidak ada mual dan muntah."Gak, Bang. Malahan aku lapar terus ini." Sahut Aisya."Baguslah, yank. Kamu mau makan apa, yank?""Aku mau bakso, Bang." Waduh, pagi-pagi begini mana ada yang buka tukang bakso, batin Reyhan."Yang lain aja, Sayang. Ini masih pagi belum ada yang buka tukang Baksonya.""Hmm, Aisya mau makan nasi goreng aja, deh. Tapi yang bikin Abang.""Abangkan, gak bisa masak, yank.""Yah, padahal Dedeknya pengen makan nasi goreng buatan, Papanya." Ucap Aisya lesu.Tak tega melihat wajah istrinya yang
Reyhan segera berlari keluar dari ruang kerjanya dan masuk ke kamar di mana Aisya sedang menangis sesegukan."Kenapa, sayang?" Kata Reyhan saat dia sudah duduk di samping Aisya."Abang kenapa tinggalin, aku." Ucapnya masih sambil menangis."Abang gak ke mana-mana kok, Sayang." Reyhan merengkuh tubuh Aisya dan memeluknya."Tapi, tadi Abang gak ada di kamar.""Iya, Abang tadi ke ruang kerja sebentar. Udah jangan nangis lagi, donk. Nanti cantiknya ilang." Ucap Reyhan seraya menghapus air mata di pipi Aisya."Jadi, Aisya jelek gitu." Sungut Aisya"Istri Abang cantik, selalu cantik. Udah jangan nangis lagi, oke." Bujuk Reyhan."Hmm, Aisya pengen ke tempat Bunda.""Iya, besok kita ke tempat, bunda. Sekarang Bobo lagi," bujuk Reyhan."Tapi janji, besok kita ke sana.""Iya, Sayang. Tidur lagi, ya.""Iya, tapi peluk. Abang jangan pergi-pergi lagi.""Iya, Abang gak ke mana-mana. Abang d
"Sayang, bangun....!" Reyhan membangunkan Aisya."Hmm....!" Aisya hanya bergumam dan merapatkan selimutnya kembali."Ayok, bangun, yank. Udah siang lho."Aisya membuka matanya, tetapi tiba-tiba saja, perutnya terasa mual. Aisya ingin turun dari atas ranjang dan segera ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya. Tangan Reyhan menahan tubuh Aisya yang ingin segera turun dan....Hoek... hoek.... hoek....Aisya memuntahkan isi perutnya di atas ranjang, karena sudah tidak bisa menahan rasa mualnya. Aisya memuntahkan semua isi perutnya sampai terlihat lemas dan mukanya pucat."Ya Allah, Sayang. Kenapa muntah di sini, sih?" Ucap Reyhan yang terlihat jijik melihat bekas muntah Aisya.Aisya tidak menanggapi ucapan Reyhan, Aisya lemas rasanya dia sudah tidak punya tenaga untuk menjawab pertanyaan suaminya. Aisya turun dari atas ranjang dengan tertatih, tubuhnya lemas tetapi, ia ha
Setelah tiga hari di rumah sakit, Aisya hari ini sudah diperbolehkan Dokter untuk pulang. Reyhan mengemasi dan memasukan pakaian kotor Aisya selama berada di Rumah Sakit ke dalam koper."Abang, udah belum?" Tanya Aisya pada Reyhan."Bentar lagi selesai, kenapa?""Aisya mau ke kamar mandi, dulu.""Oh, ayok Abang bantu."Dengan sigap Reyhan membantu istrinya ke kamar mandi. Aisya bukan gak bisa ke kamar mandi sendiri, tapi kemaren pas dia mau buang air ke kamar mandi, hampir terpeleset, untung ada Reyhan yang dengan sigap menangkap tubuh istrinya yang hampir jatuh terpeleset. Kan bisa bahaya,buat keselamatan anaknya Maka sekarang dia meminta bantuan pada Reyhan.Reyhan menutup pintu kamar mandi, dan menunggu Aisya yang sedang buang air.Pintu terdengar diketok, Bu Dewi dan Pak Ali masuk ke ruang rawat Aisya dan mendapati menantunya yang sedang berdiri di depan pintu kamar mandi."Loh, Rey. Aisya mana?" Tanya Bu De
Reyhan sampai di rumah sakit, ia berlari memasuki rumah sakit sambil menggendong Aisya."Suster, tolong istri saya." Teriak Reyhan pada Suster yang berada di sana.Dengan sigap Suster tersebut menyuruh Reyhan membaringkan Aisya di sebuah brangkar, lalu mendorongnya menuju UGD. Saat sampai di depan pintu UGD, Reyhan ingin ikut masuk ke dalam tapi ditahan oleh perawat."Maaf, Pak. Bapak tidak bisa ikut masuk." Ucap perawat tersebut menahan tubuh Reyhan yang ingin ikut masuk."Tapi, Sus...?""Bapak berdoa saja semoga istri Bapak, baik-baik saja." Ucap Suster tersebut."Tolong istri saya Dokter." Kata Reyhan pada Dokter yang akan menangani Aisya. Sebelum pintu ruangan UGD itu ditutup.Reyhan segera menghubungi kedua orang tuanya dan mertuanya kalau mereka berada di rumah sakit. Ia takut terjadi apa-apa dengan istri kecilnya itu.Tak berapa lama, Pak Hadi dan Bu Rasti datang, mereka segera menghampiri Reyhan yang seda