Empat tahun kemudian ….
“Jangan telat, jangan cari gara-gara. Ingat ini hari pertama kerja,” ucap seorang laki-laki dari telepon.
Elaine sedang merapikan kemejanya. Kemudian menatap wajahnya, menilik apakah makeup yang sudah dia poles itu tidak berlebihan.
“Iya. Ini aku lagi siap-siap,” ucap Elaine lalu dia menyemprotkan parfum miliknya.
“Sarapan jangan lupa. Kalau gitu aku tutup dulu, ya. Love you,” pungkas laki-laki itu.
“Hmm….” Lalu Elaine menutup panggilan itu, tak membalas kata terakhir yang diucapkan oleh seseorang yang ada di seberang telepon.
Elaine menghela napas dan memejamkan matanya. Padahal sudah empat tahun mereka menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih … yang dijodohkan. Tapi Elaine sulit untuk menerimanya. Padahal Tirta sudah banyak berubah, dia bisa sedikit bertanggung jawab. Walau sifat memaksanya itu masih belum bisa dia hilangkan.
Saat ini Tirta bekerja di Surabaya, sudah sekitar enam bulan dia kerja di s
Aloha! Dengan ekstra bab terakhir ini, cerita After The Heartbreak telah selesai. Terima kasih kepada para pembaca setia kisah Elaine. Semoga kalian sehat selalu. Kalian bisa ambil pelajaran baik dari cerita ini, dan buang jauh-jauh hal negatifnya, ya. Hari ini aku mau pamit undur diri, ya. Eits … tapi nanti aku akan buat cerita baru. Semoga kalian berkenan mampir ke cerita baruku. Terima kasih banyak. Oiya selamat hari raya Idul Fitri untuk teman-teman yang merayakan. Mohon maaf jika aku ada salah selama membuat karya ini. Bye-bye! See you on next story <3 Follow ig aku di @mayuunice.feli
Halo, selamat pagi, siang, sore, malam. Aku mayuunice, author dari After The Heartbreak. Ingin membagikan informasi bahagia untuk kakak-kakak pembaca setia After The Heartbreak. Sebelumnya aku mau mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kakak-kakak, pembaca setia After The Heartbreak. Karena antusiasme dari kakak-kakak sekalian yang ingin kisah Elaine dan Darell dilanjutkan. Maka aku akan membuat season dua untuk perjalanan kisah mereka berdua. Terharu banget dapat respon positif dari kakak-kakak sekalian :"). Jadi ... mulai hari ini aku akan update kelanjutan cerita di antara mereka. Apakah Darell bisa merebut kembali Elaine dan menggagalkan perjodohan antara Elaine dengan Tirta? Dan apakah Elaine mau menerima Darell kembali? Simak kisah mereka sesaat lagi~.Terima kasih <3 Salam sayang, mayuunice ^w^
Suara lenguhan mendominasi kamar apartemen yang cukup besar. Nampak seorang laki-laki dan perempuan sedang melakukan aktivitas panas di atas ranjang. Entah sudah berapa lama mereka melakukan hal itu. Yang pasti keringat sudah bercucuran di tubuh mereka. “Oh … aku sampai,” lenguh perempuan berambut pirang. “Kita lepaskan bersama, Sayang,” balas laki-laki yang sedang di atasnya. Ia mempercepat iramanya, sampai mereka memekik berdua mencapai puncak bersama. Kini laki-laki itu membaringkan tubuhnya di samping sang perempuan. Napas mereka tesengal-sengal, merasa lelah dengan aktivitas yang baru saja mereka lakukan. Setelah dirasa tenaganya terisi kembali, sang laki-laki beranjak dan mulai mengenakan pakaiannya. “Tidak ada ronde selanjutnya?” goda perempuan itu. “Nope. Aku harus kembali,” jawabnya sambil mengancingkan kemeja. Perempuan itu memajukan bibirnya, kesal. Padahal dia masih ingin bercinta dengan laki-laki itu. “Oh, come on,
“Gimana hubungan lo sama Tirta, kapan nikahnya?” tanya Darell.Sekarang Darell sedang bersama Elaine di apartemennya. Tadi saat Darell hendak pulang, dia melihat Elaine yang sedang menunggu di drop point depan perusahaannya. Ya, gadis itu berhasil masuk dan diterima menjadi karyawan di perusahaannya. Darell ingat betul bahwa ini adalah cita-cita sang gadis saat sudah lulus kuliah nanti. Seolah tak ingin kehilangan kesempatan, Darell langsung membawa Elaine masuk ke dalam mobilnya.Saat Darell menarik Elaine masuk mobilnya tadi, gadis itu sangat terkejut ketika mendapati Darell di hadapannya. Namun Darell tak menghiraukannya, toh Elaine pun tak menolak ketika dirinya mencoba menarik dan sekarang berakhir di apartemennya.Mendengar pertanyaan Darell barusan, Elaine menautkan alisnya. Kenapa dia tahu perihal rencana pernikahannya dengan Tirta? Seingatnya dia tak pernah bercerita tentang hal tersebut.“Eh? Nikah … kenapa lo kepo, sih?
Setelah keluar dari apartemen Darell, Elaine langsung menghentikan taxi dan segera pulang. Perasaannya sedikit kesal sekarang. Sepanjang perjalanan, Elaine membayangkan momen yang baru saja terjadi bersama dengan Darell. Tidak, itu bukanlah sesuatu yang dia inginkan. Elaine sedang menguatkan dirinya sendiri, untuk tidak goyah.Sesampainya Elaine di kos-kosannya, dia langsung memasuki kamar. Melempar tasnya dengan sembarang dan menghemaskan tubuhnya ke atas kasur. Dia telungkup sambil membenamkan wajahnya pada bantal.Tiba-tiba saja air mata keluar membasahi pipinya. Iya, sedari tadi dia memang ingin menangis tapi dia mencoba untuk menahannya. Dia merasa kesal dengan sikap Darell yang ternyata tidak berubah sejak dulu. Seenaknya!“Berengsek! Kenapa harus ketemu? Kenapa juga dia harus jadi atasan gue?” umpatnya. Dalam hatinya kini banyak perasaan yang muncul dan berkecamuk di sana. Antara senang, sedih, kecewa, dan tentunya marah.Beberapa menit
Direktur Utama.Kini Elaine berdiri tepat di depan pintu jati besar. Ternyata ini adalah ruangan Direktur Utama. Elaine mendesah, sekarang dia tahu orang yang baru saja mengirim pesan padanya. Tapi … tiba-tiba Elaine merasa sedikit ragu.‘Masa sih Darell yang kirim pesan? Seinget gue, gue udah block semua kontaknya.’“Maaf, kamu siapa? Ada yang bisa saya bantu?” Seorang perempuan menepuk pundak Elaine. Sontak gadis itu menoleh ke belakang. Dia melihat seorang perempuan cantik, putih, dan juga langsing. Rambutnya yang bergelombang menambah kesan feminim pada perempuan itu.Elaine melirik ID card milik perempuan itu. Sheila Lestari, Secretary.‘Oh, ternyata sekretaris,’ batin Elaine. Lantas gadis itu tersenyum pada perempuan yang bernama Sheila.“Ah … sa-saya Elaine dari divisi marketing. Tadi saya mendapatkan pesan untuk datang ke ruangan direktur,” jawab Elaine.Sheila mema
“Gue pengin kita kayak dulu lagi. Gue pengin lo ada di samping gue lagi. Lo mau, kan?” tanya Darell penuh harap. Mendengar pertanyaan seperti itu, Elaine seolah disadarkan oleh sebuah kenyataan. Segera dia menarik dirinya dan beranjak dari pangkuan Darell. “Gila, ya! Gue udah tungangan, Rell. Please, nggak usah ganggu hidup gue. Gue sekarang udah bahagia sama Tirta,” sanggah Elaine. Darell langsung beranjak. “Bahagia? Yakin lo bahagia sama cowok yang pernah nyakitin lo?” Bahagia? Tentu yang diucapkan Elaine itu kebohongan belaka. Dia tidak merasa bahagia sama sekali. Selama empat tahun menjalin hubungan dengan Tirta pun, dia lakukan dengan perasaan terpaksa. “Kenapa diem? Bener, kan, kalau lo nggak bahagia sama dia? Ya udah kalau nggak bahagia, kenapa lo tetep mau lanjut sama cowok sialan itu?” cerca Darell. Dirinya merasa kesal pada Elaine yang mau merelakan masa depannya untuk keluarganya sendiri. “Inget, Len. Cowok itu yang udah bikin lo fr
Elaine langsung menyamabar ponsel yang sedang dipegang oleh Darell. Dia melirik ke arah layar. Mata Elaine membulat ketika mengetahui orang yang sedang melakukan panggilan dengan Darell adalah tunangannya. Buru-buru Elaine mematikan panggilan itu.Elaine menatap Darell dengan tatapan penuh rasa marah. Sedangkan Darell hanya menyeringai puas. Ingin rasanya Elaine menghardik Darell sekarang juga. Tapi itu akan hanya membuang-buang waktu saja. Akhirnya dia memutuskan untuk membalikkan badan dan pergi dari ruangan Darell.“Sejak kapan dia jadi emosian kayak gitu, ya?” gumam Darell. “Ah, gue nggak peduli. Yang pasti gue udah menyalakan sumbu api dan sekarang tinggal menyusun rencana lain.” Darell beranjak dari sofa dan kembali fokus dengan pekerjaannya.Sedangkan Elaine, dia kini sedang berada di toilet. Dirinya butuh membasuh wajah untuk sedikit menengkan pikirannya. Jujur saja, pikiran dan hatinya sama-sama tidak karuhan sekarang. Bagaimana
“Len, lo kenapa? Kesambet apa?” tanya seorang perempuan dari seberang telepon. Elaine langsung tersentak, dia membelalakan matanya. Sejurus kemudian dia melihat nama yang tertera pada layar ponselnya.Grace.“Halo, Len?” panggil Grace bingung, karena dia tak mendapatkan sahutan dari sahabatnya.Elaine buru-buru menempelkan benda pipih itu pada telinganya. “Sorry, Grace, gue kira Tirta,” sesal Elaine.“Kenapa lagi? Lo lagi berantem sama dia?” tanya Grace.Jujur saja Grace sudah jenuh jika harus mendengar cerita sahabatnya yang selalu bertengkar dengan tunangannya itu. Tapi … kalau dibiarkan dia tidak tega. Apalagi dia tahu betul Elaine terpaksa melakukan hubungan ini. Jadi Grace tak mungkin meninggalkan Elaine, walau sebenarnya dia sudah sangat kesal.“Ya begitulah,” jawab Elaine sambil menghela napas berat.“Kenapa? Masalah apalagi? Dia masih terlalu posesif dan