Home / Romansa / ADRIANA, Kekasih Palsu / Titah Sang Nyonya

Share

Titah Sang Nyonya

Author: Dian Apriria
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Tentu saja Adriana terperangah mendengar tuduhan serupa itu. Jelas –jelas ia tak melakukan apa pun. Kenapa malah jadi tertuduh begini? Astaga!

“Jawab saya! Kamu nggak bisu, kan?” Sang nyonya dengan rambut disasak teramat rapi itu kembali mengulang tanya. Ia kini berdiri di hadapan Adriana dengan mata menatap nyalang.

“Sa-saya nggak ngapa-ngapain dia, Nyonya—“

“Bohong kamu! Kalau nggak diapa-apain gimana bisa pingsan?” Sang Nyonya semakin gemas hingga Adriana mundur saking takutnya.

“Mana saya tahu. Saya cuma lagi jalan sendirian dan dia datang tiba-tiba aja nyebut saya Zoya. Kami sempat berdebat dan kemudian dia memegangi kepalanya seperti pusing gitu. Abis itu pingsan. Sumpah, Nyonya, itulah kejadian sebenarnya.” Adriana kembali mengulang penjelasan yang sama dengan saat tadi diinterogasi di luar.

Duh, kalau tahu urusannya akan seribet ini, tadi nggak usah ditolongin aja kali, ya. Biarin aja pingsan sampai ada orang lain yang nemuin! Ish! Adriana membatin dalam diam.

Sang Nyonya tampak berpikir sejenak. Tatapan matanya sedari tadi bolak-balik melirik ke arah sofa panjang di mana sosok Tuan Dante tadi terbaring tak berdaya. Tampaknya berharap pria itu akan bangun sendiri bahkan sebelum dokter pribadi yang dipanggilnya tadi datang.

Saat berpaling ke arah Adriana lagi, ia tampak tengah menilai gadis di hadapannya itu. Namun, belum sempat beliau membuka mulut lagi, pintu terbuka. Seorang pria separuh baya berkostum putih-putih dan berkacamata masuk ke dalam ruangan. Langkah kakinya cepat dan pasti membuat Adriana langsung menaruh kepercayaan bahwa beliau pastilah dokter yang cekatan dan profesional.

Sang Nyonya kini beralih menyambut sang dokter.

“Tolong anak saya, Dokter. Dia mendadak pingsan di tengah jalan,” katanya melaporkan kondisi sang putra.

Gurat kecemasan kembali terpampang di wajah yang masih tampak sangat cantik di usianya yang sudah punya putera sedewasa Tuan Dante. Yah, uang dan kekuaaan memang sangat mempengaruhi tingkat kecantikan, bukan? Adriana berpikir dalam benaknya.

Nyonya itu fokus memperhatikan dokter itu yang langsung membuka tas peralatannya dan mulai memeriksa dengan seksama kondisi putranya. Ia bahkan memegangi telapak tangannya dengan kegugupan takut terjadi hal yang tak diinginkan.

Adriana tak dapat banyak melihat apa saja yang terjadi di sofa sana. Ia yang masih berdiri di dekat pintu pun dihampiri oleh sang asisten.

"Silakan duduk dulu, Nona," ucapnya mempersilakan Adriana duduk di satu set meja kursi kayu yang terletak di satu sisi pintu. Tampaknya ini ruangan kantor seorang petinggi perusahaan, pikir Adriana sembari memindai ke seluruh ruangan yang bernuansa putih dan abu-abu itu. Seluruh dinding bercat putih sementara seluruh perabotan berwarna mayoritas abu-abu.

Sejurus kemudian sang asisten menyediakan segelas minuman dingin dari botol jus buah kemasan dalam kulkas kecil di ruangan tersebut. Bahkan ada pantry kecil di pojokan dengan mesin pemanas kopi di atasnya. Lengkap sekali kalau hanya sebagai ruangan kantor manager biasa. Ini pasti ruangan pribadi CEO atau sejenisnya, pikir Adriana menarik kesimpulan.

"Tolong tunggu sebentar. Nyonya sedang mencemaskan Tuan Dante. Kita tunggu sampai Dokter selesai dulu," ucapnya datar.

Adriana hanya menganggukkan kepalanya cepat. Ia menyeruput minuman yang dihidangkan demi membunuh waktu. Segarnya jus jeruk manis membasahi tenggorokan. Ia membetulkan duduknya agar lebih bisa santai selama menunggu.

"Semuanya baik, hanya saja tampak ada yang aneh dengan pingsan di tengah jalan padahal kondisinya baik semua,” cetus sang dokter sambil membereskan tas peralatannya.

“Apa ada sesuatu yang terjadi sesaat sebelum Tuan Dante pingsan tadi, Nyonya?”

“Ah, gadis itu yang menemukan dia, Dok. Katanya yang terjadi adalah Dante salah mengira dia itu Zoya, sempat berdebat dan kemudian Dante pegang kepala seperti pusing dan mendadak jatuh pingsan,” jelas Nyonya itu sembari sesekali melirik dengan tatapan curiga ke arah Adriana.

Sang dokter ikut menatap Adriana. Bahkan, ia sampai mengangkat sedikit kacamatanya demi meneliti Adriana dari atas ke bawah seolah menilai entah apa.Dipandangi serupa itu, Adriana jadi salah tingkah dibuatnya. Ada apa sih? Kenapa semua orang dari Tuan Dante, Nyonya ini dan juga bahkan si dokter menatapnya seolah ia makhluk dari luar planet yang butuh diteliti!

“Ingatan saya yang kurang tajam, ataukah Nyonya juga berpikir sama dengan saya? Menurut saya dia tidak mirip sama sekali dengan Nona Zoya, bukan?” Dokter yang sepertinya adalah dokter pribadi dari keluarga Danuaji itu mengemukakan pendapatnya.

“Saya juga berpikir hal yang sama, Dok. Mereka tidak mirip. Tapi kenapa Dante sampai salah mengenalinya. Makanya saya jadi curiga kalau gadis ini berbohong,” jawab Nyonya itu sambil lagi-lagi melempar pandangan curiganya ke arah Adriana.

“Kalau begitu mungkin Tuan Dante hanya sedang mengalami kilas ingatan lalu mendadak pusing hingga tak tertahan dan pingsan,” ucap sang dokter mengambil simpulan sementara.

“Kita harus lakukan observasi lagi nanti si rumah sakit. Tapi tak apa. Nanti saja kalau dia sudah sadar. Sekarang biarkan istirahat dulu," lanjutnya yang lantas membuat sang nyonya tampak bernapas lega.

Mereka masih berbincang lagi sebentar entah tentang apa, Adriana tak terlalu dapat menangkap obrolan mereka. Selang beberapa waktu kemudian, sang dokter lalu pamit kembali ke tempat praktiknya.

Usai mengantar dokter itu ke pintu keluar, Nyonya tadi kembali menghampiri Adriana.

"Nona, pertama-tama, perkenalkan dulu. Kita tadi belum sempat berkenalan, bukan? Nama saya Wanda Danuaji. Dan Anda?"

"Saya Adriana, Nyonya. Adriana Renata," jawabnya sembari menyambut uluran tangan Nyonya Wanda.

“Nah, Adriana, Dokter bilang Dante tadi bisa saja mengira kamu sebagai Zoya karena satu atau lain hal. Saya tidak tahu apa itu, tapi rasanya saya harus minta tolong padamu.”

Nada suara yang digunakannya sudah jauh lebih ramah dari saat obrolan pertama tadi. Namun, entah kenapa Adriana malah merasa bahwa itu pertanda bahaya bagi kelangsungan nasibnya.

“Minta tolong yang seperti apa itu, kalau boleh tau?” tanya Adriana sambil menahan napas sedikit takut.

“Putra saya Dante ini mengalami amnesia parsial karena kecelakaan. Dan menurut dokter, dia bisa saja sembuh dengan cara menimbulkan kembali ingatan-ingatan khususnya yang menghilang. Kami pikir mungkin kamu bisa membantu dengan berpura-pura menjadi Zoya. Zoya ini … kekasih Dante yang hilang ….” Panjang lebar Nyonya itu menjelaskan duduk permasalahannya.

“Ap-apa? Mana mungkin bisa gitu, Nyonya? Gimana bisa saya harus pura-pura jadi pacar Tuan Dante? Saya—“

“Saya akan bayar berapa pun, Adriana. Berapa pun!”

Mendengar itu, Adriana langsung teringat betapa dompetnya sedang kosong melompong. Dan betapa ia sudah berhari-hari ngotot ke sana ke mari mencari pekerjaan tapi tak jua menemukan lowongan.

Astaga! Apa ini sebuah jalan yang diberikan Tuhan? pikir Adriana mempertimbangkan.

Tapi heiii, berpura-pura jadi kekasih orang? Apa Adriana mampu? Apa segampang itu? Otaknya berputar keras hingga sang Nyonya kembali mengulang tanya,

"Bagaimana, Adriana. Kamu bersedia, kan?"

***

Dian Apriria

Fiuuuuh ... dibayar berapa pun? Mau gak nih, yaaaaa? ^^

| Like
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Diah Widyatie
Yaaaahhh...mau ajalah...drpd dompet melompong ?! Hehehehe...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • ADRIANA, Kekasih Palsu   Permintaan Aneh

    Beberapa saat berlalu dalam hening. Adriana kehilangan kata-kata untuk merespon permintaan absurd itu.Bagaimana mungkin dia bisa diminta berpura-pura jadi kekasih pria amnesia ini? Pikirannya sungguh tak sampai untuk menelaah permintaan aneh tersebut."Nona bersedia, kan?" ulang Nyonya Wanda beberapa saat kemudian setelah Adriana tak juga membuka mulutnya untuk menjawab pintanya."Tap--tapi, maksudnya saya bisa bantu bagaimana, ya? Mana mungkin saya berpura-pura jadi kekasihnya sementara dia seharusnya dipertemukan dengan yang asli agar bisa sembuh total, bukan?" tanya Adriana belum paham.Nyonya Wanda tampak menarik napas panjang, mengumpulkan segala kekuatan untuk mengungkap masalah yang sebenarnya. "Sebenarnya urusan ini sangat rumit, Adriana. Saya jelas taka akan sudi mempertemukan Dante lagi dengan Zoya yang asli. Dia itu ... ah, yang penting ada sesuatu yang membuat kami tak mungkin meminta Zoya kembali. Lagipula gadis itu hilang entah ke mana.""Hilang?" Spontan Adriana memeli

  • ADRIANA, Kekasih Palsu   Kesepakatan

    Membelalakkan matanya, Adriana tak dapat berkata apa-apa. Ya Tuhan, bagaimana ini? Apa dia bisa melakukan hal yang diperintahkan oleh Nyonya kaya ini? Rasanya itu pekerjaan yang teramat sulit untuk dilakukan.Tapi kemudian ia teringat akan kondisi dompetnya yang mengenaskan dan entah akan cukup sampai berapa hari lagi untuk dipakai bertahan hidup sementara ia belum juga mendapat pekerjaan hingga saat itu.Maka, dengan segala keterpaksaan serta kenekatan, akhirnya ia menganggukkan kepala tanda menyetujui penawaran tersebut."Baik, Nyonya. Saya akan berusaha semampu saya," jawab Adriana mencoba terdengar penuh ketegasan. Padahal, kalau saja nyonya itu bisa melihat ke dalam hatinya, ia sendiri sama sekali tidak yakin bisa melakukan hal tersebut. Tampak wajah semringah yang ditunjukkan oleh sang nyonya. Ia lalu menjabat tangan Adriana dan dengan sangat bersungguh-sungguh mengucapkan rasa terima kasih yang tak berhingga."Terima kasih banyak, Adriana. Saya benar-benar menghargai ini. Bahka

  • ADRIANA, Kekasih Palsu   Sangkar Emas

    Tertegun serta terpana di saat yang bersamaan, begitulah sikap Adriana ketika pertama kali mobil mewah yang mereka tumpangi masuk ke halaman sebuah rumah megah yang bak istana saja di penglihatannya.Tadi saat di luar pagar tinggi menjulang berwarna hitam, ia sudah melihat siluet rumah itu dari kejauhan, tetapi begitu satpam membukakan pagar jumbo tersebut, ia semakin melongo dibuatnya.Rupanya keluarga Danuaji ini begitu kaya raya. Dari pagar masuk menuju ke teras rumah saja Adriana akan merasa butuh waktu belasan menit untuk berjalan mencapainya. Ckckck.Seketika terbayang rumahnya sendiri di kampung yang hanya sepetak tanah berisi rumah dengan halaman yang barangkali hanya sepersekian dari luas teras rumah ini, bukan halaman ya, tapi teras! Ckckck! Sebuah kesenjangan yang hakiki.Saat Dante meraih lengannya dengan lembut dan membimbingnya keluar dari mobil, Adriana pun berjalan di samping pria itu dengan pandangan menyapu sekeliling teras yang tampak sangat asri sekaligus mewah deng

  • ADRIANA, Kekasih Palsu   Area Rawan

    DEG! Adriana langsung terbungkam. Untung ia langsung bisa berpikir cepat soal jawaban yang dapat menutupi kecurigaan Dante."Maksudku itu pesan papaku dulu sebelum meninggal," ucapnya buru-buru.Akhirnya Dante menghela napas panjang. Sedikit terbersit curiga tapi kemudian rautnya kembali netral. Pria itu lalu mencubit hidung gadis di hadapannya gemas. Adriana berpura-pura terkekeh. Ia kemudian menguap lebar demi menciptakan kesan bahwa ia sedang sangat mengantuk dan lelah. "Ngantuk?" tanya Dante tampak prihatin.Adriana cepat-cepat menganggukkan kepala. Terlalu cepat hingga Dante tampak sedikit merasa aneh lagi dengan sikap gadis di hadapannya."Ya udah, tidur aja. Aku akan keluar," ujar Dante. Hal yang sangat dinantikan oleh Adriana memang kepergian pria itu dari dalam kamarnya."Oh ya, kalau butuh apa-apa, kamu langsung bilang ke aku atau ke pelayan. Anggap aja rumah sendiri, oke?" Dante mengucapkan kalimat pamungkasnya sebelum berlalu dan menutup pintu kamar Adriana di belakangn

  • ADRIANA, Kekasih Palsu   Tuntutan Peran

    Terbelalak ngeri, Adriana langsung beranjak tak jadi duduk di sana. Ini kursi mesum mereka, pikirnya membatin, agak jijik dengan bayangan yang seketika melintas dalam pikirannya. "Hei, mau ke mana, Zoya?" panggil Dante yang mellihat sang gadis malah ngeloyor pergi menjauhinya. "Aku ... mau ke kamar mandi sebentar!" jawab Adriana memberi alasan. Bergegas pergi daripada mengundang bahaya yang lain lagi, Adriana mencari-cari jalan ke kamarnya tadi. Di rumah ini banyak sekali lorong sehingga ia hampir tersesat kalau saja tidak melihat seorang pelayan yang menyapanya dengan menundukkan tubuh lalu ditanyai,"Bik, anu ... bisa antar ke kamarku tadi, nggak? Ehehe ... aku ... lupa," jujurnya kepada wanita berusia sekitar empat puluhan itu. "Oh, baik, Nona Zoya. Mari saya antar," jawabnya ramah lalu mendahului Adriana ke lorong tempat kamarnya dan kamar Dante berada. Astaga! Ternyata memang kalau lewat pintu samping rumah, jadi membingungkan rutenya. "Nona mungkin butuh apa-apa lagi? Biar s

  • ADRIANA, Kekasih Palsu   Ponsel Baru

    “Ini ponsel kamu?” Dante membeliakkan mata terkejut dengan benda pipih yang ditemukannya berdering nyaring dari tas Adriana tersebut. Itu adalah ponsel murah dan kondisinya sudah memprihatinkan. Bagian sudut-sudutnya mengelupas dan bahkan terdapat beberapa retakan di layar.Berpikir cepat, Adriana segera menjawab, “I-itu … iya, ponsel seadanya di rumah. A-aku … belum sempat beli lagi,” jawabnya tergagap dengan debaran jantung yang bertalu kencang. Berpura-pura menjadi orang lain ternyata memang sungguh melelahkan. Setiap saat ia harus bergumul dengan risiko akan ketahuan! Ya ampun! Rasanya ia terus mendapatkan shock terapy setiap hari. Dan itu terjadi berkali-kali!Dante melempar tatapan iba lantas segera menggamit lengan gadis itu. Bahkan, ia setengah menyeretnya menuju ke luar rumah lagi.“He-heiii! Mau ke mana kita?” tanya Adriana ketika ia mendapati mereka terus berjalan ke arah garasi mobil. Garasi di sayap kiri rumah itu begitu besar dengan tak kurang ada empat mobil di sana. Ad

  • ADRIANA, Kekasih Palsu   Foto Zoya

    Dante tertawa. Ia mengacak rambut Adriana dengan lembut dan sedikit menarik kepala gadis itu ke dalam dadanya. Ya ampun! Ini kan di tempat umum! Adriana memekik dalam batin, tapi tak urung larut dalam gerakan yang bagi Dante hanya sambil lalu tapi berhasil membuat jantung Adriana jumpalitan saking berdebarnya. Ya ampun! “Kamu cukup berpengalaman dalam membuatku nyaman, Sayang,” bisik Dante tepat di telinga Adriana. Panas napas pria itu membelai lembut di telinga hingga Adriana tergelitik serta memerah padam wajahnya. Sungguh, lama-lama dalam posisi itu Adriana bisa khilaf! Akhirnya ditariknya kepala seraya berlagak seolah sedang meneliti ke sekitaran. Mereka sedang berada dalam mall terbesar di ibu kota. Dante tadi langsung mengajaknya ke counter ponsel yang tampaknya memang paling iconic di sana. “Cari minum dulu, yuk?” ajak Adriana hanya agar dirinya bisa terlepas dari aksi mesra pria di sebelahnya itu. Mereka pun pergi ke sebuah stand minuman. Tentu saja stand yang tak akan mungk

  • ADRIANA, Kekasih Palsu   Gaji Awal

    Adriana sibuk terpukau memeriksa baju-baju yang disediakan oleh Nyonya Wanda untuknya. Banyak model baju yang tak akan pernah mau dipakainya walau harus diancam mati sekalipun. Mana mungkin ia memakai rok super pendek dengan belahan yang begitu tinggi di atas lutut? Apalagi atasan-atasan yang potongan lehernya model kemben dan menampilkan keseluruhan bagian atas dadanya. Big No! Astaga! Dari sebanyak itu, yang mau dikenakannya dengan sukarela hanya kaos-kaos santai dan kemeja casual yang untungnya ada juga terselip. Ya ampun, selera berpakaiannya dengan Zoya sama sekali berbeda. Tidak akan pernah sama sekalipun ia sedang dalam misi berpura-pura jadi Zoya! Terbayang kembali foto Zoya di wallpaper ponsel Dante tadi. Sosok gadis rupawan nan cantik memesona! Bagaimana mungkin Dante bisa bilang mirip dirinya? Mengherankan! Atau … apa aslinya mungkin memang sedikit mirip bila bukan di foto? Kan zaman sekarang foto-foto bisa sangat menipu dengan berjuta filternya. “Apa ada kesulitan hari

Latest chapter

  • ADRIANA, Kekasih Palsu   Bab 115. Happy Ending

    Adriana dan Dante akhirnya bersatu. Mereka mengakui perasaan masing-masing hari itu juga dengan cara yang begitu lucu."Jadi, apa benar yang dikatakan Neil barusan?" Dante mengkonfirmasi kepada Adriana.Tentu ia juga ingin mendengar cerita versi dari gadis itu sendiri, kan. Bukan hanya dari versi Neil."Tentang yang mana?" Adriana malah balik bertanya karena ia sungguh tak paham arah pembicaraan Dante barusan. Apa maksudnya mengira Neil main-main atau bagaimana."Tentang yang dia bilang bahwa kamu ... mencintaiku, dan bukannya Neil," ucap Dante memperjelas maksud perkataannya. Hal mana tentu saja sukses menerbitkan rona memerah di pipi gadis cantik itu."Mana kutahu! Tanya saja sama yang bilang!" Adriana memasang wajah cemberut. Dan ia jadi baru ingat kalau orangtuanya masih tertinggal di gedung tadi."Astaga! Aku harus menjemput orangtuaku!" ucap Adriana memekik."Apa? Di mana?" Dante bertanya terkejut dengan perubahan topik yang sedrastis itu."Di gedung tadi," jawab Adriana menampak

  • ADRIANA, Kekasih Palsu   Bab 114. Kukembalikan Jodohmu

    Usai mengatakan hal itu, Neil turun dari panggung dan beranjak pergi. Ia sesak rasanya di sana. Tapi keputusan itu sudah hal yang paling benar. Memang ia telah mempermalukan keluarganya sendiri saat itu, tapi demi kebenaran, semua itu harus dilakukannya. Ya, dari awal kesalahannya lah terlalu memaksakan cinta sepihaknya terhadap Adriana.Adriana terkejut mendengar perkataan Neil yang membatalkan pertunangannya secara sepihak. Adriana sendiri bingung ia harus senang atau sedih, karena sebenarnya ia tidak mencintai Neil.Tidak hanya Adrina yang terkejut, para tamu pun terkejut mendengar pernyataan dari Neil yang membatalkan acara pertunangannya itu.Karena sebelumnya Neil terlihat sangat antusias dengan acara pertunangannya dengan Adriana. Dan mereka kurang mempercayainya jika Neil sendirilah yang membatalkan acara pertunangan itu.Para tamu langsung berbisik-bisik mengenai batalnya acara pertunangan mereka. Sedangkan Neil tidak peduli dengan semua omongan para tamu itu, Neil hanya memi

  • ADRIANA, Kekasih Palsu   Bab 113. Dibatalkan?

    Bahkan saat sang ayah mengaku mau berbicara dengan Neil mengenai keberatan mereka atas pertunangan itu pun, Adriana menolak dengan tegas."Jangan, Pak. Kasihan Neil dan keluarganya kalau sampai semua persiapan besar ini sampai gagal." Adriana berkata tegas."Tapi, Nak. Nanti kamu yang akan menderita kalau sampai menikah bukan atas dasar cinta. Ini pernikahan sakral loh. Jangan dibuat mainan." Sang ayah berpesan dengan tatapan sangat khawatir terhadap nasib yang akan menyambut sang putri di depan.Adriana menghela napas panjang. Ia bahkan sudah tak ingin membantah takdir. Ia pasrah menerima semuanya. Bagaimanapun, Neil sudah sangat berjasa terhadapnya hingga ia tak mungkin rela menyakiti atau membuat kecewa pria baik itu."Tak apa, Pak, Bu. Adriana yakin, cinta bisa datang karena terbiasa. Yang penting Neil itu baik kok. Adriana yakin kelak akan bisa bahagia bersamanya."Sambil berkata begitu, Adriana bangkit dari tempat duduknya dan pamit untuk masuk ke dalam kamar untuk tidur. Jam su

  • ADRIANA, Kekasih Palsu   Bab 112. Keraguan Ibunda

    Dan diantara orang yang sangat mengkhawatirkan Dante adalah Nyonya Wanda, karena semenjak Neil yang memberitahu mereka jika Adriana menerima lamarannya, Dante langsung terlihat sangat kacau bahkan jarang sekali makan.Seperti saat ini Dante tidak kunjung turun dari kamarnya padahal jam dinding sudah menunjukkan jam makan malam.Nyonya Wanda yang merasa sangat khawatir terhadapnya langsung pergi ke kamar Dante. Setelah sampai di depan kamar Dante, Nyonya Wanda langsung mengetuk pintu kamar Dante."Dante!" panggil Nyonya Wanda.Tapi Dante tidak kunjung menjawab panggilan dari nyonya Wanda. "Dante. Ayo makan, kamu udah beberapa hari ini gak makan dengan teratur."Dante sebenarnya malas, tapi karena ia tidak mau membuat ibunya khawatir, jadi Dante pun berniat untuk turun malam ini."Iya, Ma. Nanti Dante nyusul.""Mama gak mau turun kalau kamu nggak keluar," jawab Nyonya Wanda.Dante pun menghela nafas panjang lalu beranjak dari tempatnya. Ketika Dante pergi, tiba-tiba ponselnya bergetar d

  • ADRIANA, Kekasih Palsu   Bab 111. Tak Terima Tapi Tak Bisa Berbuat Apa-Apa

    Sudah hampir satu jam tapi Adriana belum menemukan gaun yang cocok untuknya, tapi tiba-tiba Neil langsung merekomendasikan gaun yang dia sukai."Bagaimana dengan ini? Kamu suka?" tanya Neil sambil menunjukan gambar gaun yang ada di majalah.Adriana sangat menyukai gaun yang ditunjukkan oleh Neil itu, tapi ia merasa gaun itu tidak cocok untuknya karena gaun itu terlihat sangat mahal."Kayaknya nggak bakal cocok deh sama aku," jawab Adriana."Kan belum dicobain udah gih kamu cobain dulu," ujar Neil.Neil pun memanggil pegawai butik itu lalu menyuruh pegawai itu untuk memberikan gaun yang nilai sukai kepada Adriana. Adriana yang memang tidak bisa menolak akhirnya mencoba gaun itu. Dan ternyata gaun itu sangat cocok tidak perlu dikecilkan atau pun diperbesar.Pada akhirnya mereka menjatuhkan pilihan gaun pertunangan itu kepada gaun yang baru saja Adriana coba. Setelah membayar semuanya Neil dan Adriana pun pergi dari sana.Lalu Neil kembali membawa Adriana ke toko perhiasan, Neil dan Adri

  • ADRIANA, Kekasih Palsu   Bab 110. Yang Diistimewakan

    Saat Adriana baru saja masuk ke dalam kantor, ternyata berita tentang mail yang mengajak serius kepada Adriana sudah tersebar luas ke semua karyawan, dan entah siapa yang menyebarkannya, karena Adriana dan Neil tidak merasa memberitahukan hubungan mereka kepada orang lain, termasuk Yanti sekali pun.Beberapa karyawan langsung merasa iri kepada Adriana, tapi beberapa karyawan lainnya juga merasa Adriana dan Neil cocok, termasuk Yanti yang sangat men-support hubungan Neil dan Adriana.Berbeda dengan Neil yang sangat merasa senang karena sebentar lagi dirinya dan Adriana akan melakukan acara tunangan, justru Adriana tidak merasa senang, Adriana malah memikirkan Dante yang sepertinya sedang mencoba menjauhinya.Karena biasanya Dante selalu datang ke kosannya atau ke kampusnya kini Dante tidak pernah menunjukkan batang hidungnya lagi.Bahkan terakhir kali Adriana bertemu dengan Dante adalah pada saat dirinya akan pulang dari rumah sakit, dan kebetulan Dante akan menjemput Nyonya Wanda.Saa

  • ADRIANA, Kekasih Palsu   Bab 109. Shock

    Dante dan juga nyonya Wanda langsung melihat ke arah Adriana dan Neil mereka menatap Adriana dan Neil secara bergantian. Dante juga menatap Adriana dan berharap apa yang dikatakan oleh Neil adalah kebohongan."Benarkah?" tanya Dante. Tak terkira shock dalam hatinya meski ia berusaha untuk tak menampakkanya sama sekali.Adriana langsung menganggukkan kepalanya, dan Neil langsung tersenyum lebar sambil merangkul Adriana dengan lembut.Danti yang merasa gengsi langsung mengangguk-anggukkan kepalanya sambil tersenyum ke arah mereka berdua."Selamat, selamat untuk kalian berdua," ujar Dante."Selamat," ucap Nyonya Wanda juga.Nyonya Wanda melirik ke arah putranya itu, nyonya Wanda tahu jika Dante pasti merasakan sakit hati. Tapi di depan mereka berdua Nyonya Wanda terlihat ikut bahagia atas diterimanya lamaran Neil.Tiba-tiba Dante berpura-pura mengangkat telepon. "Iya? Sekarang? Baiklah aku akan pergi," ucap Dante.Setelah mengatakan hal itu Dante kembali pura-pura menutup sambungan telep

  • ADRIANA, Kekasih Palsu   Bab 108. Lamaran Diterima?

    Tapi sebisa mungkin Nyonya Wanda menepis pikirannya itu, ia harap Neil tidak benar-benar menyukai Adriana. Karena nyonya Wanda ingin Dante dan Adriana bersama.Karena merasa tidak nyaman melihat Adriana dan juga Neil, Nyonya Wanda pun memilih ke luar dari ruangan Adriana untuk pergi ke kantin saja.Sedangkan Neil yang melihat Adriana lebih baik justru berpikir ingin melamar Adriana, tapi pikirannya langsung menolaknya. Tapi di sisi lain Neil merasa ini kesempatannya siapa tahu sekarang Adriana menerima lamarannya itu.Neil menghela nafas panjang, lalu memegang tangan Adriana dengan lembut. Adriana yang tangannya dipegang oleh Neil merasa dadanya berdegup kencang."Adriana, aku gak tahu ini waktu yang tepat atau bukan, tapi aku cuman mau bilang ke kamu, kalau aku mencintai kamu. Aku ingin melamar kamu jadi mau gak kamu menikah denganku?" tanya Neil.Adriana merasa sangat terkejut dengan pernyataan dari Neil barusan. Adriana tidak menyangka jika Neil akan melamarnya di sini di rumah sak

  • ADRIANA, Kekasih Palsu   Bab 107. Sadar

    "Kemarin Tante panik banget, Tante takut terjadi apa-apa sama kamu, apalagi Dante bilang kamu di tusuk Zoya," ujar Nyonya Wanda sambil memberikan sepotong buah apel yang sudah ia kupas."Makasih Tante.""Terus pas udah sampe rumah sakit, dokter bilang kamu kekurangan darah, Tante, Dante sama Neil makin panik tuh. Kami kan gak tau golongan darah kami jadi kami bertiga di cek dulu, dan ternyata golongan darah Neil yang cocok," ujar Nyonya Wanda.Adriana yang sedang memakan buah apel terkejut ternyata orang yang sudah mendonorkan darah kepada Adriana adalah Neil atasannya sendiri.Adriana merasa kebaikan Neil itu di luar batas, Adriana bersyukur dipertemukan dengan orang yang sangat baik seperti Neil. Tapi di sisi lain Adrian nama rasa bingung karena dirinya merasa tidak enak ketika Neil terus memperlakukannya baik, karena Adriana belum menyukainya Neil.Sedangkan nyonya Wanda langsung terdiam, iya keceplosan sudah memberitahu adriannya jika nilai yang mendonorkan darah untuk Adriana.Ta

DMCA.com Protection Status