Si sulung beranjak dari duduknya, kemudian menatap nanar ke arah diriku.
"Mau ke mana?" tanyaku khawatir.
"Ke hamam dulu, Mah," sahutnya datar, kemudian pergi meninggalkan kami menuju ke arah toilet.
Entah apa yang dipikirkan Mas Fadil hingga ia tega menyakiti hati si sulung yang baru yang baru berusia dua belas tahun itu. Satu hal yang aku takutkan, si sulung menjadi tidak betah dan ingin keluar dari Pondok.
Aku melirik ke arah Mas Fadil seraya mengedipkan mata agar ia berhenti untuk memarahi si sulung. Mas Fadil hanya tersenyum tipis dan tampak berhenti berbicara.
Sesaat kemudian, Luna kembali dan duduk di sampingku. Matanya masih terlihat merah dengan raut muka sedih. Gadis kecil itu menjadi lebih murung dan diam. Aku merangkulnya seraya mengajak ke ruang administrasi untuk membereskan iuran tiap bulan..
Sepanjang jalan,
Di luar langit tampak mendung, awan berjelaga menggantung di cakrawala. Mas Fadil sedang asik bermain bersama burung. Aku duduk santai di ruang tamu. Berselancar di dunia maya. Tiba-tiba mataku terhenti di sebuah postingan milik adik ipar.Adik kandung Mas Fadil itu memposting dirinya bersama seorang wanita yang mengenakan pakaian seksi. Aku segera melihat status istri dari lelaki itu. Dan benarlah dugaan diriku, status galau sang istri cukup menjelaskan prahara yang terjadi di antara keduanya.Sebenarnya, kabar perselingkuhan adik Mas Fadil sudah terdengar semenjak kami berkunjung ke rumah orang tua Mas Fadil beberapa waktu yang lalu. Namun, aku memilih untuk tidak terlalu menanggapinya.Kali ini, dadaku berdesir sakit saat melihat tingkah lelaki yang masih sedarah dengan Mas Fadil itu. Pasalnya, itu bukanlah pengkhianatan yang pertama. Jauh sebelum Mas Fadil mendua hati. Sang adik sudah melakukannya t
Sandikala telah nampak dan menghiasi cakrawala. Mas Fadil belum juga pulang ke rumah. Ia pun tidak memberi kabar seharian ini. Aku mencoba untuk berfikir positif dan melakukan aktivitas yang lain, agar tidak terlalu memikirkannya.Hobi baru mengoleksi tanaman hias membuatku sedikit mengalihkan perhatian dan tidak selalu curiga atau pun berprasangka tidak baik kepada Mas Fadil. Daun-daun dan bunga-bunga yang kuncup berhasil membuat hati ini tenang, setenang air sungai mengalir.Hingga langit sudah nampak gelap pun, Mas Fadil belum juga pulang. Aku masih menikmati kebersamaan bersama koleksi tanaman hias yang baru kubeli beberapa hari yang lalu. Anak-anak sedang asyik menonton televisi sedangkan si kecil tertidur lelap di dalam kamar.Selang beberapa menit, kumandang adzan magrib pun terdengar dari toa surau yang tidak jauh dari rumah. Aku bergegas masuk ke dalam untuk menunaikan kewajibanku kepada Sang K
POV Fadil Tua tahun yang lalu Seorang lelaki yang sudah berusia matang Itu tampak asyik memainkan gawainya di depan sebuah minimarket. Lelaki yang bekerja sebagai supervisor mini market itu baru saja berkenalan dengan seorang wanita yang menarik hatinya. Mereka dipertemukan oleh salah satu bawahan Fadil. Arif namanya, seorang bawahan yang sering menemani dirinya akhir-akhir ini. Fadil yang tinggal jauh dari sang istri kerap merasa kesepian. Arif hadir dan memperkenalkan Fadil ke sebuah dunia yang baru baginya. Dunia malam yang penuh gemerlap. Mulai dari minuman keras hingga wanita-wanita penghibur turut dikecap oleh Fadil. Sebuah kenikmatan sesaat yang membuat imannya semakin terkikis dan tidak bersisa. "Pak, kita ke karokean lagi," ujar Arif yang tiba-tiba datang dan duduk di samping Fadil. "Ok
"Maaf, Ayah janji nggak bakal ngulangin lagi," ucap lelaki itu dengan mata berembun.Zahra bergeming, wanita itu sepertinya masih merasakan sakit di relung hatinya. Lama, menunggu. Suasana hening, hanya isak tangis Zahra yang terdengar sesekali memecah kebekuan di antara keduanya."Ayah memang kotor, menjijikkan," ujar Fadil seraya memukuli tubuhnya sendiri dengan kedua tangannya."Tampar Ayah? Tampar suami kamu yang menjijikkan ini!"Fadil mengangkat tangan Zahra dan mengibaskan ke wajahnya beberapa kali. Namun, Zahra masih terdiam. Tangan lunglai dan lemas Zahra tidak dapat menimbulkan sakit sedikit pun di wajah Fadil.Lelaki berperawakan sedang itu akhirnya menampar wajahnya sendiri hingga kedua pipi itu berubah menjadi warna merah.Tidak sampai di situ, Fadil berlari menuju ke arah dapur kemudian terdengar suara benda j
Fadil sempat tercengang untuk beberapa saat. Ia seperti terhipnotis oleh oleh aura misterius dari pemilik wajah cantik cantik itu. Seperti ada yang berbeda di dalam dirinya yang membuat Fadil terpana."Fadil," sahutnya dengan seulas senyum.Fadil menggenggam tangan putih mulus itu lama. Seolah tidak ingin melepasnya lagi. Ia bahkan lupa kalau dirinya sudah memiliki istri yang setia dan tiga orang anak yang lucu."Lama amat salamannya," tukas Arif seraya menyenggol tubuh atasannya."Maaf," ucap Fadil yang segera melepas genggaman tangannya."Bapak suka sama Melati, ya?" tanya Arif sambil berbisik ke telinga Fadil."Ah, ngaco kamu," jawab Fadil seraya mengulum senyum."Nanti aku mintain no teleponnya ya, tenang aja. Dia itu janda, primadona sini. Banyak yang incer, pokoknya jadi rebutan," ujar Arif
Fadil pun menghentikan mobilnya tepat di tempat yang diminta oleh perempuan yang duduk disampingnya."Aku antar sampai ke rumah, ya?" tanya lelaki yang sudah beristri itu penuh harap."Jangan ah, lain kali aja," jawab sang Janda terkesan jual mahal."Baiklah, tapi janji ya? Lain kali aku boleh mampir."" Iya, boleh, nginep juga boleh," sahut perempuan itu dengan senyum menggoda.Wanita itu sepertinya tahu betul, bagaimana cara menarik ulur seorang lelaki agar semakin penasaran kepada dirinya. Fadil masih mematung dengan mulut sedikit terbuka saat tubuh seksi Melati melenggang manja di hadapannya.Setelah, wanita penggoda itu menghilang di ujung gang sempit. Fadil segera masuk dan duduk di balik kemudi. Kemudian melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, membelah jalanan kota kecil yang tampak lengang.
Lelaki itu pun tampak kesal mendengar jawaban dari sang istri. Ia segera menutup sambungan telepon tanpa sepatah kata pun. Fadil kembali menelusuri akun media sosial Melati. Setiap detail foto bahkan setiap komentar di postingannya, dibaca satu persatu oleh Fadil. Lelaki itu sepertinya begitu terobsesi dengan wanita yang baru dikenalnya.Langit tampak mendung, awan hitam berarak menutupi Cakrawala. Menjadikan warnanya menjadi kelabu. Beberapa saat kemudian, hujan turun dengan deras. Bulan November adalah musim penghujan, hampir setiap hari turun hujan di kota kecil itu. Fadil memutuskan untuk pulang terlebih dahulu agar bisa bersiap-siap untuk menemui sang pujaan hati.Lelaki itu bahkan mengabaikan panggilan telepon dari sang istri beberapa kali. Padahal hari itu, Fadil seharusnya pulang lebih awal ke rumah karena Fadil hanya pulang sekali dalam seminggu.Lelaki itu memacu kendaraan roda empatnya dengan
Malam sudah semakin larut, hampir jam sebelas malamNamun, Fadil sepertinya enggan untuk beranjak dan pergi jauh dari Melati. Lelaki itu lupa bahwa sang istri sedang menunggunya di rumah."Katanya mau pulang? Pulang sana!" seru Melati dengan mengulum senyum."Males, ah, enakan di sini sama kamu," jawab Fadil seraya menatap nakal ke arah janda beranak dua itu."Kenapa males pulang?" tanya Melati, mulai memancing."Males aja, istriku itu klo ke ke rumah paling cuma dibikinin telor ceplokTerus, penampilannya, udah nggak enak di pandang deh.""Masa sih, emang istri kamu nggak bisa masak?""Nggak, masakannya nggak enak."Melati pun tersenyum sinis mendengar penjelasan dari mangsa barunya itu. Itu adalah salah satu kelemahan seorang wanita yang bisa dimanfaatkan oleh wanita lainnya, untuk hadir sebagai wan