Tepat sebelum Kenta menghunuskan senjata kirinya menuju jantung Higiri, tiba-tiba saja, sebuah memori lama muncul di dalam pikiran Kenta. Memori tersebut membuatnya kembali ke masa sepuluh tahun lalu, di sebuah ladang bunga matahari. "Aku Higiri," ucap Higiri kecil. Sekali lagi, "Aku Higiri, apa kau ingat?" ucap Higiri saat pertama kali bertemu dengannya. Dan yang memori lainnya, "Aku sudah menunggumu sepuluh tahun, mencintaimu juga selama itu," ujar Higiri, saat pertama kali mereka kencan. Dan perkataan terakhir Higiri baru saja, "Kenta, kau boleh tidak percaya padaku. Aku menunggumu selama sepuluh tahun, dan kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu. Lebih dari apapun. Bahkan jika kau akan membunuhku sekarang, baiklah, aku tidak keberatan. Namun, Kenta, paman-pamanmu menunggu!" ucap Higiri baru saja, terakhir kali. Kali ini, Kenta mulai tersadar. Rambutnya berubah kembali menjadi biru tua, perlahan-lahan. Ia berhenti dengan posisi hampir saja menancapkan senjatanya ke arah jantung H
Raja Fredix lalu mempersilahkan anak laki-laki itu untuk duduk di sebelahnya. Anak laki-laki tersebut lalu berjalan, dan duduk di atas kursi, di sebelah ayahnya. Raja Fedrix lalu berkata, "Ada seorang gadis yang sangat cantik. Kekuatannya sangat besar. Energi yang tidak terbatas. Dia seorang keturunan campuran, di dalam dirinya, tersimpan energi mematikan yang tidak terbatas. Dan, jika kau bisa memilikinya, kau bisa menjadi pemimpin seluruh Dunia Musik, dan menjadikan suku Bass sebagai suku yang superior, sehingga tidak akan ada lagi yang bisa mengganggu suku kita!”Anak laki-laki tersebut lalu bertanya, "Siapakah dia, ayah?"Raja Fedrix lalu mendekatkan wajahnya ke telinga anak laki-laki tersebut dan berbisik, "Dia adalah anak perempuan satu-satunya, yang lahir dari ratu suku Simfoni. Kau tahu bahwa di dalam Dunia Musik ini, mereka adalah suku yang satu-satunya yang bisa menggunakan senjata karena hanya mereka yang bisa mengendalikan energi musik, dan jika kau berhasil memiliki gadis
Tepat sudah tujuh tahun berlalu sejak kejadian itu. Kenta sekarang sudah beranjak remaja. Ia juga sudah bersekolah di sebuah sekolah yang juga berada di dalam panti asuhan itu.Wanita itu, bibi angkatnya, setiap pagi akan, pergi untuk mengasuh anak lain setelah menyantap sarapannya. Ia juga sudah yang menyekolahkan Kenta, namun, karena Kenta sangat pintar, ia mendapatkan beasiswa dari panti asuhan itu, sehingga bibi angkatnya tidak perlu susah payah membayar biaya sekolahnya. Para donatur sangat senang dengan sikap Kenta.Mereka hidup bersama di sebuah panti asuhan di kota yang letaknya jauh dari desa yang menjadi letak rumah kedua orang tua angkat Kenta. Setiap sore ketika bibi angkatnya sudah selesai dengan pekerjaannya, Kenta akan menyambutnya di dalam kamar milik mereka, lalu bibi angkatnya akan langsung mandi, dan mengambil makan malam untuk mereka berdua, Kenta terkadang membantunya memasak. Mereka menikmati waktu bersama dengan canda dan tawa. Terlihat bibi angkat Kenta sangat m
Kenta yang mendengarnya lalu kecewa, menangis keras dan berteriak, "Tidak! Kenapa aku yang harus berbeda!! Tidak, aku tidak mau! Kalian semua salah orang! Aku adalah manusia! Tidak mungkin aku adalah orang dari luar dunia ini, aku sudah sejak lahir di berada di sini!"Kenta hanya bisa menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, dan menangis keras. Mendengar tangisan yang semakin keras itu, X lalu menepuk lembut punggung Kenta, berusaha menenangkannya. Sejak kejadian itu, wajah Kenta tidak pernah menunjukan ekspresi lain selain kecewa dan sedih. Ia juga seolah tidak mempunyai tujuan hidup sama sekali. Ia selalu merasa bersalah, karena dirinya, orang tua dan bibi angkatnya yang tidak bersalah, harus pergi selamanya. Tidak ada lagi senyum di wajah Kenta. Ia hanya melakukan aktivitas yang sama setiap hari, pergi dan pulang sekolah, lalu seharian hanya akan berdiam diri di dalam panti asuhan itu. Karena X dan keempat pamannya yang lain harus menjaga Kenta dari jauh, bahkan bekerja sec
Beberapa waktu berselang setelah kejadian tragis tersebut. Higiri lalu membuka matanya perlahan, lalu terkejut ketika mendapati dirinya sudah berada di atas ranjang kamar di istananya sendiri, istana suku Harmoni. Langit terlihat biru, pertanda masih pagi sekali. Ardee agak mengantuk, menemani Higiri di sampingnya. Higiri lalu berusaha menyentuh bahu Ardee perlahan. Tiba-tiba, Ardee terkejut dan langsung membuka matanya lebar-lebar. Menyadari rajanya sudah bangun, ia langsung berlari keluar dan memberitahu seorang pria yang sudah dari tadi berdiri di depan pintu. Pria tersebut ternyata adalah X, yang memang setiap pagi akan datang untuk menjenguk Higiri, menunggunya sadar, seolah ingin bertanya apa yang sudah terjadi waktu itu di suku Bass. Setelah mendengar bisikan dari Ardee, X lalu masuk dan menutup pintu kamar Higiri. Ia lalu mendekati Higiri dan duduk di atas sebuah kursi di sebelah ranjang dan mulai berkata, "Kau sadar juga. Ini sudah hampir 7 hari. Kami berpikir kau tidak akan
Higiri lalu memulai pembicaraan, ia bertanya, "Kaito? Kau memikirkan Kaito? Apa pikiranmu sama denganku, bahwa Kaito sebenarnya adalah pria bertopeng itu?”Kenta lalu menundukkan kepalanya dan menjawab, "Kau membaca pikiranku? Ah, aku tidak tahu, namun aku merasa ada yang berbeda dari tatapan matanya, dan pria bertopeng tersebut. Seolah aku mengenalnya, namun di mana? Aku tidak bisa ingat sama sekali."Higiri menarik nafas dalam-dalam, lalu mengeluarkannya, dan berkata, "Kenta, pada akhirnya, selalu dirimu yang melindungiku. Aku saja yang memang tidak mampu, payah sekali!"Mendengar itu, Kenta langsung menggenggam tangan Higiri, menatapnya, menggelengkan kepala dan berkata, "Hmm, hmm, tidak. Jika kau tidak menyadarkanku saat itu, aku kemungkinan besar akan menjadi monster, pembunuh berantai yang sadis. Aku bahkan belum mampu mengontrol kekuatan ini."Higiri menundukkan kepalanya, ia hanya menatap pepohonan rindang di sekitarnya.Kenta lalu menyandarkan kepalanya ke bahu Higiri, lalu me
Kenta tersenyum mendengar jawaban itu, lalu pelan-pelan tertidur pulas. Higiri mengambil cangkir berisi coklat panas yang baru saja Kenta minum, lalu membaringkan kepalanya perlahan, di atas bantal yang empuk, dan menatapnya lama sekali, sambil bergumam dalam hatinya, "Maafkan aku, aku harus bagaimana agar bisa setara denganmu? Aku berkata akan menjagamu namun, kelihatannya justru dirimu yang berkali-kali menyelamatkanku dari bahaya!"Higiri lalu minum coklat panas dari cangkirnya, lalu tertidur di sebelah Kenta sambil menggenggam erat tangan istrinya itu. Keesokan paginya, Higiri terlihat terduduk di atas kursi meja makan sambil memainkan sebuah game di ponselnya, namun, ia terus menerus menggaruk kepalanya dan mulai merasa kesal. "Ada apa, Higiri?" tanya Kenta yang sedang menyajikan sarapan. "Ardee begitu berisik. Aku menyuruhnya membuat sebuah tiruan ponsel dari dunia manusia, dan dia berhasil membuatku kesal! Lihat seluruh pesan ini! Dia menyuruhku mengurus berkas ini, berkas i
Sementara itu di lantai bawah, Higiri dan Kaito hanya saling berhadapan, berdiri, dan bertatapan sangat serius. Suasana sangat tegang. Higiri lalu bertanya, "Kau adalah pria bertopeng itu, bukan, Kaito?"Kaito yang mendengar pertanyaan tersebut, justru seperti kebingungan dan membalas, "Maksudnya? Aku memakai topeng?"Higiri semakin serius menatap Kaito, lalu berjalan sedikit, semakin mendekat ke arah Kaito, lalu berbisik pelan di depan telinga Kaito, "Kau adalah pria bertopeng hitam itu, kan? Kau yang sudah membunuh orangtua angkat dan bibinya Kenta, bahkan kau juga yang membunuh orang tuaku, bahkan menculik Kenta. Bukankah kau juga yang sudah memanipulasi Kenta, sewaktu kita masih berada di wilayah suku Bass, waktu itu?”"Kau punya bukti apa?" balas Kaito sambil tersenyum kecil. Higiri lalu menjaga jarak, lalu tersenyum ke arah Kaito, dan membalas, "Luka di lenganmu sama persis seperti luka yang pria bertopeng itu terima. Aku sudah lama memperhatikanmu sejak kejadian di pemandian a