Alex mendorong Alya dengan sangat kasar, Celine dan Melani hanya tertawa terbahak-bahak.
Bruk!
Teman Alya sangat terkejut dengan perlakuan Alex.
"Kamu tidak apa-apa. Alya?" tanya Gadis itu, "Ayo bangun kita pergi dari sini,".
Shena membantu Alya untuk berdiri, ia sangat khawatir dengan sahabatnya.
"Aku tidak apa-apa, Shena. Kamu benar sebaiknya kita pergi," ujar Alya.
Shena menatap tajam Alex, Melani, dan Celine.
"Suatu saat nanti kalian akan mendapat balasan yang setimpal atas apa yang kalian lakukan pada, Allena!" teriak Shena, "Kalian akan membayar semua rasa sakit yang dirasakan, Allena".
"Aku bersumpah hal itu akan terjadi pada kalian!".
Shena dan Alya pun pergi.
***
Melani menenangkan Alex kekasihnya.
"Jangan cemas sayang, perkataan Shena tidak akan pernah terjadi. Kita akan baik-baik saja," ujar Melani.
"Kekasihmu benar, Alex. Kita akan baik-baik saja," ujar Celine.
"Siap yang cemas? aku tidak cemas kok," kilah Alex.
"Ya sudah. Kita nikmati dulu makanannya," ujar Melani.
Mereka pun tampak bersantap sambil menikmati makanan mereka.
***
Alya dan Shena telah sampai di parkiran.
"Aku cemas memikirkan, Allena," ujar Shena.
"Kau benar, Shena. Aku juga cemas," ujar Alya.
Tak lama kemudian, muncullah wanita paruh baya bersama dengan suaminya.
"Kalian temannya, Allena?" tanya Pria paruh baya.
"Ya. Kami temannya, Allena," balas Alya dan Shena.
"Alena, tidak bersama kalian?" tanya Wanita paruh baya.
Alya dan Shena mendadak diam, mereka bingung mengapa kedua orang asing ini menanyakan Allena.
"Kalian kenapa diam?" tanya Pria paruh baya, "Nama kalian siapa?".
"Nama saya, Shena," balas Shena.
"Nama saya, Alya," balas Alya.
Wanita paruh baya itu tersenyum melihat raut wajah ketakutan dari dua gadis dihadapannya.
"Kalian tidak perlu takut. Kami bukan penculik," ujar Wanita paruh baya.
"Benarkan sayang?" tanya Wanita paruh baya.
"Benar sayang," balas Pria paruh baya.
Alya dan Shena tersenyum kikuk.
"Paman, bibi," ujar Alya.
"Ada apa nak. Katakan saja jangan takut," balas Pria paruh baya dan wanita paruh baya.
"Bisakah kalian membantu kami menemukan keberadaan, Allena?" tanya Alya dan Shena.
Pria paruh baya dan Wanita paruh baya itu terkejut.
"Apa yang terjadi dengan, Allena?" tanya Wanita paruh baya.
"Apa Allena diculik?" tanya Pria paruh baya.
"Tidak. Dia dijadikan sebagai penebus hutang oleh mereka," balas Alya dan Shena.
Alya dan Shena menunjuk kearah Alex, Celine, dan Melani.
Pria paruh baya dan Wanita paruh baya itu terkejut.
"Kejam sekali mereka. Kalian pulanglah," ujar Pria paruh baya, "Aku akan memberikan pelajaran pada mereka,".
"Baiklah. Terimakasih atas bantuannya," ujar Alya dan Shena.
Alya dan Shena pun berpamitan lalu pergi.
"Mas," ujar Wanita paruh baya.
"Tenang, Aira. Aku akan menyelamatkan anak yang sudah kamu anggap putri kita sendiri," ujar Pria paruh baya.
"Terimakasih. Mas Hamdan," ujar Aira.
"Sama-sama sayang," ujar Hamdan.
Hamdan dan Aira pun masuk untuk menemui Alex, Melani, dan Celine.
***
Di sisi lain...
~ Mansion Keluarga Mahendra ~
Putra kembar Hamdan dan Aira sedang asik dan fokus dengan pekerjaan masing-masing. Sang kakak sedang fokus menatap layar laptop dan menatap selembar poto, sementara sang adik fokus menatap ponselnya.
"Allend," ujar Alland.
"Ya kakak," sahut Allend.
"Sini dulu," ujar Alland.
Allend mendekati kakaknya.
"Ada apa kakak?" tanya Allend.
"Lihatlah gadis kecil berusia 7 tahun ini," balas Alland.
Allend menatap fokus gadis kecil dalam poto itu.
"Gadis kecil ini mirip dengan bunda. Kakak dapat dari mana?" tanya Allend.
"Ruang kerja milik ayah," balas Alland.
"Bagaimana kalau kita tanyakan pada ayah," ujar Allend.
"Ayah sedang pergi, Allend. Pergi sama wanita yang ia cintai," ujar Alland.
Allend terkejut bukan main.
"Apa ayah selingkuh kakak?" tanya Allend.
Alland mencubit tangan Allend.
"Sembarangan kalau bicara," balas Alland.
"Abis kakak bikin aku kaget," ujar Allend.
"Wanita yang ayah cintai hanya bunda," ujar Alland.
Allend kembali memperhatikan poto gadis kecil itu.
"Manis banget ya kakak. Lucu dan menggemaskan," ujar Allend.
"Ya, Allend," ujar Alland.
Alland dan Allend pun terdiam.
***
Alland Malvis Mahendra, pria berusia 25 tahun. Putra pertama dari Hamdan Mahendra dan Aira Maura Mahendra. Dia adalah pewaris dari Mahendra Group. Ia adalah sosok pria yang tegas, tegas, dan berwibawa.
Allend Malvis Mahendra, pria berusia 25 tahun. Putra kedua dari Hamdan Mahendra dan Aira Maura Mahendra. Dia adalah CEO dari Perusahaan AMM. Company. Sama halnya dengan Alland, ia adalah sosok yang tenang, tegas, dan berwibawa. Namun ia memiliki satu sifat tersembunyi.
***
Di tempat lain...
~ Ruang Rahasia ~
Allena sudah sadar dari pingsannya dan ia merasakan pusing yang amat dahsyat.
"Aku ada dimana? tempatnya asing sekali,".
Allena menatap kedua tangan dan kakinya yang telah terikat borgol.
"Kenapa aku terikat seperti ini. Aku ada dimana sebenarnya?" tanya Allena.
Allena mulai menggerakkan tubuhnya, ia berharap ikatan itu bisa lepas, namun hasilnya nihil.
Tak lama kemudian lampu kamar dimatikan.
Tek!
Allena terkejut dan mulai merasakan kedinginan karena suhu ruangan semakin dingin.
"Dingin," lirih Allena.
Tak lama kemudian pintu kamar terbuka dan sosok misterius menutup pintunya.
"Kamu tidak akan mampu melepaskan borgol yang mengikat kedua tangan dan kakimu!" tegas Pria itu.
"Siap kau?" tanya Allena.
Allena berusaha menyembunyikan ketakutannya agar tidak dianggap lemah oleh pria dihadapannya.
"Kau tidak perlu tahu siapa diriku. Aku ingin mengatakan padamu bahwa kau telah menjadi milikku karena temanmu menjadikanmu sebagai penebus hutang!" tegas Pria itu.
Allena sangat terkejut dan syok, air mata mulai mengalir di wajahnya.
Pria itu pun pergi meninggalkan Allena sendirian dan tidak lupa ia mengunci pintunya.
***
"Siapa yang tega menjadikanku sebagai penebus hutang?" tanya Allena, "Ya Allah. Apa aku memiliki kesalahan besar sehingga tidak ada kebahagian sedikitpun untukku,".
Allena menghapus air matanya.
"Tidak," ujar Allena.
"Aku harus bisa pergi dari sini," lanjut Allena.
Allena pun mulai menggerakkan tubuhnya dengan kencang.
"Bismillah," ujar Allena.
Allena pun mengguncangkan tubuhnya dengan kencang dan kuat.
Setelah beberapa menit berjuang, akhirnya ikatan tangan dan kaki Allena terlepas.
"Alhamdulilah," ujar Allena.
Allena pun meringis menahan rasa sakit, kedua tangan dan kakinya membiru.
"Aku harus cepat pergi dari sini," ujar Allena.
Allena pun bangkit dan berjalan menuju jendela kamar.
"Kenapa semuanya gelap. Tidak ada cahaya dari luar kamar ini," ujar Allena.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka.
"Luar biasa. Kau bisa melepaskan diri dari ikatan borgol," ujar Pria itu.
Pria itu mendekati Allena.
"Kamu tidak akan bisa lepas dariku!" tegas Pria itu.
Pria itu mendorong tubuh Allena dengan kasar dan kembali mengikat tangan dan kaki Allena dengan borgol.
"Lepaskan aku pria jahat!" teriak Allena.
"Diam!" bentak Pria itu.
Allena mengabaikan perkataan pria itu ia semakin membrontak.
"Diamlah Allena," ujar Pria itu.
Pria itu menatap tangan dan kaki yang semakin membiru.
"Tidurlah lagi!" tegas Pria itu.
"Aku tidak mau!" teriak Allena.
"Sudahlah Allena. Tidurlah," ujar Pria itu.
Allena diam saja, ia sendiri bingung kenapa bisa menurut pada pria dihadapannya."Aku akan segera kembali," ujar Pria itu.Pria itu pun pergi meninggalkan Allena sendirian dan pria itu lupa mengunci pintu kamar."Pria bodoh. Bahkan ia meninggalkan kunci borgol dan kamarnya bersamaku. Aku harus pergi dari sini," ujar Allena.Allena pun membuka ikatan tangan dan kakinya lalu pergi keluar kamar."Aku bebas," ujar Allena.Allena mengunci kamar itu dan menaruh kuncinya di meja lalu pergi.***Allena menaiki satu-satu anak tangga dan akhirnya sampai di depan pintu keluar ruangan bawah tanah.Allena pun membuka pintunya dan terpesona."Sadar, Allena. Kau harus pergi dari sini," ujar Allena.Allena pun pergi.***Allena telah sampai di halaman Mansion. Ia melihat pria itu sedang mengobrol dengan asistennya."Bagaimana bisa aku keluar dari penjara ini, jika pria itu saja masih ada di sana," ujar
Pagi itu suasana Cafe Love tampak ramai, dari kejauhan tampak seorang gadis sedang asik melayani pesanan para tamu. Ketika sedang asik memberikan pesanan para tamu, tiba-tiba seorang wanita paruh baya menepuk pundaknya. Sontak saja tepukan itu membuat gadis itu terkejut. "Kamu baik-baik saja nak?" tanya wanita paruh baya itu. "Saya baik-baik saja Ibu," balas gadis itu. "Nak, bisakah kita bicara berdua saja?" tanya wanita paruh baya itu dengan tatapan memohon. "Sebentar ya, Ibu. Saya harus izin dahulu kepada pemilik Cafe ini," balas gadis itu dengan senyum mengembang. "Baiklah nak. Ibu akan menunggu di luar Cafe," ujar wanita paruh baya itu. Wanita paruh baya itu pun pergi. "Aku harus minta izin dahulu," ujar gadis itu. Gadis itu pun pergi.
"Mereka sangat menyebalkan," ujar Celine."Kau benar, sebaiknya kita pergi dari sini," ujar Melani.Celine dan Melani pun pergi.Di sisi lain...~ Room CEO ~Pria itu mendorong Allena hingga menabrak kursi yang terletak di depan meja CEO."Apa-apaan kau ini Alex. Kenapa kau kasar sekali?" tanya Pria yang berprofesi sebagai CEO."Maapkan saya Tuan, tapi gadis ini telah berani berbicara dengan wanita tua saat jam kerja," balas Alex, pria yang disebutkan namanya oleh sang atasannya.Pria itu mendekati Allena."Bangunlah!" tegas Pria itu.Allena pun bangkit sembari menahan sakit ditangannya."Bukankah kamu gadis yang meminta izin padaku tadi?" tanya Pria itu."Benar Tuan," balas Allena ketakutan.Pria itu menghela nafas dan me
"Mereka benar-benar licik. Demi melunasi hutangnya dengan tega menukar seorang gadis polos agar hutang mereka lunas," ujar Pria itu, "Sungguh malang sekali nasibmu gadis polos. Kau harus tersiksa olehku,".Pria berjubah hitam itu tersenyum menyeringai."Aku harus kembali ke Mansion jika tidak ayah akan selalu menerorku untuk cepat-cepat membunuh musuhnya. Aku tidak menyukai hal-hal yang terlalu cepat," ujar Pria itu.Tak lama kemudian ia masuk ke dalam mobil lalu pergi.***~ Mansion ~Pria itu berjalan dengan angkuhnya menuju lift, ia mengabaikan ucapan selamat sore dari para pelayannya.Sebelum masuk ke dalam lift pria itu berbalik menatap para pelayan."Siapkan satu kamar yang ada di ruang bawah tanah, akan ada penghuni baru di Mansion ini," ujar Pria itu."Baik Tuan,".Para pelayan itu menunduk lalu pria itu pun masuk ke dalam lift."Segera siapkan kamarnya atau dia akan marah besar nantinya. Kalian tah
Allena diam saja, ia sendiri bingung kenapa bisa menurut pada pria dihadapannya."Aku akan segera kembali," ujar Pria itu.Pria itu pun pergi meninggalkan Allena sendirian dan pria itu lupa mengunci pintu kamar."Pria bodoh. Bahkan ia meninggalkan kunci borgol dan kamarnya bersamaku. Aku harus pergi dari sini," ujar Allena.Allena pun membuka ikatan tangan dan kakinya lalu pergi keluar kamar."Aku bebas," ujar Allena.Allena mengunci kamar itu dan menaruh kuncinya di meja lalu pergi.***Allena menaiki satu-satu anak tangga dan akhirnya sampai di depan pintu keluar ruangan bawah tanah.Allena pun membuka pintunya dan terpesona."Sadar, Allena. Kau harus pergi dari sini," ujar Allena.Allena pun pergi.***Allena telah sampai di halaman Mansion. Ia melihat pria itu sedang mengobrol dengan asistennya."Bagaimana bisa aku keluar dari penjara ini, jika pria itu saja masih ada di sana," ujar
Alex mendorong Alya dengan sangat kasar, Celine dan Melani hanya tertawa terbahak-bahak.Bruk!Teman Alya sangat terkejut dengan perlakuan Alex."Kamu tidak apa-apa. Alya?" tanya Gadis itu, "Ayo bangun kita pergi dari sini,".Shena membantu Alya untuk berdiri, ia sangat khawatir dengan sahabatnya."Aku tidak apa-apa, Shena. Kamu benar sebaiknya kita pergi," ujar Alya.Shena menatap tajam Alex, Melani, dan Celine."Suatu saat nanti kalian akan mendapat balasan yang setimpal atas apa yang kalian lakukan pada, Allena!" teriak Shena, "Kalian akan membayar semua rasa sakit yang dirasakan, Allena"."Aku bersumpah hal itu akan terjadi pada kalian!".Shena dan Alya pun pergi.***Melani menenangkan Alex kekasihnya."Jangan cemas sayang, perkataan Shena tidak akan pernah terjadi. Kita akan baik-baik saja," ujar Melani."Kekasihmu benar, Alex. Kita akan baik-baik saja," ujar Celine."Siap yang ce
"Mereka benar-benar licik. Demi melunasi hutangnya dengan tega menukar seorang gadis polos agar hutang mereka lunas," ujar Pria itu, "Sungguh malang sekali nasibmu gadis polos. Kau harus tersiksa olehku,".Pria berjubah hitam itu tersenyum menyeringai."Aku harus kembali ke Mansion jika tidak ayah akan selalu menerorku untuk cepat-cepat membunuh musuhnya. Aku tidak menyukai hal-hal yang terlalu cepat," ujar Pria itu.Tak lama kemudian ia masuk ke dalam mobil lalu pergi.***~ Mansion ~Pria itu berjalan dengan angkuhnya menuju lift, ia mengabaikan ucapan selamat sore dari para pelayannya.Sebelum masuk ke dalam lift pria itu berbalik menatap para pelayan."Siapkan satu kamar yang ada di ruang bawah tanah, akan ada penghuni baru di Mansion ini," ujar Pria itu."Baik Tuan,".Para pelayan itu menunduk lalu pria itu pun masuk ke dalam lift."Segera siapkan kamarnya atau dia akan marah besar nantinya. Kalian tah
"Mereka sangat menyebalkan," ujar Celine."Kau benar, sebaiknya kita pergi dari sini," ujar Melani.Celine dan Melani pun pergi.Di sisi lain...~ Room CEO ~Pria itu mendorong Allena hingga menabrak kursi yang terletak di depan meja CEO."Apa-apaan kau ini Alex. Kenapa kau kasar sekali?" tanya Pria yang berprofesi sebagai CEO."Maapkan saya Tuan, tapi gadis ini telah berani berbicara dengan wanita tua saat jam kerja," balas Alex, pria yang disebutkan namanya oleh sang atasannya.Pria itu mendekati Allena."Bangunlah!" tegas Pria itu.Allena pun bangkit sembari menahan sakit ditangannya."Bukankah kamu gadis yang meminta izin padaku tadi?" tanya Pria itu."Benar Tuan," balas Allena ketakutan.Pria itu menghela nafas dan me
Pagi itu suasana Cafe Love tampak ramai, dari kejauhan tampak seorang gadis sedang asik melayani pesanan para tamu. Ketika sedang asik memberikan pesanan para tamu, tiba-tiba seorang wanita paruh baya menepuk pundaknya. Sontak saja tepukan itu membuat gadis itu terkejut. "Kamu baik-baik saja nak?" tanya wanita paruh baya itu. "Saya baik-baik saja Ibu," balas gadis itu. "Nak, bisakah kita bicara berdua saja?" tanya wanita paruh baya itu dengan tatapan memohon. "Sebentar ya, Ibu. Saya harus izin dahulu kepada pemilik Cafe ini," balas gadis itu dengan senyum mengembang. "Baiklah nak. Ibu akan menunggu di luar Cafe," ujar wanita paruh baya itu. Wanita paruh baya itu pun pergi. "Aku harus minta izin dahulu," ujar gadis itu. Gadis itu pun pergi.