Pagi itu suasana Cafe Love tampak ramai, dari kejauhan tampak seorang gadis sedang asik melayani pesanan para tamu.
Ketika sedang asik memberikan pesanan para tamu, tiba-tiba seorang wanita paruh baya menepuk pundaknya.
Sontak saja tepukan itu membuat gadis itu terkejut.
"Kamu baik-baik saja nak?" tanya wanita paruh baya itu.
"Saya baik-baik saja Ibu," balas gadis itu.
"Nak, bisakah kita bicara berdua saja?" tanya wanita paruh baya itu dengan tatapan memohon.
"Sebentar ya, Ibu. Saya harus izin dahulu kepada pemilik Cafe ini," balas gadis itu dengan senyum mengembang.
"Baiklah nak. Ibu akan menunggu di luar Cafe," ujar wanita paruh baya itu.
Wanita paruh baya itu pun pergi.
"Aku harus minta izin dahulu," ujar gadis itu.
Gadis itu pun pergi.
Setelah gadis itu pergi, tak lama kemudian keluar dua orang gadis yang sangat membenci gadis itu.
"Mel. Aku benci banget sama dia," ujar Celine.
"Aku juga sangat membencinya Cel," ujar Melani.
"Bagaimana kalau kita jadikan dia sebagai penebus hutang?" tanya Celine.
"Kamu benar Mel. Aku setuju," balas Melani.
"Kapan kita lancarkan rencananya?" tanya Celine.
"Bagaimana kalau besok?" tanya Melani.
"Aku setuju. Membayangkan kehidupan Allena yang hancur pasti akan sangat menyenangkan," balas Celine.
"Kau benar. Ayo lanjutkan pekerjaan kita," ujar Melani.
"Ayo," ujar Celine.
Melani dan Celine pun pergi.
***
Setelah meminta izin kepada pemilik Cafe, Allena pun menemui wanita paruh baya itu."Ibu. Anda ingin berbicara apa padaku?" tanya Allena.
"Duduklah dulu nak," balas wanita paruh baya itu.
"Baiklah Ibu," ujar Allena.
Allena pun duduk disebelah wanita paruh baya itu.
"Nak, sudah berapa lama kamu bekerja di Cafe Love?" tanya wanita paruh baya itu.
"Baru dua minggu. Ibu," balas Allena.
Wanita paruh baya itu tersenyum.
"Kamu baru bekerja dua minggu tapi sudah membuat para pelanggan Cafe ini sangat suka dengan pelayananmu bahkan, Cafe ini menjadi sangat ramai karena dirimu nak," ujar wanita paruh baya itu.
"Saya hanya ingin melakukan yang terbaik untuk Cafe Love ini. Saya sangat bersyukur bisa diterima bekerja di Cafe ini," ujar Allena Maura Mahardian.
"Kamu luar biasa nak. Nama kamu siapa nak?" tanya wanita paruh baya itu sambil tersenyum menatap Allena."Nama saya Allena Maura. Ibu," balas Allena Maura Mahardian."Nama yang sangat indah nak," ujar wanita paruh baya itu.
"Terimakasih Ibu," ujar Allena Maura Mahardian.
Allena Maura Mahardian merasakan kehangatan saat berada dekat dengan wanita paruh baya dihadapannya.
"Ibu, bolehkah aku memelukmu?" tanya Allena Maura Mahardian.
Wanita paruh baya itu tersenyum sangat lembut.
"Silahkan nak," balas wanita paruh baya itu.
"Terimakasih Ibu," ujar Allena Maura Mahardian.
Allena Maura Mahardian pun memeluk erat wanita paruh baya itu, tubuhnya merasa sangat nyaman dan penuh dengan kehangatan.
***
Ya Allah...
Aku merasakan debaran detak jantung yang begitu kencang saat diriku memeluknya.Aku merasakan kehangatan dan kenyamanan saat memeluknya.~ Allena Maura Mahardian ~***Ya Allah...Perasaan seperti apa ini?Mengapa aku merasakan jantungku berpacu dengan kencang saat gadis ini memelukku.Aku seperti merasakan pelukan dari anak kandungku sendiri.Jika saja kejadian kecelakaan itu tidak terjadi, aku pasti akan melihat pertumbuhan anak-anakku.~ Mrs. M ~***Tak terasa, air mata mengalir deras di wajah manis milik Allena Maura Mahardian."Kamu menangis nak?" tanya wanita paruh baya itu.
Allena tersadar dengan cepat menghapus air matanya dan tersenyum.
"Kamu baik-baik saja nak?" tanya wanita paruh baya itu.
"Ya Ibu. Aku baik-baik saja," balas Allena Maura Mahardian.
"Tapi tadi Ibu melihatmu menangis," ujar wanita paruh baya itu.
"Aku hanya terbawa suasana saja," ujar Allena Maura Mahardian.
"Baiklah nak. Ibu pamit dulu ya," ujar wanita paruh baya, "Suami Ibu sudah menjemput. Assalamulaikum nak,".
"Waalaikumsalam," ujar Allena Mutiara Shafna sambil tersenyum tulus menatap kepergian wanita paruh baya itu.
Setelah kepergian wanita paruh baya itu, Allena pun kembali bekerja.
***
Saat sedang asik membuat pesanan para tamu, Allena dikejutkan dengan kehadiran Celine dan Melani.Brakk!
Celine dan Melani menggebrak meja membuat Allena terkejut.
"Hei anak baru. Enak banget ya baru dua minggu kerja malah enak-enakkan mengobrol dengan wanita tua diluar Cafe," ujar Celine.
"Benar Cel. Bagaimana kalau kita laporkan kepada atasan?" tanya Melani.
"Aku setuju Mel. Biar dia tahu rasa dan dipecat oleh atasan," balas Celine.
Dari kejauhan manager Cafe Love melihat pertengkaran ketiga gadis itu, ia merasa sangat marah dan kesal.
Pria itu langsung mendekati Melani dan Celine.
"Ada apa ini?" tanya pria itu, "Mengapa kalian ribut-ribut,".
"Pak ... gadis yang baru bekerja dua minggu ini sudah berani mengobrol bersama wanita tua di luar Cafe," balas Celine dan Melani.
Pria itu menatap tajam Allena.
"Apa benar yang dikatakan oleh mereka Allena?" tanya pria itu tajam.
"Benar Pak," balas Allena dengan raut wajah ketakutan.
Tak lama kemudian, terdengarlah suara tepukan tangan yang dilakukan oleh pria itu.
"Wah bagus sekali ya. Baru dua minggu bekerja saja kau sudah melakukan pelanggaran," ujar pria itu.
"Tapi saya sudah izin. Pak," lirih Allena.
"Diam!" teriak pria itu, "Aku tidak ingin mendengarkan perkataan dari gadis yang telah mempermainkan pekerjaan,".
Allena sangat terkejut mendengar suara lantang pria dihadapannya.
Celine dan Melani tersenyum menyeringai.
"Akhirnya Allena kena marah," bisik Celine.
"Benar Cel. Aku sangat bahagia," ujar Melani.
Celine dan Melani tersenyum sinis.
***
"Sekarang ikut saya menghadap atasan," ujar pria itu tegas."Baiklah," ujar Allena.
Allena pun pergi bersama dengan pria itu.
Setelah kepergian Allena dan pria itu. Celine dan Melani melompat kesenangan.
"Akhirnya gadis itu kena marah sama Pak Manager," ujar Celine.
"Benar Cel. Aku sangat bahagia mendengarnya. Dia pasti akan dipecat dan kita tidak perlu lagi menjadikan dia sebagai penebus hutang," ujar Melani.
"Tapi Mel. Jika gadis itu dipecat hutang kita tidak akan lunas," ujar Celine.
"Benar juga ya. Hutang kita senilai dua puluh milyar. Bagaimana caranya kita akan bayar," ujar Melani.
"Tentu saja, gaji kita saja hanya sepuluh juta," ujar Celine.
"Aku jadi bingung Cel," ujar Melani.
"Kita jalankan saja rencana pertama kita," ujar Celine.
"Jika itu jalan keluarnya maka aku setuju. Kita jadikan saja Allena sebagai penebus hutang," ujar Melani.
"Dia pasti akan hidup menderita dan penuh dengan siksaan," ujar Celine.
Tak lama kemudian datanglah dua orang gadis yang menjadi musuh dari Celine dan Melani.
"Kalian jahat ya sama Allena. Padahal ia orangnya baik dan ramah," ujar gadis dengan pakaian kemeja berwarna biru.
"Hei Alya. Kamu tidak perlu ikut campur dengan urusan kami," ujar Celine dan Melani.
"Alya sebaiknya kita pergi saja," ujar gadis dengan pakaian kemeja berwarna putih.
"Kau benar," ujar Alya.
Tak lama kemudian, kedua gadis yang menjadi musuh Celine dan Melani pun pergi.
"Mereka sangat menyebalkan," ujar Celine."Kau benar, sebaiknya kita pergi dari sini," ujar Melani.Celine dan Melani pun pergi.Di sisi lain...~ Room CEO ~Pria itu mendorong Allena hingga menabrak kursi yang terletak di depan meja CEO."Apa-apaan kau ini Alex. Kenapa kau kasar sekali?" tanya Pria yang berprofesi sebagai CEO."Maapkan saya Tuan, tapi gadis ini telah berani berbicara dengan wanita tua saat jam kerja," balas Alex, pria yang disebutkan namanya oleh sang atasannya.Pria itu mendekati Allena."Bangunlah!" tegas Pria itu.Allena pun bangkit sembari menahan sakit ditangannya."Bukankah kamu gadis yang meminta izin padaku tadi?" tanya Pria itu."Benar Tuan," balas Allena ketakutan.Pria itu menghela nafas dan me
"Mereka benar-benar licik. Demi melunasi hutangnya dengan tega menukar seorang gadis polos agar hutang mereka lunas," ujar Pria itu, "Sungguh malang sekali nasibmu gadis polos. Kau harus tersiksa olehku,".Pria berjubah hitam itu tersenyum menyeringai."Aku harus kembali ke Mansion jika tidak ayah akan selalu menerorku untuk cepat-cepat membunuh musuhnya. Aku tidak menyukai hal-hal yang terlalu cepat," ujar Pria itu.Tak lama kemudian ia masuk ke dalam mobil lalu pergi.***~ Mansion ~Pria itu berjalan dengan angkuhnya menuju lift, ia mengabaikan ucapan selamat sore dari para pelayannya.Sebelum masuk ke dalam lift pria itu berbalik menatap para pelayan."Siapkan satu kamar yang ada di ruang bawah tanah, akan ada penghuni baru di Mansion ini," ujar Pria itu."Baik Tuan,".Para pelayan itu menunduk lalu pria itu pun masuk ke dalam lift."Segera siapkan kamarnya atau dia akan marah besar nantinya. Kalian tah
Alex mendorong Alya dengan sangat kasar, Celine dan Melani hanya tertawa terbahak-bahak.Bruk!Teman Alya sangat terkejut dengan perlakuan Alex."Kamu tidak apa-apa. Alya?" tanya Gadis itu, "Ayo bangun kita pergi dari sini,".Shena membantu Alya untuk berdiri, ia sangat khawatir dengan sahabatnya."Aku tidak apa-apa, Shena. Kamu benar sebaiknya kita pergi," ujar Alya.Shena menatap tajam Alex, Melani, dan Celine."Suatu saat nanti kalian akan mendapat balasan yang setimpal atas apa yang kalian lakukan pada, Allena!" teriak Shena, "Kalian akan membayar semua rasa sakit yang dirasakan, Allena"."Aku bersumpah hal itu akan terjadi pada kalian!".Shena dan Alya pun pergi.***Melani menenangkan Alex kekasihnya."Jangan cemas sayang, perkataan Shena tidak akan pernah terjadi. Kita akan baik-baik saja," ujar Melani."Kekasihmu benar, Alex. Kita akan baik-baik saja," ujar Celine."Siap yang ce
Allena diam saja, ia sendiri bingung kenapa bisa menurut pada pria dihadapannya."Aku akan segera kembali," ujar Pria itu.Pria itu pun pergi meninggalkan Allena sendirian dan pria itu lupa mengunci pintu kamar."Pria bodoh. Bahkan ia meninggalkan kunci borgol dan kamarnya bersamaku. Aku harus pergi dari sini," ujar Allena.Allena pun membuka ikatan tangan dan kakinya lalu pergi keluar kamar."Aku bebas," ujar Allena.Allena mengunci kamar itu dan menaruh kuncinya di meja lalu pergi.***Allena menaiki satu-satu anak tangga dan akhirnya sampai di depan pintu keluar ruangan bawah tanah.Allena pun membuka pintunya dan terpesona."Sadar, Allena. Kau harus pergi dari sini," ujar Allena.Allena pun pergi.***Allena telah sampai di halaman Mansion. Ia melihat pria itu sedang mengobrol dengan asistennya."Bagaimana bisa aku keluar dari penjara ini, jika pria itu saja masih ada di sana," ujar
Allena diam saja, ia sendiri bingung kenapa bisa menurut pada pria dihadapannya."Aku akan segera kembali," ujar Pria itu.Pria itu pun pergi meninggalkan Allena sendirian dan pria itu lupa mengunci pintu kamar."Pria bodoh. Bahkan ia meninggalkan kunci borgol dan kamarnya bersamaku. Aku harus pergi dari sini," ujar Allena.Allena pun membuka ikatan tangan dan kakinya lalu pergi keluar kamar."Aku bebas," ujar Allena.Allena mengunci kamar itu dan menaruh kuncinya di meja lalu pergi.***Allena menaiki satu-satu anak tangga dan akhirnya sampai di depan pintu keluar ruangan bawah tanah.Allena pun membuka pintunya dan terpesona."Sadar, Allena. Kau harus pergi dari sini," ujar Allena.Allena pun pergi.***Allena telah sampai di halaman Mansion. Ia melihat pria itu sedang mengobrol dengan asistennya."Bagaimana bisa aku keluar dari penjara ini, jika pria itu saja masih ada di sana," ujar
Alex mendorong Alya dengan sangat kasar, Celine dan Melani hanya tertawa terbahak-bahak.Bruk!Teman Alya sangat terkejut dengan perlakuan Alex."Kamu tidak apa-apa. Alya?" tanya Gadis itu, "Ayo bangun kita pergi dari sini,".Shena membantu Alya untuk berdiri, ia sangat khawatir dengan sahabatnya."Aku tidak apa-apa, Shena. Kamu benar sebaiknya kita pergi," ujar Alya.Shena menatap tajam Alex, Melani, dan Celine."Suatu saat nanti kalian akan mendapat balasan yang setimpal atas apa yang kalian lakukan pada, Allena!" teriak Shena, "Kalian akan membayar semua rasa sakit yang dirasakan, Allena"."Aku bersumpah hal itu akan terjadi pada kalian!".Shena dan Alya pun pergi.***Melani menenangkan Alex kekasihnya."Jangan cemas sayang, perkataan Shena tidak akan pernah terjadi. Kita akan baik-baik saja," ujar Melani."Kekasihmu benar, Alex. Kita akan baik-baik saja," ujar Celine."Siap yang ce
"Mereka benar-benar licik. Demi melunasi hutangnya dengan tega menukar seorang gadis polos agar hutang mereka lunas," ujar Pria itu, "Sungguh malang sekali nasibmu gadis polos. Kau harus tersiksa olehku,".Pria berjubah hitam itu tersenyum menyeringai."Aku harus kembali ke Mansion jika tidak ayah akan selalu menerorku untuk cepat-cepat membunuh musuhnya. Aku tidak menyukai hal-hal yang terlalu cepat," ujar Pria itu.Tak lama kemudian ia masuk ke dalam mobil lalu pergi.***~ Mansion ~Pria itu berjalan dengan angkuhnya menuju lift, ia mengabaikan ucapan selamat sore dari para pelayannya.Sebelum masuk ke dalam lift pria itu berbalik menatap para pelayan."Siapkan satu kamar yang ada di ruang bawah tanah, akan ada penghuni baru di Mansion ini," ujar Pria itu."Baik Tuan,".Para pelayan itu menunduk lalu pria itu pun masuk ke dalam lift."Segera siapkan kamarnya atau dia akan marah besar nantinya. Kalian tah
"Mereka sangat menyebalkan," ujar Celine."Kau benar, sebaiknya kita pergi dari sini," ujar Melani.Celine dan Melani pun pergi.Di sisi lain...~ Room CEO ~Pria itu mendorong Allena hingga menabrak kursi yang terletak di depan meja CEO."Apa-apaan kau ini Alex. Kenapa kau kasar sekali?" tanya Pria yang berprofesi sebagai CEO."Maapkan saya Tuan, tapi gadis ini telah berani berbicara dengan wanita tua saat jam kerja," balas Alex, pria yang disebutkan namanya oleh sang atasannya.Pria itu mendekati Allena."Bangunlah!" tegas Pria itu.Allena pun bangkit sembari menahan sakit ditangannya."Bukankah kamu gadis yang meminta izin padaku tadi?" tanya Pria itu."Benar Tuan," balas Allena ketakutan.Pria itu menghela nafas dan me
Pagi itu suasana Cafe Love tampak ramai, dari kejauhan tampak seorang gadis sedang asik melayani pesanan para tamu. Ketika sedang asik memberikan pesanan para tamu, tiba-tiba seorang wanita paruh baya menepuk pundaknya. Sontak saja tepukan itu membuat gadis itu terkejut. "Kamu baik-baik saja nak?" tanya wanita paruh baya itu. "Saya baik-baik saja Ibu," balas gadis itu. "Nak, bisakah kita bicara berdua saja?" tanya wanita paruh baya itu dengan tatapan memohon. "Sebentar ya, Ibu. Saya harus izin dahulu kepada pemilik Cafe ini," balas gadis itu dengan senyum mengembang. "Baiklah nak. Ibu akan menunggu di luar Cafe," ujar wanita paruh baya itu. Wanita paruh baya itu pun pergi. "Aku harus minta izin dahulu," ujar gadis itu. Gadis itu pun pergi.