"Mereka sangat menyebalkan," ujar Celine.
"Kau benar, sebaiknya kita pergi dari sini," ujar Melani.Celine dan Melani pun pergi.
Di sisi lain...
~ Room CEO ~
Pria itu mendorong Allena hingga menabrak kursi yang terletak di depan meja CEO.
"Apa-apaan kau ini Alex. Kenapa kau kasar sekali?" tanya Pria yang berprofesi sebagai CEO.
"Maapkan saya Tuan, tapi gadis ini telah berani berbicara dengan wanita tua saat jam kerja," balas Alex, pria yang disebutkan namanya oleh sang atasannya.
Pria itu mendekati Allena.
"Bangunlah!" tegas Pria itu.
Allena pun bangkit sembari menahan sakit ditangannya.
"Bukankah kamu gadis yang meminta izin padaku tadi?" tanya Pria itu.
"Benar Tuan," balas Allena ketakutan.
Pria itu menghela nafas dan menatap Alex tajam.
"Kamu pergilah, lanjutkan saja pekerjaanmu," ujar Pria itu.
"Terimakasih Tuan," ujar Allena.
Pria itu hanya mengangguk dan Allena pun pergi dengan cara yang sangat sopan.
***Setelah Allena pergi, pria itu mendekati Alex."Kenapa kau kasar padanya Alex. Dia telah meminta izin padaku," ujar Pria itu.
"Saya tidak suka dengan gadis itu Tuan," ujar Alex.
"Apa dia membuat kesalahan padamu?" tanya Pria itu.
"Tidak Tuan. Saya tidak suka dengannya karena dia telah membuat para pelayan Cafe menyukai pelayanannya," balas Alex.
Pria itu hanya menghela nafas panjang.
"Bukankah hal itu bagus untuk kemajuan Cafe ini ke depannya atau jangan-jangan kau mau membela Melani gadis yang kau cintai?" tanya Pria itu.
"Ya Tuan. Anda sangat benar," balas Alex.
"Aku tidak habis fikir kau bisa mencintai gadis itu," ujar Pria itu.
"Anda tidak berhak mengatur saya," ujar Alex.
"Apa pernah aku mengaturmu?" tanya Pria itu.
"Jangan sembarangan kalau bicara. Pergilah!" tegas Pria itu.
Alex pun pergi dari hadapan pria itu.
***"Aku tidak menyangka akan memiliki karyawan sepertinya," ujar Pria itu.Tak lama kemudian ponselnya berdering dan ia langsung mengangkatnya.
~ Via Call ~
"Halo Tuan," ujar Seseorang.
"Ya Marchel," ujar Pria itu.
"Tuan. Saya hanya ingin mengingatkan bahwa nanti malam CEO dari Perusahaan Grey Company ingin menemui anda," ujar Marchel.
"Terimakasih telah mengingatkan diriku. Pukul berapa pertemuannya?" tanya Pria itu.
"Pukul sembilan malam Tuan. Anda akan menemuinya di Cafe Green," balas Marchel.
"Baiklah. Aku akan datang nanti malam, kau pelajari saja materi rapatnya," ujar Pria itu.
"Kalau begitu saya izin untuk menutup perbincangan kita Pak," ujar Marchel.
"Ya Marchel," ujar Pria itu.
Tut!
~ Via Call Off ~
***Pria itu kembali meletakan ponselnya di meja.
"Mengapa tidak di Cafe milikku saja bertemunya, padahal saat ini aku sedang kesal," ujar Pria itu.
Pria itu pun memijat keningnya dan kembali melanjutkan pekerjaannya.***
Allena keluar dari ruang atasan dengan sangat tenang dan tiba-tiba pria yang bernama Alex datang menghampirinya."Apa kau menggoda para pelanggan?" tanya Alex.
"Maksud Tuan?" Allena kembali bertanya pada Alex ketika pria itu menuduhnya.
"Jangan berpura-pura polos. Kau menggoda para pelanggankan?" tanya Alex tajam dan menusuk.
"Saya tidak melakukan apapun dan tidak menggoda para pelanggan," balas Allena.
"Aku tidak percaya padamu," ujar Alex.
Alex mendorong tubuh Allena dengan kasar ke tembok lalu pergi.
Bug!
Allena merasakan sakit dipunggungnya namun ia harus tetap kuat. Allena berfikir kejadian ini adalah ujian yang diberikan oleh Allah SWT untuk menguji kesabarannya.
"Aku harus kembali bekerja," ujar Allena.
Allena pun pergi.
***
Di sisi lain...
Alex dan Melani sedang berbincang-bincang.
"Maapkan aku sayang, Allena tidak dikeluarkan dari pekerjaan," ujar Alex.
"Tidak apa-apa sayang. Aku sudah punya rencana lain," ujar Melani.
"Rencana apa sayang?" tanya Alex.
"Aku akan menjadikan Allena sebagai penebus hutangku dan Celine," balas Melani.
"Siapa pria yang memberimu pinjaman uang sebanyak itu?" tanya Alex.
"Dia adalah pria yang sangat kejam dan tidak berperasaan, aku mendengar rumor bahwa dia suka membunuh orang berkhianat padanya," balas Melani.
"Kapan kamu akan menyerahkan Allena pada pria itu?" tanya Alex.
"Nanti malam," balas Melani.
"Bagaimana kalau kita susun rencana terlebih dahulu," ujar Alex.
"Baiklah, nanti sore aku dan Celine akan menemui pria itu," ujar Melani.
"Baiklah. Aku akan mengantarkan kalian nanti sore," ujar Alex.
"Baiklah sayang. Kalau begitu aku pergi dulu," ujar Melani.
Cup!
Melani mengecup bibir Alex lalu pergi.
"Aku mencintai dirimu sayang," ujar Alex.
Alex pun pergi.
***
Allena tampak asik memasak dan tak lama seorang gadis bernama Alya datang.
"Kamu serius sekali," ujar Alya.
Allena terkejut dan menatap Alya sepenuhnya.
"Hai ... aku Alya Pradana," ujar Alya.
Alya mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Allena.
"Aku ... Allena Maura Mahardian," ujar Allena.
"Nama yang sangat indah Allena," puji Alya.
Allena terdiam dan tersenyum tulus.
"Alle, kamu harus berhati-hati," ujar Alya.
"Memangnya kenapa?" tanya Allena.
"Kamu harus berhati-hati dengan Melani dan Celine," ujar Alya.
"Ya sudah, aku pergi dulu. Ingat perkataanku," lanjut Alya.
Alya Pradana pun pergi.
"Ada apa dengan Alya?" tanya Allena pada dirinya sendiri.
"Sebaiknya aku ikuti saja apa yang Alya katakan," balas Allena.
Allena pun pergi dengan membawa nampan berisi makanan dan minuman.
***
Tak terasa hari sudah sore...
Seorang pria berjubah hitam sedang menunggu seseorang di sebuah gudang.
"Dimana mereka berdua, bukankah malam ini berjanji untuk membayar hutang padaku," kesal Pria itu.
"Jangan-jangan mereka kabur," tuduh Pria itu, "Tidak bisa dibiarkan mereka harus mati,".
Pria berjubah hitam itu hendak menelpon orang suruhannya namun ia batalkan karena melihat kedatangan Melani, Celine, dan Alex.
"Selamat malam Tuan," ujar Celine dan Melani.
"Mana uangnya?" tanya Pria itu tajam.
Celine dan Melani pun terdiam.
"Kenapa diam?" tanya Pria itu.
"Maap Tuan ... uangnya tidak ada," ujar Celine dan Melani.
Celine dan Melani tampak ketakutan, Alex menatap sedih kekasihnya.
"Bukankah kalian bilang ingin membayar hutangnya malam ini tapi kenapa kalian mengatakan tidak punya uangnya?" tanya Pria itu.
"Maapkan kami Tuan," balas Celine.
Pria itu melemparkan gelas kesayangan miliknya.
Pyaarrr!
Gelas itu hancur berkeping-keping.
Celine dan Melani sangat terkejut begitu pula dengan Alex.
"Tuan tenanglah," ujar Alex.
Pria berjubah hitam itu menatap tajam Alex, tatapannya setajam pedang.
"Siapa kau berani-beraninya mencoba membuatku tenang?" tanya Pria itu.
"Maap Tuan. Dia kekasihku Alex," balas Melani.
Pria berjubah hitam itu tampak acuh dan menatap tajam Melani.
"Tuan. Saya punya cara lain untuk membayar lunas hutangnya," ujar Celine.
"Apa?" tanya Pria itu tajam.
"Saya punya seorang gadis polos yang bisa ditukar untuk melunasi hutangnya," balas Melani.
"Baiklah, malam ini aku akan langsung membawanya ke Mansionku," ujar Pria itu.
"Siapa nama gadis itu?" tanya Pria itu.
"Allena," balas Celine.
Pria berjubah hitam itu memberikan ponselnya pada Celine.
"Untuk apa ponselnya Tuan?" tanya Celine.
"Kau bodoh ya?" tanya Pria itu tajam, "Catat alamat tempat tinggal Allena, aku akan menyuruh orang suruhan menculiknya,".
"Ba ... baik," ujar Celine.
Celine pun mencatat alamat rumah Allena lalu memberikan ponselnya pada pria menyeramkan itu.
"Pergilah. Hutang kalian lunas," usir Pria itu.
Tak lama kemudian Celine, Melani, dan Alex pun pergi.
Jangan lupa komentar dan rate terbaiknya ya.Terimakasih."Mereka benar-benar licik. Demi melunasi hutangnya dengan tega menukar seorang gadis polos agar hutang mereka lunas," ujar Pria itu, "Sungguh malang sekali nasibmu gadis polos. Kau harus tersiksa olehku,".Pria berjubah hitam itu tersenyum menyeringai."Aku harus kembali ke Mansion jika tidak ayah akan selalu menerorku untuk cepat-cepat membunuh musuhnya. Aku tidak menyukai hal-hal yang terlalu cepat," ujar Pria itu.Tak lama kemudian ia masuk ke dalam mobil lalu pergi.***~ Mansion ~Pria itu berjalan dengan angkuhnya menuju lift, ia mengabaikan ucapan selamat sore dari para pelayannya.Sebelum masuk ke dalam lift pria itu berbalik menatap para pelayan."Siapkan satu kamar yang ada di ruang bawah tanah, akan ada penghuni baru di Mansion ini," ujar Pria itu."Baik Tuan,".Para pelayan itu menunduk lalu pria itu pun masuk ke dalam lift."Segera siapkan kamarnya atau dia akan marah besar nantinya. Kalian tah
Alex mendorong Alya dengan sangat kasar, Celine dan Melani hanya tertawa terbahak-bahak.Bruk!Teman Alya sangat terkejut dengan perlakuan Alex."Kamu tidak apa-apa. Alya?" tanya Gadis itu, "Ayo bangun kita pergi dari sini,".Shena membantu Alya untuk berdiri, ia sangat khawatir dengan sahabatnya."Aku tidak apa-apa, Shena. Kamu benar sebaiknya kita pergi," ujar Alya.Shena menatap tajam Alex, Melani, dan Celine."Suatu saat nanti kalian akan mendapat balasan yang setimpal atas apa yang kalian lakukan pada, Allena!" teriak Shena, "Kalian akan membayar semua rasa sakit yang dirasakan, Allena"."Aku bersumpah hal itu akan terjadi pada kalian!".Shena dan Alya pun pergi.***Melani menenangkan Alex kekasihnya."Jangan cemas sayang, perkataan Shena tidak akan pernah terjadi. Kita akan baik-baik saja," ujar Melani."Kekasihmu benar, Alex. Kita akan baik-baik saja," ujar Celine."Siap yang ce
Allena diam saja, ia sendiri bingung kenapa bisa menurut pada pria dihadapannya."Aku akan segera kembali," ujar Pria itu.Pria itu pun pergi meninggalkan Allena sendirian dan pria itu lupa mengunci pintu kamar."Pria bodoh. Bahkan ia meninggalkan kunci borgol dan kamarnya bersamaku. Aku harus pergi dari sini," ujar Allena.Allena pun membuka ikatan tangan dan kakinya lalu pergi keluar kamar."Aku bebas," ujar Allena.Allena mengunci kamar itu dan menaruh kuncinya di meja lalu pergi.***Allena menaiki satu-satu anak tangga dan akhirnya sampai di depan pintu keluar ruangan bawah tanah.Allena pun membuka pintunya dan terpesona."Sadar, Allena. Kau harus pergi dari sini," ujar Allena.Allena pun pergi.***Allena telah sampai di halaman Mansion. Ia melihat pria itu sedang mengobrol dengan asistennya."Bagaimana bisa aku keluar dari penjara ini, jika pria itu saja masih ada di sana," ujar
Pagi itu suasana Cafe Love tampak ramai, dari kejauhan tampak seorang gadis sedang asik melayani pesanan para tamu. Ketika sedang asik memberikan pesanan para tamu, tiba-tiba seorang wanita paruh baya menepuk pundaknya. Sontak saja tepukan itu membuat gadis itu terkejut. "Kamu baik-baik saja nak?" tanya wanita paruh baya itu. "Saya baik-baik saja Ibu," balas gadis itu. "Nak, bisakah kita bicara berdua saja?" tanya wanita paruh baya itu dengan tatapan memohon. "Sebentar ya, Ibu. Saya harus izin dahulu kepada pemilik Cafe ini," balas gadis itu dengan senyum mengembang. "Baiklah nak. Ibu akan menunggu di luar Cafe," ujar wanita paruh baya itu. Wanita paruh baya itu pun pergi. "Aku harus minta izin dahulu," ujar gadis itu. Gadis itu pun pergi.
Allena diam saja, ia sendiri bingung kenapa bisa menurut pada pria dihadapannya."Aku akan segera kembali," ujar Pria itu.Pria itu pun pergi meninggalkan Allena sendirian dan pria itu lupa mengunci pintu kamar."Pria bodoh. Bahkan ia meninggalkan kunci borgol dan kamarnya bersamaku. Aku harus pergi dari sini," ujar Allena.Allena pun membuka ikatan tangan dan kakinya lalu pergi keluar kamar."Aku bebas," ujar Allena.Allena mengunci kamar itu dan menaruh kuncinya di meja lalu pergi.***Allena menaiki satu-satu anak tangga dan akhirnya sampai di depan pintu keluar ruangan bawah tanah.Allena pun membuka pintunya dan terpesona."Sadar, Allena. Kau harus pergi dari sini," ujar Allena.Allena pun pergi.***Allena telah sampai di halaman Mansion. Ia melihat pria itu sedang mengobrol dengan asistennya."Bagaimana bisa aku keluar dari penjara ini, jika pria itu saja masih ada di sana," ujar
Alex mendorong Alya dengan sangat kasar, Celine dan Melani hanya tertawa terbahak-bahak.Bruk!Teman Alya sangat terkejut dengan perlakuan Alex."Kamu tidak apa-apa. Alya?" tanya Gadis itu, "Ayo bangun kita pergi dari sini,".Shena membantu Alya untuk berdiri, ia sangat khawatir dengan sahabatnya."Aku tidak apa-apa, Shena. Kamu benar sebaiknya kita pergi," ujar Alya.Shena menatap tajam Alex, Melani, dan Celine."Suatu saat nanti kalian akan mendapat balasan yang setimpal atas apa yang kalian lakukan pada, Allena!" teriak Shena, "Kalian akan membayar semua rasa sakit yang dirasakan, Allena"."Aku bersumpah hal itu akan terjadi pada kalian!".Shena dan Alya pun pergi.***Melani menenangkan Alex kekasihnya."Jangan cemas sayang, perkataan Shena tidak akan pernah terjadi. Kita akan baik-baik saja," ujar Melani."Kekasihmu benar, Alex. Kita akan baik-baik saja," ujar Celine."Siap yang ce
"Mereka benar-benar licik. Demi melunasi hutangnya dengan tega menukar seorang gadis polos agar hutang mereka lunas," ujar Pria itu, "Sungguh malang sekali nasibmu gadis polos. Kau harus tersiksa olehku,".Pria berjubah hitam itu tersenyum menyeringai."Aku harus kembali ke Mansion jika tidak ayah akan selalu menerorku untuk cepat-cepat membunuh musuhnya. Aku tidak menyukai hal-hal yang terlalu cepat," ujar Pria itu.Tak lama kemudian ia masuk ke dalam mobil lalu pergi.***~ Mansion ~Pria itu berjalan dengan angkuhnya menuju lift, ia mengabaikan ucapan selamat sore dari para pelayannya.Sebelum masuk ke dalam lift pria itu berbalik menatap para pelayan."Siapkan satu kamar yang ada di ruang bawah tanah, akan ada penghuni baru di Mansion ini," ujar Pria itu."Baik Tuan,".Para pelayan itu menunduk lalu pria itu pun masuk ke dalam lift."Segera siapkan kamarnya atau dia akan marah besar nantinya. Kalian tah
"Mereka sangat menyebalkan," ujar Celine."Kau benar, sebaiknya kita pergi dari sini," ujar Melani.Celine dan Melani pun pergi.Di sisi lain...~ Room CEO ~Pria itu mendorong Allena hingga menabrak kursi yang terletak di depan meja CEO."Apa-apaan kau ini Alex. Kenapa kau kasar sekali?" tanya Pria yang berprofesi sebagai CEO."Maapkan saya Tuan, tapi gadis ini telah berani berbicara dengan wanita tua saat jam kerja," balas Alex, pria yang disebutkan namanya oleh sang atasannya.Pria itu mendekati Allena."Bangunlah!" tegas Pria itu.Allena pun bangkit sembari menahan sakit ditangannya."Bukankah kamu gadis yang meminta izin padaku tadi?" tanya Pria itu."Benar Tuan," balas Allena ketakutan.Pria itu menghela nafas dan me
Pagi itu suasana Cafe Love tampak ramai, dari kejauhan tampak seorang gadis sedang asik melayani pesanan para tamu. Ketika sedang asik memberikan pesanan para tamu, tiba-tiba seorang wanita paruh baya menepuk pundaknya. Sontak saja tepukan itu membuat gadis itu terkejut. "Kamu baik-baik saja nak?" tanya wanita paruh baya itu. "Saya baik-baik saja Ibu," balas gadis itu. "Nak, bisakah kita bicara berdua saja?" tanya wanita paruh baya itu dengan tatapan memohon. "Sebentar ya, Ibu. Saya harus izin dahulu kepada pemilik Cafe ini," balas gadis itu dengan senyum mengembang. "Baiklah nak. Ibu akan menunggu di luar Cafe," ujar wanita paruh baya itu. Wanita paruh baya itu pun pergi. "Aku harus minta izin dahulu," ujar gadis itu. Gadis itu pun pergi.