Pagi ini suasana terasa begitu hangat. Surie menyibakkan gorden kamarnya berjalan menuju balkoni kamarnya untuk merasakan suasan pagi yang segar dimana masih bisa di rasakan adanya tetesan embun pada rumput dan pepohonan.
Surie melirik kembali pada sosok Alex yang masih memejamkan kedua matanya. Bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman tipis. Tak bisa di punkiri kalau Surie bahagia ketika ada Alex ada di sampingnya. Hubungannya dan Alex sudah sangat jauh berbeda ketika mereka masih menjadi suami istri dulu.
Surie bisa melihat kalau Alex lebih mengutamakan dirinya dan hubungan yang terjadi di antara mereka berdua daripada yang lainnya, termasuk hubungan Alex dan Fey.
Fey….
Wanita yang juga mengisi hidup Alex sejak dulu. Wanita yang hidup dan memil
"Alex Could you come to my place, please."Alex masih menatap layar ponselnya ketika ia membaca chat dari tunangannya, Fey. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi kerjanya. Menghela nafas.Alex sadar kalau beberapa hari belakang ia terlalu sibuk dengan urusannya bersama Surie. Alex memang terkesan egois semenjak ia sadar kalau ia telah jatuh cinta pada mantan istrinya.Tapi ia hanya ingin mengikuti apa yang hati kecilnya inginkan saat ini. Alex tidak bisa kehilangan Surie begitu saja. Tidak sekarang dan juga selamanya. Namun di sisi yang lain ia seakan menelantarkan Fey. Tidak.. lebih tepatnya ikut menyalahkan Fey.Seorang ibu memang selalu ingin yang terbaik bagi putrinya. Tapi semuanya terasa salah dan datang di waktu yang tidak tepat. Ketika Marissa menjodohkan Alex dengan Surie, orang yang Alex inginkan adalah Fey. Dan ketika Alex sudah bertunangan dengan Fey, ia tak ingin kehilangan apalagi melepaskan Surie dari genggamannya.Alex meletakkan
3 Hari kemudian….Fey mengajak Surie untuk bertemu. Mereka memutuskan untuk afternoon tea bersama. Surie merasa ia tak perlu menghindari siapapun saat ini. Keberadaan Alex disisinya, menjadikan dukungan untuknya.Surie menyesap tehnya ketika Fey mulai berbicara. Kedua wanita yang sudah tahu sejak awal kemana arah pembicaraan mereka. Topik yang tak akan pernah berbuah ataupun berganti. Hingga salah satu dari mereka menyerah.“Alex bilang kalau dia gak yakin pernah cinta sama aku atau enggak.”Kening Surie mengeryit. Perkataan Fey membuat Surie berfikir. Namun ia masih belum bicara hingga Fey melanjutkan ucapannya.“Kamu harusnya merasa senang.”“Apa aku bisa di anggap pemenang?” Tanya Surie.Ada senyuman tipis terukir di bibir cantiknya. Ruby melanjutkan ucapannya. “Aku tidak pernah merebut Alex dari kamu, Fey. Kamu tahu benar akan hal itu.”Surie menghela nafas. “Semua ini hanya tentang perasaan Alex ke kita berdua.”Fey mendengus, “Dia memang lelaki egois. Selalu bertindak dan seenak
Matahari pagi perlahan menerangi kamar tidur di mana Alexandre Hilman tertidur dengan lelapnya. Ini adalah kamar di sebuah Apartement.Seorang wanita yang masih mengenakan pakaian tidur dari kain sutra yang lembut berwarna hitam, duduk dengan santainya di sofa yang berhadapan langsung dengan tempat tidur."Sudah bangun?"Suara seorang wanita yang sangat Alex kenali. Suara wanita yang ia tiduri semalaman. Suara dari Surie Givanny.Alex perlahan mengerjap-ngerjapkan matanya, sesekali ia menguap, kemudian ia menyandarkan tubuhnya ketika Surie perlahan berjalan ke arahnya dan duduk di pinggir tempat tidur namun berhadapan dengannya."Kamu harus pulang sekarang, Alex.""Rie..""Kita sudah bercerai Alex, lagipula seseorang yang menunggu kamu di rumah."Alex menghela nafas. Memang, ia dan Surie sudah resmi bercerai 2 tahun yang lalu. Ketidakcocokan dan keegoisan Alex mengakhiri pernikahan yang awalnya memang di mulai dengan perjod
Alex menjentikkan jarinya sambil menyetir. Lagu yang ia putar kali ini, adalah favoritnya. Sampai akhirnya ada panggilan masuk ke ponselnya. Ia melirik ke layar ponselnya dan terlihat sebuah nama yang merupakan tunangannya. Alex pun segera menjawab panggilan telfon dan memasang earpodnya."Halo, Fey.""Dimana?""Di jalan, mau ke kantor. Ada apa? Kamu perlu sesuatu?""Aku mau ngajakin kamu lunch bareng hari ini.""Oke, dimana? Biar aku jemput kamu.""Kita ketemu langsung aja, nanti aku kabari lagi."Alex terdiam sebentar, "Okay," Jawabnya akhirnya.Panggilan telfon pun berakhir. Alex menyetir tapi tanpa lagu yang ia hidupkan lagi. Seketika moodnya mulai berubah tidak seceria tadi.Tak lama akhirnya Alex tiba di kantor. Semua menyapanya seperti biasa. Alex adalah CEO yang selain sukses tapi juga sangat di hormati. Sebelum berlalu ke ruanganya, ia berhenti di depan meja sekretarisnya yang tak jauh dari pintu masuk ruang kerjanya.
Surie membuka pintu apartementnya ketika ia melihat Alex muncul di baliknya. Mata Surie melebar ia tak menyangka kalau Alex akan mendatanginya lagi malam ini."You Shouldn't be here!"Surie hendak menutup pintu depan apartementnya namun Alex menyanggal dengan salah satu kakinya."Surie please, let me in." Ucap Alex dengan tatapan mata memohon yang Surie benci sekaligus tak bisa ia hindari.Dan akhirnya Surie pun membiarkan mantan suaminya masuk ke apartementnya. Setelah masuk ke dalam Alex mendekat ke arah Surie berniat untuk memeluknya namun Surie menolaknya.Surie hanya menatap dalam diam di saat Alex menikmati makan malam yang ia siapkan. Surie seakan tahu ketika Alex datang kemari, adalah saat di mana ia pulang dari kantor dan tak sempat mampir kemanapun. Seakan tempat yang begitu ingin ia tuju adalah satu, Apartement Surie."Kamu gak capek apa liatin aku terus kayak gitu?" Tanya Alex seakan menggoda Surie.Surie berusaha bersikap se nor
Surie menghabiskan sebagian besar waktunya di Apartement. Ia terlihat sedang menikmati harinya dengan mengecat kukunya sambil duduk santai di ruang tamu.Tak lama terdengar bunyi pintu depan apartementnya terbuka dan Sandra masuk di balik pintu membawa sekotak pizza, sekotak ayam goreng korea, dan juga 1 kantong plastik yang berisi coca cola.Dengan buru-buru karena keberatan, Sandra meletakkan semua barang bawaanya di atas meja. Sandra menyandarkan tubuhnya yang lelah di sofa sambil melirik ke arah Surie."Lo emang sahabat yang suka nyiksa sahabatnya sendiri." Ujar Sandra dengan nafas yang masih belum beraturan.Surie hanya tersenyum cengeesan seakan merasa bersalah telah merepotkan Sandra. "Sorry,""Lo serius mau makan sebanyak ini Rie? Dan gue juga gak pernah liat lo minum soft drink?"Surie mengambil satu kaleng coca cola, membuka dan langsung meneguknya. "Tapi sekarang gue pengen." Kata Surie santai.Sandra mulai menyadari kalau a
Alex bersandar pada kepala tempat tidur sembari memeluk tubuh Surie. Setelah melewati pergulatan panas karena melepas rindu satu sama lain, mereka berdua akhirnya kelelahan. Atau... setidaknya Surie yang terlihat sangat kelelahan.Surie yang terlihat tertidur pulas namun memeluk erat Alex seakan enggan melepaskannya, hanya membuat Alex tersenyum puas. Bagi Alex, tak ada yang berubah dari Surie walaupun mereka telah bercerai.Alex mengelus lembut rambut Surie yang menyentuh pipinya. Sambil bergumam, "Milikku."Keesokan paginya, di saat terik sinar matahari menyinari kamar. Surie yang mulai merasa silau perlahan membuka kedua matanya. Tubuhnya masih lelah namun tidak dengan perasaannya.Ketika melihat Alex masih tertidur lelap sambil memeluk tubuhnya, Surie perlahan mencium lembut bibir mantan suaminya itu.Surie tersenyum lembut. "Aku fikir kamu udah pergi." Ucapnya pelan."Pergi kemana?" Tanya Alex dan membuat Surie kaget."Kamu ud
Keesokan harinya, jam 09:00 pagi.Surie membuka pintu apartemennya. Ia menghela nafas sambil memutar kedua bola matanya."You shouldn't be here!"Surie hendak menutup pintu namun Alex menahannya.Alex datang dengan buket mawar merah di pangkuan tangannya."Sayang please... don't be mad at me."Alex memohon dengan puppy eyes yang terlihat di kedua matanya. Alex tahu kalau Surie sedang marah padanya saat ini. Saat Fey melihat Alex kembali dari kamar mandi ia langsung bilang kalau Surie menelfonnya dan ia juga mengangatkat telfon itu. Bahkan Fey juga memperjelas jika mereka berdua sedang berada di kamar hotel.Surie menyerah dan membiarkan Alex masuk. Seperti seekor anak anjing Alex mengikuti Surie dan berakhir duduk berhadapan di sofa."Ini buat kamu sayang." Ucap Alex sambil tersenyum dan menyerahkan buket mawar merah pada Surie.Dengan ekspresi yang sangat datar bahkan terkesan seperti orang yang menahan mar
3 Hari kemudian….Fey mengajak Surie untuk bertemu. Mereka memutuskan untuk afternoon tea bersama. Surie merasa ia tak perlu menghindari siapapun saat ini. Keberadaan Alex disisinya, menjadikan dukungan untuknya.Surie menyesap tehnya ketika Fey mulai berbicara. Kedua wanita yang sudah tahu sejak awal kemana arah pembicaraan mereka. Topik yang tak akan pernah berbuah ataupun berganti. Hingga salah satu dari mereka menyerah.“Alex bilang kalau dia gak yakin pernah cinta sama aku atau enggak.”Kening Surie mengeryit. Perkataan Fey membuat Surie berfikir. Namun ia masih belum bicara hingga Fey melanjutkan ucapannya.“Kamu harusnya merasa senang.”“Apa aku bisa di anggap pemenang?” Tanya Surie.Ada senyuman tipis terukir di bibir cantiknya. Ruby melanjutkan ucapannya. “Aku tidak pernah merebut Alex dari kamu, Fey. Kamu tahu benar akan hal itu.”Surie menghela nafas. “Semua ini hanya tentang perasaan Alex ke kita berdua.”Fey mendengus, “Dia memang lelaki egois. Selalu bertindak dan seenak
"Alex Could you come to my place, please."Alex masih menatap layar ponselnya ketika ia membaca chat dari tunangannya, Fey. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi kerjanya. Menghela nafas.Alex sadar kalau beberapa hari belakang ia terlalu sibuk dengan urusannya bersama Surie. Alex memang terkesan egois semenjak ia sadar kalau ia telah jatuh cinta pada mantan istrinya.Tapi ia hanya ingin mengikuti apa yang hati kecilnya inginkan saat ini. Alex tidak bisa kehilangan Surie begitu saja. Tidak sekarang dan juga selamanya. Namun di sisi yang lain ia seakan menelantarkan Fey. Tidak.. lebih tepatnya ikut menyalahkan Fey.Seorang ibu memang selalu ingin yang terbaik bagi putrinya. Tapi semuanya terasa salah dan datang di waktu yang tidak tepat. Ketika Marissa menjodohkan Alex dengan Surie, orang yang Alex inginkan adalah Fey. Dan ketika Alex sudah bertunangan dengan Fey, ia tak ingin kehilangan apalagi melepaskan Surie dari genggamannya.Alex meletakkan
Surie membuka kedua matanya. Bisa ia rasakan kalau ada sebuah lengan yang memeluk pinggangnya. Surie melirik ke arah samping dan melihat Alex masih tertidur. Semalam… mereka hanya tidur.Pagi ini suasana terasa begitu hangat. Surie menyibakkan gorden kamarnya berjalan menuju balkoni kamarnya untuk merasakan suasan pagi yang segar dimana masih bisa di rasakan adanya tetesan embun pada rumput dan pepohonan.Surie melirik kembali pada sosok Alex yang masih memejamkan kedua matanya. Bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman tipis. Tak bisa di punkiri kalau Surie bahagia ketika ada Alex ada di sampingnya. Hubungannya dan Alex sudah sangat jauh berbeda ketika mereka masih menjadi suami istri dulu.Surie bisa melihat kalau Alex lebih mengutamakan dirinya dan hubungan yang terjadi di antara mereka berdua daripada yang lainnya, termasuk hubungan Alex dan Fey.Fey….Wanita yang juga mengisi hidup Alex sejak dulu. Wanita yang hidup dan memil
Ting-Tong!Alex memencet bel apartmen Surie. Pada dentingan kelima akhirnya Surie membukakan pintu untuk Alex."Hai.." Sapa Alex yang di iringin senyuman."Alex, kamu ngapain sih—"Alex menerobos masuk ke dalam. Membuat Surie tak bisa berkata dan berbuat apa-apa selain membiarkannya.Greb!Alex langsung membawa tubuh Surie kedalam pelukannya. Dan Surie hanya membiarkannya. Seakan mencium dan merasakan kehangatan dan aroma tubuh mantan istrinya itu membuat Alex merasa nyaman. Alex semakin mengeratkan pelukannya untuk menyalurkan semua kerinduan yang ia rasakan pada Surie.Surie melihat Alex masih berpakaian kerjanya. Namun ini belum menunjukkan jam pulang kantor. Surie kemudian membawakan secangkir kopi dan ia berikan pada Alex yang kini duduk di sofa ruang tamu."Ada apa?" Tanya Surie pelan."Aku mau nginap disini hari ini." Jawab Alex langsung.Surie terpekik namun Alex tak ingin di bantah.
1 bulan kemudian…Saat ini Surie sedang makan siang dengan Fey. Tunangan dari manta suaminya itu mengajaknya makan siang bersama yang dimana Surie yakin kalau Fey hanya ingin membicarakan tentang Alex dengannya."How are you doing, Surie?""As you can see, Fey. I'm doing well.""Lalu kapan kamu mau maafin Alex?" Tanya Fey.Salah satu alis Surie terangkat naik di saat ia mendengar pertanyaan tentang Alex datang padanya."I don't know, " Surie mengedikkan bahunya."Still need more time?""Hm.. I guess so."Fey tersenyum tipis. Ia kini mulai sadar kalau Surie selain wanita yang pintar, ia juga memiliki harga diri yang sangat tinggi. Di saat ego nya berbicara, maka tak seorangpun bisa menggoyahkannya.*****Alex menutup laptopnya setelah melakukan zoom meeting dengan anak perusahaan yang ada di kalimantan timur. Ia menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya, memijit pelipisnya, seakan ingin mengurangi b
Fey makan malam bersama dengan Alex dan Marissa di rumah keluarga Hilman. Marissa banyak mengajak Fey berbicara sepanjang acara makan malam daripada Alex.Walaupun Fey merasa aneh akan Alex yang terlihat lebih pendiam, tapi Fey tak ingin mempermasalahkannya di sini. Tidak di meja makan, tidak juga di hadapan Marissa.Hingga….Marissa menyadari kalau Alex terlihat pendiam dan hanya berbicara jika di tanya membuat Marissa heran."Alex.""Ya Ma.""Kamu kenapa Sayang?" Tanya MarissaFey seketika langsung melirik ke arah Alex."I'm fine, Ma." Jawab Alex singkat dan datar.Marissa masih tidak puas dengan jawaban Alex. Tapi ia melirik kembali ke arah Fey. Jika Marissa ingin marah pada Alex, maka bukan saat ini tepatnya. Ia harus menghormati keberadaan Fey. Setidaknya harus terlihat kalau dia dan putranya baik-baik saja."Alex kenapa ya?" Batin Fey.Selama makan malam Fey yang saat itu duduk di s
Apartemen Surie.Surie dan Alex akhirnya tiba di Apartemen. Tanpa fikir panjang Alex langsung memeluk tubuh Surie dari belakang. Surie cukup kaget namun ia berusaha untuk terlihat biasa saja."Al.. kamu mau sesuatu?" Tanya Surie."I want you, Sayang." Jawab Alex dan langsung mengecup pipi kanan Surie.Surie kemudian berbalik namun Alex masih belum melepaskan pelukannya. Meresa saling menatap. Tatapan yang bisa di artikan ada kerinduan di dalamnya."Masih marah, hm?" Tanya Alex.Surie menggeleng. "Apa itu penting sekarang. Kamu udah jemput aku di restoran, itu artinya kamu udah nolongin aku."Alex tersenyum dan mengecup bibir Surie sekilas. "Anything for you, love."Kedua mata Surie yang masih menatap Alex perlahan menunjukkan rasa haru. Iya.. hatinya tersentuh setelah merasakan bagaimana lembutnya perlakuan Alex kali ini pada dirinya.Tetapi di sisi lain, tentu saja ada sebuah penyesalan yang menyerang."Ken
Fey menaburkan petal mawar di atas makam Jerym. Ia juga meletakkan buket bunga yang ia bawa. Entah mengapa saat ini ia sangat ingin mencurahkan apa yang hatinya rasakan. Mencurahkan semua kegundahan yang ia rasa. Mengerahkan semua ego di dalam dirinya.Fey menyentuh nisan Jerym, kedua matanya mulai berkaca-kaca."I miss you, Jerym.""Gak ada yang bisa mengerti dan memahami aku selain kamu."Fey merebahkan tubuhnya di samping makam Jerym. Menutup sebentar kedua matanya. Merasakan ketenangan yang ia dambakan. Setidaknya bisa mengurangi kegusaran di dalam hatinya."Selamat tinggal pangeranku. Kamu akan selalu memiliki tempat khusus di sudut hatiku yang terdalam."Fey kembali berdiri. Ia menatap kembali lekat makam sahabat laki-lakinya yang pernah ia cintai."Jerym.. I'm sorry. You're not a man that my heart wants anymore." Batin Fey.Fey pun berbalik dan meninggalkan makam Jerym. Dalam hatinya ia berjanji kali ini ia tidak a
1 Minggu berlalu….Namun keadaan antara Surie dan Alex belum menunjukkan tanda-tanda membaik. Hubungan mereka masih sama seperti hari-hari sebelumnya.Alex masih sulit untuk menghubungi Surie. Karena Surie sendiri masih menutup diri dan tak ada niat sedikitpun untuk mengabari atau merespon semua pesan dan panggilan telfon dari mantan suaminya itu.Alex masuk kembali ke ruang kerjanya setelah selesai rapat penting dengan rekan bisnisnya yang baru.Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Aarrgghhh!!!!!"Alex merebahkan tubuhnya di sofa. Ia menghela nafas dan menutup kedua matanya. Alex perlu ketenangan namun fikiran dan hatinya tidak bisa membantunya.Semua tentang Surie masih bergumul dan menguasai dirinya. Sebelumnya Alex tidak pernah ambil pusing kalau ia sedang bertengkar dengan Surie. Tapi kali ini Surie benar-benar menolaknya bahkan benar-benar menjaga jarak darinya. Dan Alex tidak bisa seperti ini.Alex