Surie menghabiskan sebagian besar waktunya di Apartement. Ia terlihat sedang menikmati harinya dengan mengecat kukunya sambil duduk santai di ruang tamu.
Tak lama terdengar bunyi pintu depan apartementnya terbuka dan Sandra masuk di balik pintu membawa sekotak pizza, sekotak ayam goreng korea, dan juga 1 kantong plastik yang berisi coca cola.
Dengan buru-buru karena keberatan, Sandra meletakkan semua barang bawaanya di atas meja. Sandra menyandarkan tubuhnya yang lelah di sofa sambil melirik ke arah Surie.
"Lo emang sahabat yang suka nyiksa sahabatnya sendiri." Ujar Sandra dengan nafas yang masih belum beraturan.
Surie hanya tersenyum cengeesan seakan merasa bersalah telah merepotkan Sandra. "Sorry,"
"Lo serius mau makan sebanyak ini Rie? Dan gue juga gak pernah liat lo minum soft drink?"
Surie mengambil satu kaleng coca cola, membuka dan langsung meneguknya. "Tapi sekarang gue pengen." Kata Surie santai.
Sandra mulai menyadari kalau ada hal yang tak beres terjadi pada Surie. "Lebih baik lo cerita deh, abis di apain sama Alex, Hm?" Tanya Sandra serius.
"Gue gak di apa-apain. Seperti biasa Alex datang ke Apartement, dan kita berakhir dengan ngelakuin itu...."
"Wait.. wait... again?!" Ujar Sandra kaget dan menyela pembicaraan Surie.
Surie hanya mengangguk layaknya anak kecil yang polos. Dan Sandra menepuk jidatnya dengan keningnya.
"Oh My God, Surie. Berapa kali harus gue bilang sama lo, jauhin Alex. Kalian tuh bukan suami istri lagi. Lo nyadar gak sih, Alex nyari lo di saat di perlu. Dia gak pernah nyari lo di saat yang seharusnya. Kalau dia masih peduli sama lo, dia pasti putusin pertunangannya dengan Fey, dan kembali sama lo."
Surie mulai berfikir. Semua yang Sandra katakan memang benar. Tapi semuanya tak semudah yang di bayangkan. Hubungannya yang sekarang dengan Alex, bukanlah hubungan yang akan mendapat restu dengan mudah seperti saat mereka menjadi suami istri dulu.
"Gue tahu San, tapi.."
"Tapi apa?!"
"Gue gak bisa ngelihat Alex yang bersikap lemah dan mohon-mohon ke gue." Ucap Surie
"Karena lo masih cinta sama dia?" Tanya Sandra untuk membuktikan kalau perkiraanya benar.
"Iya, gue masih cinta sama Alex." Ucap Surie mengakui perasaannya.
****
Alise mengirimkan sekaligus membacakan agenda-agenda yang harus Alex lakukan. Nampaknya selama beberapa hari kedepan, ia akan sibuk dengan meeting dan deadline yang sudah semakin dekat."Pak untuk siang ini, kita juga akan makan siang bersama dengan salah satu investor dari jepang." Kata Alise.
"Bagus, kamu pesan restorant jepang terbaik ya. Yang highly recommended dan juga nyaman." Pinta Alex.
"Baik Pak. Kalau tidak ada yang lainnya lagi, Saya permisi." Kata Alise.
Ketika Alise beranjak berbalik, Alex menahannya.
"Alise,"
"Iya Pak."
"Tolong pesankan buket untuk investor yang akan kita temui. Dan juga 1 buket Mawar merah spesial."
"Apa buket mawar merahnya untuk Nona Fey, Pak?" Tanya Alise.
"Iya."
Alise berfikir sejenak. "Aneh, tumben Pak Alex mengirim buket mawar merah untuk Nona Fey?"Batinnya
"Baik Pak." Kata Alise akhirnya tanpa ingin berfikir lebih panjang lagi.
*****
Fey membuka pintu depan rumahnya, dan mendapati ada seorang kurir yang mengirimkan sebuket mawar merah untukknya."Selamat siang, atas nama Ms. Feylonna Clarke?" Tanya sang kurir untuk memastikan kalau ia mengirimkan bunga ke orang yang tepat.
"Iya, saya sendiri." Jawab Fey membenarkan.
"Anda mendapatkan kiriman 1 buket mawar merah. Dari Tuan Alexandre Hilman."
"Terima kasih ya Pak." Ucap Fey sambil menerima buket mawar merah miliknya.
"Sama-sama mbaa. Selamat siang."
"Siang."
Setelah sang kurir pergi, Fey pun masuk ke dalam rumah dengan buket bunga yang ada di dalam pangkuannya. Ia memeriksa buket mawar merah dan tak menemukan apapun.
Fey duduk di sofa sambil merangkul buket mawar merahnya sambil menelfon seseorang.
"Halo Fey, ada apa?"
Suara Alex terdengar di ujung sana.
"Kamu di mana?"
"Mau makan siang sama investor. Ada apa?"
"Enggak, aku cuma heran kamu ngirimin buket bunga tiba-tiba." Ucap Fey.
"Kamu gak suka?" Tanya Alex.
"Bunganya Alex. Mawar merah itu bukan favorit aku. Yang suka bunga itu adalah mantan istri kamu." Jawab Fey dengan nada seakan mengingatkan sekaligus menyindir.
"Jadi kamu mau aku kirim bunga untuk Surie? Don't worry I can do it."
Fey memutar kedua matanya. "And You know, that I don't care."
"Fey, aku gak punya waktu untuk berdebat sama kamu sekarang cuma karena buket bunga. Kalau kamu gak suka, kamu bisa buang bunga itu, okay?."
Dan seketika itu Alex mematikan ponselnya.
3 hari berlalu. Dan Surie mulai merasa ada yang aneh. Ia mengecek ponselnya dan menyadari kalau sudah 3 hari Alex tidak menghubunginya dalam bentuk apapun.
Karena biasanya, dalam sehari Alex akan mengganggunya walau hanya sekedar menanyakan apa ia sudah makan atau belum. Dan bagaimana harinya hari ini. Tapi sudah 3 hari berlalu, dan tak ada satu pesan atau telfon pun datang dari Alex.
Surie sebenarnya tak ingin berfikiran negatif, namun hati dan tubuhnya tidak bisa bersingkronisasi dengan baik. Ia mulai dilanda kecemasan dan kekhawatiran apa Alex baik-baik saja.
Surie juga tentu tidak akan lupa, kalau Alex memiliki Fey yang tak lain adalah tunangannya. Entah dengan keberanian yang datang dari mana atau tidak adanya rasa malu, Surie menghubungi Fey.
"Halo, " Ucap Fey di ujung sana.
"Halo Fey, ini aku.. Surie."
Fey tersenyum miring. "I know. Ada apa Surie, kenapa kamu tiba-tiba telfon aku?"
"Alex.. apa dia baik-baik saja?" Tanya Surie pelan.
Fey tersenyum. "Kamu tahu kan kalau laki-laki itu akan selalu berada dalam keadaan baik-baik saja." Jawab Fey santai.
"Iya.. tapi.."
"Aku lagi gak sama Alex. Lagipula kita gak pernah ketemu. Mungkin dia lagi sibuk, gimana pun juga mantan suami kamu dan tunangan aku itu adalah pekerja keras."
"Selama 3 hari ini?"
"Yes. Selama 3 hari ini. " Fey membenarkan.
Surie terdiam. Setidaknya ia merasa lega kalau bukan hanya dirinya saja yang tidak mendapatkan kabar dari Alex, tetapi hal itu juga terjadi dengan Fey.
"But.. Surie.. you know what?"
"Kenapa?" Tanya Surie cepat.
"Walaupun Alex gak ngabarin selama 3 hari ini, dia selalu kirimin buket bunga sama aku."
Ucapan Fey seakan membuat ribuan jarum mengenai dan menusuk ulu hati Surie. "Buket bunga?" Tanyanya.
"Iya. Mawar merah. Alex harusnya tahu kalau mawar merah bukan bunga favorit aku." Jawab Fey secara tak langsung menyindir Surie.
Surie mengepalkan tangannya. Tanpa ia sadari kedua matanya mulai berkaca-kaca. Ia benci harus berada dalam situasi seperti ini. Perasaan yang seharusnya tak pernah ia rasakan lagi.
*****
Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Surie yang merasa sedikit baikan, berlalu menuju pintu depan Apartementnya.Kedua mata Surie melebar ketika melihat Alex berdiri di depan pintu dengan sebuah buket mawar merah berukuran sangat besar. Sebuah buket dengan 100 tangkai mawar merah yang terlihat sangat cantik dan menawan.
"Ngapain kamu disini??!!!" Tanya Surie dingin dan ketus.
"Just let me in, and I will explain to you. Okay..??"
"NO!" Surie hendak menutup pintu namun Alex menahannya.
Surie tak berdaya di saat Alex memaksa menerobos masuk ke dalam Apartementnya.
"Alex, tolong berhenti bersikap menyebalkan seperti ini?!" Ujar Surie dengan kedua matanya yang mulai berkaca-kaca.
Alex mendekat ke arah Surie dan menyentuh lembut pipinya. "Aku minta maaf, okay. Aku udah berbuat salah dengan gak ngabarin kamu selama 3 hari ini."
Surie menepis tangan Alex dan menatap tajam ke arahnya. "Do I should care about that?!"
"Hey. I was busy. Aku juga gak kabarin Fey."
"I know. But she's got this kind of flower bucket for 3 days. And I've got nothing!"
Surie beranjak meninggalkan Alex. Bunga mawar merah yang Alex bawa, ia letakkan di atas meja makan. Sembari meraih salah satu tangan Surie untuk menahan kepergiannya.
Alex mengerti bagaimana suasana hati Surie saat ini. Namun tetap menggodanya seperti ini, dan melihat Surie merengut membuatnya terlihat semakin menggemaskan.
"Surie.. hey.. I'm sorry okay. I won't do this again."
Surie berbalik dan menatap Alex datar. "Which one. Gak ngasih kabar atau ngasih Fey buket mawar merah. Kamu tahu kan kalau bunga favorit Fey bukan mawar merah. Kamu mau permainin aku sama Fey?!"
"Aku gak pernah bermaksud sengaja ngelakuin itu." Tukas Alex.
Surie menghela nafas. "Udahlah, aku capek berdebat sama kamu. Mending sekarang kamu pulang. Karena aku lagi gak mau bicara sama kamu."
"Kamu gak kangen sama aku? Dari cara kamu ngambek kayak gini, aku bisa simpulin kan kamu kangen berat sama aku." Tanya Alex seakan menggoda Surie.
Wajah Surie seakan terasa panas. Bohong jika dia tidak merindukan Alex. 3 hari tanpa kabar dari mantan suaminya, membuat Surie seakan menjadi orang bodoh.
Perlahan Alex membawa Surie kepelukannya. Mendekat lembut dan memberi sentuhan yang selama 3 hari ini Surie rindukan.
"Aku gak akan membuat kamu seperti orang bodoh lagi." Ucap Alex lembut.
"I did miss you, Al. I miss you so much."
Alex melepaskan pelukannya dan menatap Surie hangat. "I miss you too."
Dan sebuah ciuman lembut akhirnya mendarat di bibir plum Surie.
Bersambung...Alex bersandar pada kepala tempat tidur sembari memeluk tubuh Surie. Setelah melewati pergulatan panas karena melepas rindu satu sama lain, mereka berdua akhirnya kelelahan. Atau... setidaknya Surie yang terlihat sangat kelelahan.Surie yang terlihat tertidur pulas namun memeluk erat Alex seakan enggan melepaskannya, hanya membuat Alex tersenyum puas. Bagi Alex, tak ada yang berubah dari Surie walaupun mereka telah bercerai.Alex mengelus lembut rambut Surie yang menyentuh pipinya. Sambil bergumam, "Milikku."Keesokan paginya, di saat terik sinar matahari menyinari kamar. Surie yang mulai merasa silau perlahan membuka kedua matanya. Tubuhnya masih lelah namun tidak dengan perasaannya.Ketika melihat Alex masih tertidur lelap sambil memeluk tubuhnya, Surie perlahan mencium lembut bibir mantan suaminya itu.Surie tersenyum lembut. "Aku fikir kamu udah pergi." Ucapnya pelan."Pergi kemana?" Tanya Alex dan membuat Surie kaget."Kamu ud
Keesokan harinya, jam 09:00 pagi.Surie membuka pintu apartemennya. Ia menghela nafas sambil memutar kedua bola matanya."You shouldn't be here!"Surie hendak menutup pintu namun Alex menahannya.Alex datang dengan buket mawar merah di pangkuan tangannya."Sayang please... don't be mad at me."Alex memohon dengan puppy eyes yang terlihat di kedua matanya. Alex tahu kalau Surie sedang marah padanya saat ini. Saat Fey melihat Alex kembali dari kamar mandi ia langsung bilang kalau Surie menelfonnya dan ia juga mengangatkat telfon itu. Bahkan Fey juga memperjelas jika mereka berdua sedang berada di kamar hotel.Surie menyerah dan membiarkan Alex masuk. Seperti seekor anak anjing Alex mengikuti Surie dan berakhir duduk berhadapan di sofa."Ini buat kamu sayang." Ucap Alex sambil tersenyum dan menyerahkan buket mawar merah pada Surie.Dengan ekspresi yang sangat datar bahkan terkesan seperti orang yang menahan mar
Surie hanya mengaduk-ngaduk pasta yang ada di piringnya. Ia seperti merasa tak selera untuk makan malam. Hari ini ia memutuskan untuk menginap di tempat Sandra.Sandra memperhatikan gerak-gerak Surie sedari tadi di meja makan. Dan ia mulai curiga."Surie"Surie menaikkan pandangannya menatap ke arah Sandra. "Hm?""Kenapa, pastanya enak kan? Buatan lo sendiri.""Ah.. iya, enak kok." Kata Surie sambil tersenyum."Terus kok cuma di aduk-aduk aja?. Lo sebenarnya udah makan, atau cuma mau buatin gue aja?"Surie menghela nafas. "San.. jangan nefthink mulu dong sama gue. Ini gue makan sekarang ya."Kemudian Surie mulai menyuapi pasta ke mulutnya. Dan kembali tersenyum sambil mengunyah pastanya sambil menatap ke arah Sandra.Sandra hanya bisa pasrah. Ia menggeleng heran. Setidaknya ia melihat Surie makan, hal itu sudah cukup baginya.Akhir-akhir ini Sandra merasa Surie selalu dilemma. Seakan banyak masalah yang memb
Hari ini adalah hari sabtu. Hari dimana Alex libur bekerja. Kemarin saat ia pulang kerja, Marissa Hilman yang tak lain adalah ibu kandung Alex meminta agar putranya makan siang bersama di rumah.Marissa tahu kalau setiap kali hari libur Alex tak pernah ada di rumah. Ia pergi seharian, bahkan tak kembali lagi karena menginap di tempat lain.Alex menatap berbagai macam makanan yang ada di atas meja. Rasa kagum dan bercampur heran. Makanan hari ini sebagian besar adalah makanan kesukaannya."Ma, ini makanan semua Mama yang masak?""Iya, khusus buat kamu. Kita kan jarang-jarang bisa makan siang bersama.""Mama tahu kan kalau Alex sibuk.""Mama tahu kamu sibuk. Kamu sibuk sama semua pekerjaan di kantor, kamu juga sibuk sama urusan wanita."Alex berdeham dan segera meminum air. Sepertinya makan siang kali ini akan berlangsung serius. Alex yakin kalau Mamanya akan menanyakan banyak hal padanya, terutama tentang hal pribadinya.
Disini sekarang, di sebuah vintage cafe. Marissa dan Surie bertemu, bertatap muka, dan berbicara secara khusus 4 mata.Sempat ada keheningan dimana keduanya hanya saling menatap satu sama lain. Sibuk dengan fikiran tentang satu sama lain. Dan berbagai macam dugaan serta pertanyaan yang muncul tanpa henti.Tapi semuanya tidak akan berakhir jika salah satunya tidak ada yang memulai. Dan mereka berdua sama-sama tidak ingin terjebak dalam situasi seperti ini lebih lama lagi.Surie tersenyum lembut. "Mama.. Apa kabar?" Sapa Surie dengan sopan."Saya bukan Mama mertua kamu lagi, Surie. Saya harap kamu bisa mengerti dan tahu harus memanggil Saya dengan sebutan yang seharusnya."Hati Surie terasa mencelos. Ia tidak memiliki hak itu lagi. Hak di mana pernah ia miliki ketika masih menjadi menantu keluarga Hilman."Maksud Saya.. Tante."Marissa menyandarkan tubuhnya dengan santai sambil menyilangkan kakinya. "Saya baik-baik saja.""
Alex masih memeluk tubuh Surie bahkan ketika mereka sudah duduk di sofa. Surie tak terlihat akan berhenti menangis.Alex hanya bisa menenangkan Surie sambil mengelus-elus lengan mantan istrinya, sambil sesekali mencium pucuk kepala Surie."Calm down Sayang.""Al aku takut.""Gak ada yang perlu kamu takutin. Aku disini, hm."Surie menatap Alex. "Aku dan Mama kamu udah ketemu. Kita bicara dan dia jelas-jelas gak mau aku dekat sama kamu lagi.""It's nonsense." Ujar Alex."Mama kamu gak mungkin bicara omong kosong, Al. Aku kenal beliau. Gimana pun juga aku pernah jadi menantu keluarga Hilman."Alex kembali memeluk Surie. "Aku tahu Sayang."Surie menyeka air matanya. "Apa mungkin… ini saatnya…""Saatnya apa?" Tanya Alex.Surie melepaskan pelukan Alex dan membuat mereka berdua duduk saling berhadapan."Ini saatnya untuk aku menyerah. Kita selesaikan semuanya sekarang disini.
Keesokan harinya…Sandra memencet bel, mengetuk pintu apartemen Surie berkali-kali. Masih tak ada respon dan ia mulai cemas."Surie…" Panggil Sandra."Surie ini gue, Sandra." Teriaknya lagi.Sandra menoleh ke kiri dan ke kanan berharap tidak ada yang muncul karena komplain akan teriakan heboh Sandra layaknya seorang penagih hutang.Sandra melihat kembali untuk kesekian kali jam di tangan kirinya. Sudah menunjukkan pukul 11 pagi. Namun tak ada jawaban dari dalam.Sandra tak menyerah ia kembali memencent bel, mengetuk pintu, sambil memanggil nama Surie.15 menit kemudian, akhirnya pintu apartemen Surie terbuka. Surie muncul di balik pintu dan Sandra bernafas lega. Setidaknya Surie masih hidup, fikirnya. Sandra pun masuk ke dalam dan menutup pintu kembali.Sandra mengikuti Surie yang berjalan sempoyongan menuju ruang tamu. Surie duduk di sofa sambil menekuk kedua kakinya. Dagu Surie menumpu di lututnya. S
1 Minggu berlalu….Namun keadaan antara Surie dan Alex belum menunjukkan tanda-tanda membaik. Hubungan mereka masih sama seperti hari-hari sebelumnya.Alex masih sulit untuk menghubungi Surie. Karena Surie sendiri masih menutup diri dan tak ada niat sedikitpun untuk mengabari atau merespon semua pesan dan panggilan telfon dari mantan suaminya itu.Alex masuk kembali ke ruang kerjanya setelah selesai rapat penting dengan rekan bisnisnya yang baru.Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Aarrgghhh!!!!!"Alex merebahkan tubuhnya di sofa. Ia menghela nafas dan menutup kedua matanya. Alex perlu ketenangan namun fikiran dan hatinya tidak bisa membantunya.Semua tentang Surie masih bergumul dan menguasai dirinya. Sebelumnya Alex tidak pernah ambil pusing kalau ia sedang bertengkar dengan Surie. Tapi kali ini Surie benar-benar menolaknya bahkan benar-benar menjaga jarak darinya. Dan Alex tidak bisa seperti ini.Alex
3 Hari kemudian….Fey mengajak Surie untuk bertemu. Mereka memutuskan untuk afternoon tea bersama. Surie merasa ia tak perlu menghindari siapapun saat ini. Keberadaan Alex disisinya, menjadikan dukungan untuknya.Surie menyesap tehnya ketika Fey mulai berbicara. Kedua wanita yang sudah tahu sejak awal kemana arah pembicaraan mereka. Topik yang tak akan pernah berbuah ataupun berganti. Hingga salah satu dari mereka menyerah.“Alex bilang kalau dia gak yakin pernah cinta sama aku atau enggak.”Kening Surie mengeryit. Perkataan Fey membuat Surie berfikir. Namun ia masih belum bicara hingga Fey melanjutkan ucapannya.“Kamu harusnya merasa senang.”“Apa aku bisa di anggap pemenang?” Tanya Surie.Ada senyuman tipis terukir di bibir cantiknya. Ruby melanjutkan ucapannya. “Aku tidak pernah merebut Alex dari kamu, Fey. Kamu tahu benar akan hal itu.”Surie menghela nafas. “Semua ini hanya tentang perasaan Alex ke kita berdua.”Fey mendengus, “Dia memang lelaki egois. Selalu bertindak dan seenak
"Alex Could you come to my place, please."Alex masih menatap layar ponselnya ketika ia membaca chat dari tunangannya, Fey. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi kerjanya. Menghela nafas.Alex sadar kalau beberapa hari belakang ia terlalu sibuk dengan urusannya bersama Surie. Alex memang terkesan egois semenjak ia sadar kalau ia telah jatuh cinta pada mantan istrinya.Tapi ia hanya ingin mengikuti apa yang hati kecilnya inginkan saat ini. Alex tidak bisa kehilangan Surie begitu saja. Tidak sekarang dan juga selamanya. Namun di sisi yang lain ia seakan menelantarkan Fey. Tidak.. lebih tepatnya ikut menyalahkan Fey.Seorang ibu memang selalu ingin yang terbaik bagi putrinya. Tapi semuanya terasa salah dan datang di waktu yang tidak tepat. Ketika Marissa menjodohkan Alex dengan Surie, orang yang Alex inginkan adalah Fey. Dan ketika Alex sudah bertunangan dengan Fey, ia tak ingin kehilangan apalagi melepaskan Surie dari genggamannya.Alex meletakkan
Surie membuka kedua matanya. Bisa ia rasakan kalau ada sebuah lengan yang memeluk pinggangnya. Surie melirik ke arah samping dan melihat Alex masih tertidur. Semalam… mereka hanya tidur.Pagi ini suasana terasa begitu hangat. Surie menyibakkan gorden kamarnya berjalan menuju balkoni kamarnya untuk merasakan suasan pagi yang segar dimana masih bisa di rasakan adanya tetesan embun pada rumput dan pepohonan.Surie melirik kembali pada sosok Alex yang masih memejamkan kedua matanya. Bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman tipis. Tak bisa di punkiri kalau Surie bahagia ketika ada Alex ada di sampingnya. Hubungannya dan Alex sudah sangat jauh berbeda ketika mereka masih menjadi suami istri dulu.Surie bisa melihat kalau Alex lebih mengutamakan dirinya dan hubungan yang terjadi di antara mereka berdua daripada yang lainnya, termasuk hubungan Alex dan Fey.Fey….Wanita yang juga mengisi hidup Alex sejak dulu. Wanita yang hidup dan memil
Ting-Tong!Alex memencet bel apartmen Surie. Pada dentingan kelima akhirnya Surie membukakan pintu untuk Alex."Hai.." Sapa Alex yang di iringin senyuman."Alex, kamu ngapain sih—"Alex menerobos masuk ke dalam. Membuat Surie tak bisa berkata dan berbuat apa-apa selain membiarkannya.Greb!Alex langsung membawa tubuh Surie kedalam pelukannya. Dan Surie hanya membiarkannya. Seakan mencium dan merasakan kehangatan dan aroma tubuh mantan istrinya itu membuat Alex merasa nyaman. Alex semakin mengeratkan pelukannya untuk menyalurkan semua kerinduan yang ia rasakan pada Surie.Surie melihat Alex masih berpakaian kerjanya. Namun ini belum menunjukkan jam pulang kantor. Surie kemudian membawakan secangkir kopi dan ia berikan pada Alex yang kini duduk di sofa ruang tamu."Ada apa?" Tanya Surie pelan."Aku mau nginap disini hari ini." Jawab Alex langsung.Surie terpekik namun Alex tak ingin di bantah.
1 bulan kemudian…Saat ini Surie sedang makan siang dengan Fey. Tunangan dari manta suaminya itu mengajaknya makan siang bersama yang dimana Surie yakin kalau Fey hanya ingin membicarakan tentang Alex dengannya."How are you doing, Surie?""As you can see, Fey. I'm doing well.""Lalu kapan kamu mau maafin Alex?" Tanya Fey.Salah satu alis Surie terangkat naik di saat ia mendengar pertanyaan tentang Alex datang padanya."I don't know, " Surie mengedikkan bahunya."Still need more time?""Hm.. I guess so."Fey tersenyum tipis. Ia kini mulai sadar kalau Surie selain wanita yang pintar, ia juga memiliki harga diri yang sangat tinggi. Di saat ego nya berbicara, maka tak seorangpun bisa menggoyahkannya.*****Alex menutup laptopnya setelah melakukan zoom meeting dengan anak perusahaan yang ada di kalimantan timur. Ia menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya, memijit pelipisnya, seakan ingin mengurangi b
Fey makan malam bersama dengan Alex dan Marissa di rumah keluarga Hilman. Marissa banyak mengajak Fey berbicara sepanjang acara makan malam daripada Alex.Walaupun Fey merasa aneh akan Alex yang terlihat lebih pendiam, tapi Fey tak ingin mempermasalahkannya di sini. Tidak di meja makan, tidak juga di hadapan Marissa.Hingga….Marissa menyadari kalau Alex terlihat pendiam dan hanya berbicara jika di tanya membuat Marissa heran."Alex.""Ya Ma.""Kamu kenapa Sayang?" Tanya MarissaFey seketika langsung melirik ke arah Alex."I'm fine, Ma." Jawab Alex singkat dan datar.Marissa masih tidak puas dengan jawaban Alex. Tapi ia melirik kembali ke arah Fey. Jika Marissa ingin marah pada Alex, maka bukan saat ini tepatnya. Ia harus menghormati keberadaan Fey. Setidaknya harus terlihat kalau dia dan putranya baik-baik saja."Alex kenapa ya?" Batin Fey.Selama makan malam Fey yang saat itu duduk di s
Apartemen Surie.Surie dan Alex akhirnya tiba di Apartemen. Tanpa fikir panjang Alex langsung memeluk tubuh Surie dari belakang. Surie cukup kaget namun ia berusaha untuk terlihat biasa saja."Al.. kamu mau sesuatu?" Tanya Surie."I want you, Sayang." Jawab Alex dan langsung mengecup pipi kanan Surie.Surie kemudian berbalik namun Alex masih belum melepaskan pelukannya. Meresa saling menatap. Tatapan yang bisa di artikan ada kerinduan di dalamnya."Masih marah, hm?" Tanya Alex.Surie menggeleng. "Apa itu penting sekarang. Kamu udah jemput aku di restoran, itu artinya kamu udah nolongin aku."Alex tersenyum dan mengecup bibir Surie sekilas. "Anything for you, love."Kedua mata Surie yang masih menatap Alex perlahan menunjukkan rasa haru. Iya.. hatinya tersentuh setelah merasakan bagaimana lembutnya perlakuan Alex kali ini pada dirinya.Tetapi di sisi lain, tentu saja ada sebuah penyesalan yang menyerang."Ken
Fey menaburkan petal mawar di atas makam Jerym. Ia juga meletakkan buket bunga yang ia bawa. Entah mengapa saat ini ia sangat ingin mencurahkan apa yang hatinya rasakan. Mencurahkan semua kegundahan yang ia rasa. Mengerahkan semua ego di dalam dirinya.Fey menyentuh nisan Jerym, kedua matanya mulai berkaca-kaca."I miss you, Jerym.""Gak ada yang bisa mengerti dan memahami aku selain kamu."Fey merebahkan tubuhnya di samping makam Jerym. Menutup sebentar kedua matanya. Merasakan ketenangan yang ia dambakan. Setidaknya bisa mengurangi kegusaran di dalam hatinya."Selamat tinggal pangeranku. Kamu akan selalu memiliki tempat khusus di sudut hatiku yang terdalam."Fey kembali berdiri. Ia menatap kembali lekat makam sahabat laki-lakinya yang pernah ia cintai."Jerym.. I'm sorry. You're not a man that my heart wants anymore." Batin Fey.Fey pun berbalik dan meninggalkan makam Jerym. Dalam hatinya ia berjanji kali ini ia tidak a
1 Minggu berlalu….Namun keadaan antara Surie dan Alex belum menunjukkan tanda-tanda membaik. Hubungan mereka masih sama seperti hari-hari sebelumnya.Alex masih sulit untuk menghubungi Surie. Karena Surie sendiri masih menutup diri dan tak ada niat sedikitpun untuk mengabari atau merespon semua pesan dan panggilan telfon dari mantan suaminya itu.Alex masuk kembali ke ruang kerjanya setelah selesai rapat penting dengan rekan bisnisnya yang baru.Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Aarrgghhh!!!!!"Alex merebahkan tubuhnya di sofa. Ia menghela nafas dan menutup kedua matanya. Alex perlu ketenangan namun fikiran dan hatinya tidak bisa membantunya.Semua tentang Surie masih bergumul dan menguasai dirinya. Sebelumnya Alex tidak pernah ambil pusing kalau ia sedang bertengkar dengan Surie. Tapi kali ini Surie benar-benar menolaknya bahkan benar-benar menjaga jarak darinya. Dan Alex tidak bisa seperti ini.Alex