Alex hanya bisa menenangkan Surie sambil mengelus-elus lengan mantan istrinya, sambil sesekali mencium pucuk kepala Surie.
"Calm down Sayang."
"Al aku takut."
"Gak ada yang perlu kamu takutin. Aku disini, hm."
Surie menatap Alex. "Aku dan Mama kamu udah ketemu. Kita bicara dan dia jelas-jelas gak mau aku dekat sama kamu lagi."
"It's nonsense." Ujar Alex.
"Mama kamu gak mungkin bicara omong kosong, Al. Aku kenal beliau. Gimana pun juga aku pernah jadi menantu keluarga Hilman."
Alex kembali memeluk Surie. "Aku tahu Sayang."
Surie menyeka air matanya. "Apa mungkin… ini saatnya…"
"Saatnya apa?" Tanya Alex.
Surie melepaskan pelukan Alex dan membuat mereka berdua duduk saling berhadapan.
"Ini saatnya untuk aku menyerah. Kita selesaikan semuanya sekarang disini.
Keesokan harinya…Sandra memencet bel, mengetuk pintu apartemen Surie berkali-kali. Masih tak ada respon dan ia mulai cemas."Surie…" Panggil Sandra."Surie ini gue, Sandra." Teriaknya lagi.Sandra menoleh ke kiri dan ke kanan berharap tidak ada yang muncul karena komplain akan teriakan heboh Sandra layaknya seorang penagih hutang.Sandra melihat kembali untuk kesekian kali jam di tangan kirinya. Sudah menunjukkan pukul 11 pagi. Namun tak ada jawaban dari dalam.Sandra tak menyerah ia kembali memencent bel, mengetuk pintu, sambil memanggil nama Surie.15 menit kemudian, akhirnya pintu apartemen Surie terbuka. Surie muncul di balik pintu dan Sandra bernafas lega. Setidaknya Surie masih hidup, fikirnya. Sandra pun masuk ke dalam dan menutup pintu kembali.Sandra mengikuti Surie yang berjalan sempoyongan menuju ruang tamu. Surie duduk di sofa sambil menekuk kedua kakinya. Dagu Surie menumpu di lututnya. S
1 Minggu berlalu….Namun keadaan antara Surie dan Alex belum menunjukkan tanda-tanda membaik. Hubungan mereka masih sama seperti hari-hari sebelumnya.Alex masih sulit untuk menghubungi Surie. Karena Surie sendiri masih menutup diri dan tak ada niat sedikitpun untuk mengabari atau merespon semua pesan dan panggilan telfon dari mantan suaminya itu.Alex masuk kembali ke ruang kerjanya setelah selesai rapat penting dengan rekan bisnisnya yang baru.Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Aarrgghhh!!!!!"Alex merebahkan tubuhnya di sofa. Ia menghela nafas dan menutup kedua matanya. Alex perlu ketenangan namun fikiran dan hatinya tidak bisa membantunya.Semua tentang Surie masih bergumul dan menguasai dirinya. Sebelumnya Alex tidak pernah ambil pusing kalau ia sedang bertengkar dengan Surie. Tapi kali ini Surie benar-benar menolaknya bahkan benar-benar menjaga jarak darinya. Dan Alex tidak bisa seperti ini.Alex
Fey menaburkan petal mawar di atas makam Jerym. Ia juga meletakkan buket bunga yang ia bawa. Entah mengapa saat ini ia sangat ingin mencurahkan apa yang hatinya rasakan. Mencurahkan semua kegundahan yang ia rasa. Mengerahkan semua ego di dalam dirinya.Fey menyentuh nisan Jerym, kedua matanya mulai berkaca-kaca."I miss you, Jerym.""Gak ada yang bisa mengerti dan memahami aku selain kamu."Fey merebahkan tubuhnya di samping makam Jerym. Menutup sebentar kedua matanya. Merasakan ketenangan yang ia dambakan. Setidaknya bisa mengurangi kegusaran di dalam hatinya."Selamat tinggal pangeranku. Kamu akan selalu memiliki tempat khusus di sudut hatiku yang terdalam."Fey kembali berdiri. Ia menatap kembali lekat makam sahabat laki-lakinya yang pernah ia cintai."Jerym.. I'm sorry. You're not a man that my heart wants anymore." Batin Fey.Fey pun berbalik dan meninggalkan makam Jerym. Dalam hatinya ia berjanji kali ini ia tidak a
Apartemen Surie.Surie dan Alex akhirnya tiba di Apartemen. Tanpa fikir panjang Alex langsung memeluk tubuh Surie dari belakang. Surie cukup kaget namun ia berusaha untuk terlihat biasa saja."Al.. kamu mau sesuatu?" Tanya Surie."I want you, Sayang." Jawab Alex dan langsung mengecup pipi kanan Surie.Surie kemudian berbalik namun Alex masih belum melepaskan pelukannya. Meresa saling menatap. Tatapan yang bisa di artikan ada kerinduan di dalamnya."Masih marah, hm?" Tanya Alex.Surie menggeleng. "Apa itu penting sekarang. Kamu udah jemput aku di restoran, itu artinya kamu udah nolongin aku."Alex tersenyum dan mengecup bibir Surie sekilas. "Anything for you, love."Kedua mata Surie yang masih menatap Alex perlahan menunjukkan rasa haru. Iya.. hatinya tersentuh setelah merasakan bagaimana lembutnya perlakuan Alex kali ini pada dirinya.Tetapi di sisi lain, tentu saja ada sebuah penyesalan yang menyerang."Ken
Fey makan malam bersama dengan Alex dan Marissa di rumah keluarga Hilman. Marissa banyak mengajak Fey berbicara sepanjang acara makan malam daripada Alex.Walaupun Fey merasa aneh akan Alex yang terlihat lebih pendiam, tapi Fey tak ingin mempermasalahkannya di sini. Tidak di meja makan, tidak juga di hadapan Marissa.Hingga….Marissa menyadari kalau Alex terlihat pendiam dan hanya berbicara jika di tanya membuat Marissa heran."Alex.""Ya Ma.""Kamu kenapa Sayang?" Tanya MarissaFey seketika langsung melirik ke arah Alex."I'm fine, Ma." Jawab Alex singkat dan datar.Marissa masih tidak puas dengan jawaban Alex. Tapi ia melirik kembali ke arah Fey. Jika Marissa ingin marah pada Alex, maka bukan saat ini tepatnya. Ia harus menghormati keberadaan Fey. Setidaknya harus terlihat kalau dia dan putranya baik-baik saja."Alex kenapa ya?" Batin Fey.Selama makan malam Fey yang saat itu duduk di s
1 bulan kemudian…Saat ini Surie sedang makan siang dengan Fey. Tunangan dari manta suaminya itu mengajaknya makan siang bersama yang dimana Surie yakin kalau Fey hanya ingin membicarakan tentang Alex dengannya."How are you doing, Surie?""As you can see, Fey. I'm doing well.""Lalu kapan kamu mau maafin Alex?" Tanya Fey.Salah satu alis Surie terangkat naik di saat ia mendengar pertanyaan tentang Alex datang padanya."I don't know, " Surie mengedikkan bahunya."Still need more time?""Hm.. I guess so."Fey tersenyum tipis. Ia kini mulai sadar kalau Surie selain wanita yang pintar, ia juga memiliki harga diri yang sangat tinggi. Di saat ego nya berbicara, maka tak seorangpun bisa menggoyahkannya.*****Alex menutup laptopnya setelah melakukan zoom meeting dengan anak perusahaan yang ada di kalimantan timur. Ia menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya, memijit pelipisnya, seakan ingin mengurangi b
Ting-Tong!Alex memencet bel apartmen Surie. Pada dentingan kelima akhirnya Surie membukakan pintu untuk Alex."Hai.." Sapa Alex yang di iringin senyuman."Alex, kamu ngapain sih—"Alex menerobos masuk ke dalam. Membuat Surie tak bisa berkata dan berbuat apa-apa selain membiarkannya.Greb!Alex langsung membawa tubuh Surie kedalam pelukannya. Dan Surie hanya membiarkannya. Seakan mencium dan merasakan kehangatan dan aroma tubuh mantan istrinya itu membuat Alex merasa nyaman. Alex semakin mengeratkan pelukannya untuk menyalurkan semua kerinduan yang ia rasakan pada Surie.Surie melihat Alex masih berpakaian kerjanya. Namun ini belum menunjukkan jam pulang kantor. Surie kemudian membawakan secangkir kopi dan ia berikan pada Alex yang kini duduk di sofa ruang tamu."Ada apa?" Tanya Surie pelan."Aku mau nginap disini hari ini." Jawab Alex langsung.Surie terpekik namun Alex tak ingin di bantah.
Surie membuka kedua matanya. Bisa ia rasakan kalau ada sebuah lengan yang memeluk pinggangnya. Surie melirik ke arah samping dan melihat Alex masih tertidur. Semalam… mereka hanya tidur.Pagi ini suasana terasa begitu hangat. Surie menyibakkan gorden kamarnya berjalan menuju balkoni kamarnya untuk merasakan suasan pagi yang segar dimana masih bisa di rasakan adanya tetesan embun pada rumput dan pepohonan.Surie melirik kembali pada sosok Alex yang masih memejamkan kedua matanya. Bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman tipis. Tak bisa di punkiri kalau Surie bahagia ketika ada Alex ada di sampingnya. Hubungannya dan Alex sudah sangat jauh berbeda ketika mereka masih menjadi suami istri dulu.Surie bisa melihat kalau Alex lebih mengutamakan dirinya dan hubungan yang terjadi di antara mereka berdua daripada yang lainnya, termasuk hubungan Alex dan Fey.Fey….Wanita yang juga mengisi hidup Alex sejak dulu. Wanita yang hidup dan memil
3 Hari kemudian….Fey mengajak Surie untuk bertemu. Mereka memutuskan untuk afternoon tea bersama. Surie merasa ia tak perlu menghindari siapapun saat ini. Keberadaan Alex disisinya, menjadikan dukungan untuknya.Surie menyesap tehnya ketika Fey mulai berbicara. Kedua wanita yang sudah tahu sejak awal kemana arah pembicaraan mereka. Topik yang tak akan pernah berbuah ataupun berganti. Hingga salah satu dari mereka menyerah.“Alex bilang kalau dia gak yakin pernah cinta sama aku atau enggak.”Kening Surie mengeryit. Perkataan Fey membuat Surie berfikir. Namun ia masih belum bicara hingga Fey melanjutkan ucapannya.“Kamu harusnya merasa senang.”“Apa aku bisa di anggap pemenang?” Tanya Surie.Ada senyuman tipis terukir di bibir cantiknya. Ruby melanjutkan ucapannya. “Aku tidak pernah merebut Alex dari kamu, Fey. Kamu tahu benar akan hal itu.”Surie menghela nafas. “Semua ini hanya tentang perasaan Alex ke kita berdua.”Fey mendengus, “Dia memang lelaki egois. Selalu bertindak dan seenak
"Alex Could you come to my place, please."Alex masih menatap layar ponselnya ketika ia membaca chat dari tunangannya, Fey. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi kerjanya. Menghela nafas.Alex sadar kalau beberapa hari belakang ia terlalu sibuk dengan urusannya bersama Surie. Alex memang terkesan egois semenjak ia sadar kalau ia telah jatuh cinta pada mantan istrinya.Tapi ia hanya ingin mengikuti apa yang hati kecilnya inginkan saat ini. Alex tidak bisa kehilangan Surie begitu saja. Tidak sekarang dan juga selamanya. Namun di sisi yang lain ia seakan menelantarkan Fey. Tidak.. lebih tepatnya ikut menyalahkan Fey.Seorang ibu memang selalu ingin yang terbaik bagi putrinya. Tapi semuanya terasa salah dan datang di waktu yang tidak tepat. Ketika Marissa menjodohkan Alex dengan Surie, orang yang Alex inginkan adalah Fey. Dan ketika Alex sudah bertunangan dengan Fey, ia tak ingin kehilangan apalagi melepaskan Surie dari genggamannya.Alex meletakkan
Surie membuka kedua matanya. Bisa ia rasakan kalau ada sebuah lengan yang memeluk pinggangnya. Surie melirik ke arah samping dan melihat Alex masih tertidur. Semalam… mereka hanya tidur.Pagi ini suasana terasa begitu hangat. Surie menyibakkan gorden kamarnya berjalan menuju balkoni kamarnya untuk merasakan suasan pagi yang segar dimana masih bisa di rasakan adanya tetesan embun pada rumput dan pepohonan.Surie melirik kembali pada sosok Alex yang masih memejamkan kedua matanya. Bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman tipis. Tak bisa di punkiri kalau Surie bahagia ketika ada Alex ada di sampingnya. Hubungannya dan Alex sudah sangat jauh berbeda ketika mereka masih menjadi suami istri dulu.Surie bisa melihat kalau Alex lebih mengutamakan dirinya dan hubungan yang terjadi di antara mereka berdua daripada yang lainnya, termasuk hubungan Alex dan Fey.Fey….Wanita yang juga mengisi hidup Alex sejak dulu. Wanita yang hidup dan memil
Ting-Tong!Alex memencet bel apartmen Surie. Pada dentingan kelima akhirnya Surie membukakan pintu untuk Alex."Hai.." Sapa Alex yang di iringin senyuman."Alex, kamu ngapain sih—"Alex menerobos masuk ke dalam. Membuat Surie tak bisa berkata dan berbuat apa-apa selain membiarkannya.Greb!Alex langsung membawa tubuh Surie kedalam pelukannya. Dan Surie hanya membiarkannya. Seakan mencium dan merasakan kehangatan dan aroma tubuh mantan istrinya itu membuat Alex merasa nyaman. Alex semakin mengeratkan pelukannya untuk menyalurkan semua kerinduan yang ia rasakan pada Surie.Surie melihat Alex masih berpakaian kerjanya. Namun ini belum menunjukkan jam pulang kantor. Surie kemudian membawakan secangkir kopi dan ia berikan pada Alex yang kini duduk di sofa ruang tamu."Ada apa?" Tanya Surie pelan."Aku mau nginap disini hari ini." Jawab Alex langsung.Surie terpekik namun Alex tak ingin di bantah.
1 bulan kemudian…Saat ini Surie sedang makan siang dengan Fey. Tunangan dari manta suaminya itu mengajaknya makan siang bersama yang dimana Surie yakin kalau Fey hanya ingin membicarakan tentang Alex dengannya."How are you doing, Surie?""As you can see, Fey. I'm doing well.""Lalu kapan kamu mau maafin Alex?" Tanya Fey.Salah satu alis Surie terangkat naik di saat ia mendengar pertanyaan tentang Alex datang padanya."I don't know, " Surie mengedikkan bahunya."Still need more time?""Hm.. I guess so."Fey tersenyum tipis. Ia kini mulai sadar kalau Surie selain wanita yang pintar, ia juga memiliki harga diri yang sangat tinggi. Di saat ego nya berbicara, maka tak seorangpun bisa menggoyahkannya.*****Alex menutup laptopnya setelah melakukan zoom meeting dengan anak perusahaan yang ada di kalimantan timur. Ia menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya, memijit pelipisnya, seakan ingin mengurangi b
Fey makan malam bersama dengan Alex dan Marissa di rumah keluarga Hilman. Marissa banyak mengajak Fey berbicara sepanjang acara makan malam daripada Alex.Walaupun Fey merasa aneh akan Alex yang terlihat lebih pendiam, tapi Fey tak ingin mempermasalahkannya di sini. Tidak di meja makan, tidak juga di hadapan Marissa.Hingga….Marissa menyadari kalau Alex terlihat pendiam dan hanya berbicara jika di tanya membuat Marissa heran."Alex.""Ya Ma.""Kamu kenapa Sayang?" Tanya MarissaFey seketika langsung melirik ke arah Alex."I'm fine, Ma." Jawab Alex singkat dan datar.Marissa masih tidak puas dengan jawaban Alex. Tapi ia melirik kembali ke arah Fey. Jika Marissa ingin marah pada Alex, maka bukan saat ini tepatnya. Ia harus menghormati keberadaan Fey. Setidaknya harus terlihat kalau dia dan putranya baik-baik saja."Alex kenapa ya?" Batin Fey.Selama makan malam Fey yang saat itu duduk di s
Apartemen Surie.Surie dan Alex akhirnya tiba di Apartemen. Tanpa fikir panjang Alex langsung memeluk tubuh Surie dari belakang. Surie cukup kaget namun ia berusaha untuk terlihat biasa saja."Al.. kamu mau sesuatu?" Tanya Surie."I want you, Sayang." Jawab Alex dan langsung mengecup pipi kanan Surie.Surie kemudian berbalik namun Alex masih belum melepaskan pelukannya. Meresa saling menatap. Tatapan yang bisa di artikan ada kerinduan di dalamnya."Masih marah, hm?" Tanya Alex.Surie menggeleng. "Apa itu penting sekarang. Kamu udah jemput aku di restoran, itu artinya kamu udah nolongin aku."Alex tersenyum dan mengecup bibir Surie sekilas. "Anything for you, love."Kedua mata Surie yang masih menatap Alex perlahan menunjukkan rasa haru. Iya.. hatinya tersentuh setelah merasakan bagaimana lembutnya perlakuan Alex kali ini pada dirinya.Tetapi di sisi lain, tentu saja ada sebuah penyesalan yang menyerang."Ken
Fey menaburkan petal mawar di atas makam Jerym. Ia juga meletakkan buket bunga yang ia bawa. Entah mengapa saat ini ia sangat ingin mencurahkan apa yang hatinya rasakan. Mencurahkan semua kegundahan yang ia rasa. Mengerahkan semua ego di dalam dirinya.Fey menyentuh nisan Jerym, kedua matanya mulai berkaca-kaca."I miss you, Jerym.""Gak ada yang bisa mengerti dan memahami aku selain kamu."Fey merebahkan tubuhnya di samping makam Jerym. Menutup sebentar kedua matanya. Merasakan ketenangan yang ia dambakan. Setidaknya bisa mengurangi kegusaran di dalam hatinya."Selamat tinggal pangeranku. Kamu akan selalu memiliki tempat khusus di sudut hatiku yang terdalam."Fey kembali berdiri. Ia menatap kembali lekat makam sahabat laki-lakinya yang pernah ia cintai."Jerym.. I'm sorry. You're not a man that my heart wants anymore." Batin Fey.Fey pun berbalik dan meninggalkan makam Jerym. Dalam hatinya ia berjanji kali ini ia tidak a
1 Minggu berlalu….Namun keadaan antara Surie dan Alex belum menunjukkan tanda-tanda membaik. Hubungan mereka masih sama seperti hari-hari sebelumnya.Alex masih sulit untuk menghubungi Surie. Karena Surie sendiri masih menutup diri dan tak ada niat sedikitpun untuk mengabari atau merespon semua pesan dan panggilan telfon dari mantan suaminya itu.Alex masuk kembali ke ruang kerjanya setelah selesai rapat penting dengan rekan bisnisnya yang baru.Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Aarrgghhh!!!!!"Alex merebahkan tubuhnya di sofa. Ia menghela nafas dan menutup kedua matanya. Alex perlu ketenangan namun fikiran dan hatinya tidak bisa membantunya.Semua tentang Surie masih bergumul dan menguasai dirinya. Sebelumnya Alex tidak pernah ambil pusing kalau ia sedang bertengkar dengan Surie. Tapi kali ini Surie benar-benar menolaknya bahkan benar-benar menjaga jarak darinya. Dan Alex tidak bisa seperti ini.Alex