Surie yang terlihat tertidur pulas namun memeluk erat Alex seakan enggan melepaskannya, hanya membuat Alex tersenyum puas. Bagi Alex, tak ada yang berubah dari Surie walaupun mereka telah bercerai.
Alex mengelus lembut rambut Surie yang menyentuh pipinya. Sambil bergumam, "Milikku."
Keesokan paginya, di saat terik sinar matahari menyinari kamar. Surie yang mulai merasa silau perlahan membuka kedua matanya. Tubuhnya masih lelah namun tidak dengan perasaannya.
Ketika melihat Alex masih tertidur lelap sambil memeluk tubuhnya, Surie perlahan mencium lembut bibir mantan suaminya itu.
Surie tersenyum lembut. "Aku fikir kamu udah pergi." Ucapnya pelan.
"Pergi kemana?" Tanya Alex dan membuat Surie kaget.
"Kamu udah bangun? Sejak kapan?" Tanya Surie tak menyangka kalau ternyata Alex hanya berpura-pura tidur.
Alex tersenyum lebar seakan menggoda Surie, "10 menit yang lalu."
Surie menepuk pundak Alex yang seketika membuat Alex mengaduh. Dengan balutan selimut yang menutupi tubuhnya, Surie perlahan bangun dari ranjang namun Alex menarik lengannya kembali membawa Surie ke dalam dekapan Alex.
"Kamu mau kemana.. Aku masih kangen sama kamu.." Ujar Alex dengan nada bicara yang terdengar manja.
"Aku mau buatin sarapan buat kita, Al. Kamu harus ke kantor kan?"
"Tapi aku masih kangen sama kamu. Aku gak oerlu sarapan, aku cuma perlu kamu..Surie."
Surie tersipu malu. Di saat Alex bersikap manja seperti ini, menggodanya seperti ini, maka semua pertahanan diri Surie akan hancur begitu saja.
Surie memang tak bisa membohongi hati, fikiran, dan tubuhnya kalau ia masih begitu mudah tergoda oleh semua kata-kata manis yang Alex lontarkan padanya. Surie masih terobsesi pada laki-laki yang kini menjadi mantan suaminya.
Semua sarapan yang bisa Surie siapkan akhirnya tersaji di atas meja. Alex akan terlambat berangkat ke kantor jika semalam terjadi sesuatu yang begitu romantis antara dirinya dan Surie.
"Kamu mau kemana hari ini?" Tanya Alex di sela-sela menikmati sarapannya.
"Mungkin.. mau ketemuan sama Sandra." Jawab Surie.
"Kamu pacaran sama Sandra?"
Surie nyaris tersedak dan segera meminum air.
"Kamu ngomong apa sih Al?!"
"Habis.. kamu kayaknya dekat banget banget sama Sandra. Aku jadi ngerasa di nomer dua'in."
"She's my bestfriend." Ujar Surie memperjelas.
"Lagipula buat apa kamu cemburu sama Sandra. Dia kan cewek, dan kita berdua masih normal. Sandra itu udah punya tunangan, hanya saja mereka lagi LDR'an." Sambung Surie lagi.
"Kamu... siap LDR'an sama aku,hm?" Tanya Alex ingin menggoda Surie.
Surie hanya menggeleng heran dan menghela nafas. "Udah cukup ya aku berbagi kamu sama Fey, atau cewek lain. Jangan minta lebih." Ujar Surie mempertegas.
Alex tersenyum tipis dan menggenggam salah satu tangam Surie. "Kamu jangan khawatir ya.. gak ada yang akan bisa gantiin posisi kamu di hati aku, Surie."
Degh!!!!
Surie bisa merasakan dadanya kini berdegup kencang. Ia tahu kalau kata-kata Alex barusan bukanlah rayuan gombal atau kebohongan. Namun melihat kondisi yang terjadi saat ini di antara mereka berdua, membuat Surie tidak bisa menghilangkan ketakutannya. Setelah apa yang terjadi di antara mereka berdua semalam, dan jarak yang terjalin semakin menyempit, Surie semakin menyadari kalau ia tak bisa kehilangan Alex lagi.
"Iya.. aku percaya Al." Ucap Surie sambil tersenyum lembut.
*****
Alex masuk ke dalam ruang kerjanya. Kedua matanya melebar ketika melihat Fey duduk santai di sofa sambil membaca majalah.
"Fey?!" Ujar Alex kaget.
Fey meletakkan majalah yang ia baca di atas meja. Ia tersenyum lebar sambil bangun dari sofa.
"Hey.. Good Morning, Al. Akhirnya.. kamu sampai juga di kantor." Ucap Fey namun terkesan seperti sebuah sindiran halus.
"Udah berapa lama kamu disini?" Tany Alex.
"Kenapa.. kamu takut buat aku nunggu lama?" Tanya Fey balik.
Alex berdeham. "Gak juga.." Jawabnya singkat.
Fey mendekat ke arah Alex. Sambil menyentuh sisi atas jas Alex kemudian menatap Alex. "Aku tahu.. kamu gak akan pernah buat aku nunggu lama, Al." Ujar Fey seduktif.
Alex berusaha bersikap normal bahkan ketika Fey tiba-tiba memeluknya. "How's your night with Surie?? Must be fun right?"
Alex hanya terdiam dengan kedua matanya yang melebar.
*****
"WHAT?!!"
Surie berusaha menenangkan Sandra yang kaget bukan kepalang. "Ssttt...calm down. Kita lagi di cafe sekarang, San."
"Ya tapi... kok bisa??!!!!" Sandra masih tak percaya setelah mendengar semua cerita Surie atas apa yang terjadi kemarin malam hingga hari ini antara Surie dan Alex.
"Yeah.. why not?? He deserves a chance." Ujar Surie.
"Berapa kali lagi kamu mau kasih kesempatan buat mantan suami kamu itu. Remember Surie... Alex itu udah punya Fey sebagai tunangannya, dan kamu cuma mantan istrinya."
"I know..."
"Then What?!. Kamu pasti akhirnya luluh dan luluh lagi. You will give him another shot."
"I still love him, San." Ucap Surie terkesan merengek.
"Yes.. And it is a mad love!" Ujar Sandra memperjelas.
Surie hanya bisa menunduk. Ia tahu kalau Sandra pasti akan sangat menyalahkannya. Tapi yang ingin Surie lakukan saat ini adalah, melakukan segala hal yang sesuai dengan keinginan hati kecilnya. Dan sampai detik ini, hati kecil Surie masih sangat menginginkan Alex.
"I just can't give up for my love, Sandra. And you know that I still love Alex so much. And till it hurts." Ucap Surie dengan keningnya yang mengerut dan kedua matanya yang mengatakan kejujuran atas apa yang ia ucapkan.
Sandra menghela nafas dan menyandarkan tubuhnya di kursi. "Oh.. dear."
*****
Alex mengantar Fey pulang ke hotel. Surie masih menginap di kamar hotel yang sama."Kalau kamu gak suka rumah, kenapa gak beli apartement aja?" Tanya Alex.
"Aku gak suka tinggal sendiri." Jawab Fey dengan cueknya.
"Kamu juga tinggal di sini sendiri, Fey.."
Fey mendekat ke arah Alex, "Kamu harusnya gak lupa Al. Kalau aku bukanlah Surie." Ujar Fey menegaskan.
Alex menghela nafas, "I know. Dan aku gak pernah menyamakan antara kamu dan Surie."
Fey merebahkan tubuhnya di kasur berukuran king size itu.
"Of Course not. I'm your fiancé, and Surie clearly just your ex-wife."
Alex duduk di sofa yang letakknya dekat dengan kasur yang Fey tiduri.
"Kamu harus berhenti menekankan status di antara kita bertiga, Fey."
Fey bangun dan menegakkan tubuhnya. Menatap Alex sambil tersenyum sinis dengan tangan yang memangku dagunya.
"Kenapa..? Kamu gak suka. Atau karena sekarang hubungan kalian bisa dekat lagi, kamu gak suka kalau aku menekankan status kita bertiga, hm?"
Alex mulai merasa bosan. Semakin lama pembicaraan mereka akan menjadi sebuah pertengkaran mulut yang tak akan pernah ada habisnya. Jujur saja, Alex malas bertengkar mulut dengan perempuan.
Alex melepaskan jasnya menaruhnya begitu saja di sofa dan berlalu ke kamar mandi dengan Fey yang memperhatikan langkahnya.
*****
Surie sampai di Apartementnya. Ia tiba-tiba mempunyai keinginan untuk mengundang Alex makan malam bersamanya malam ini.Entah mengapa... Surie merasa merindukan Alex setiap saat. Surie merindukan semua sentuhan Alex pada tubuhnya, semua kata-kata manis yang Alex lontarkan pada dirinya.
Surie meraih ponsel miliknya yang berada di dalam tas dan segera menghubungi Alex sambil tersipu malu.
Namun semua senyuman itu, seketika sirna ketika sebuah suara perempuan yang menjawab panggilan darinya untuk Alex.
"Halo.."
Surie terdiam. Ia bisa yakin kalau itu adalah suara Fey. Dan Surie juga yakin kalau saat ini Alex sedang bersama dengan tunangannya.
"Fey..." Ucap Surie lirih.
"Iya Surie, ini Fey. Ada apa? Kamu ada perlu sama Alex, dia lagi kamar mandi."
Surie mengerutkan keningnya setelah mendengar kata kamar mandi yang Fey ucapkan.
"Alex lagi di rumah kamu?" Tanya Surie pelan.
"Enggak, kita lagi kamar hotel." Jawab Fey dengan santainya.
Surie tak bisa menahannya lagi. Saat ini Alex dan Fey sedang bersama di kamar hotel. Tentu saja ia tak akan pernah bisa berfikir positif mengenai apa yang bisa di lakukan oleh sepasang laki-laki dan perempuan di dalam kamar hotel.
"Surie.. Halo.. are you there?" Tanya Fey memastikan.
"Iya.."
"Kamu mau bicara sama Alex? Atau mau titip pesan?"
"Gak ada!" Jawab Surie lalu memutuskan panggilan telfonnya.
Surie duduk di kursi meja makan dengan air mata yang mulai membasahi pipinya.
Bersambung...Keesokan harinya, jam 09:00 pagi.Surie membuka pintu apartemennya. Ia menghela nafas sambil memutar kedua bola matanya."You shouldn't be here!"Surie hendak menutup pintu namun Alex menahannya.Alex datang dengan buket mawar merah di pangkuan tangannya."Sayang please... don't be mad at me."Alex memohon dengan puppy eyes yang terlihat di kedua matanya. Alex tahu kalau Surie sedang marah padanya saat ini. Saat Fey melihat Alex kembali dari kamar mandi ia langsung bilang kalau Surie menelfonnya dan ia juga mengangatkat telfon itu. Bahkan Fey juga memperjelas jika mereka berdua sedang berada di kamar hotel.Surie menyerah dan membiarkan Alex masuk. Seperti seekor anak anjing Alex mengikuti Surie dan berakhir duduk berhadapan di sofa."Ini buat kamu sayang." Ucap Alex sambil tersenyum dan menyerahkan buket mawar merah pada Surie.Dengan ekspresi yang sangat datar bahkan terkesan seperti orang yang menahan mar
Surie hanya mengaduk-ngaduk pasta yang ada di piringnya. Ia seperti merasa tak selera untuk makan malam. Hari ini ia memutuskan untuk menginap di tempat Sandra.Sandra memperhatikan gerak-gerak Surie sedari tadi di meja makan. Dan ia mulai curiga."Surie"Surie menaikkan pandangannya menatap ke arah Sandra. "Hm?""Kenapa, pastanya enak kan? Buatan lo sendiri.""Ah.. iya, enak kok." Kata Surie sambil tersenyum."Terus kok cuma di aduk-aduk aja?. Lo sebenarnya udah makan, atau cuma mau buatin gue aja?"Surie menghela nafas. "San.. jangan nefthink mulu dong sama gue. Ini gue makan sekarang ya."Kemudian Surie mulai menyuapi pasta ke mulutnya. Dan kembali tersenyum sambil mengunyah pastanya sambil menatap ke arah Sandra.Sandra hanya bisa pasrah. Ia menggeleng heran. Setidaknya ia melihat Surie makan, hal itu sudah cukup baginya.Akhir-akhir ini Sandra merasa Surie selalu dilemma. Seakan banyak masalah yang memb
Hari ini adalah hari sabtu. Hari dimana Alex libur bekerja. Kemarin saat ia pulang kerja, Marissa Hilman yang tak lain adalah ibu kandung Alex meminta agar putranya makan siang bersama di rumah.Marissa tahu kalau setiap kali hari libur Alex tak pernah ada di rumah. Ia pergi seharian, bahkan tak kembali lagi karena menginap di tempat lain.Alex menatap berbagai macam makanan yang ada di atas meja. Rasa kagum dan bercampur heran. Makanan hari ini sebagian besar adalah makanan kesukaannya."Ma, ini makanan semua Mama yang masak?""Iya, khusus buat kamu. Kita kan jarang-jarang bisa makan siang bersama.""Mama tahu kan kalau Alex sibuk.""Mama tahu kamu sibuk. Kamu sibuk sama semua pekerjaan di kantor, kamu juga sibuk sama urusan wanita."Alex berdeham dan segera meminum air. Sepertinya makan siang kali ini akan berlangsung serius. Alex yakin kalau Mamanya akan menanyakan banyak hal padanya, terutama tentang hal pribadinya.
Disini sekarang, di sebuah vintage cafe. Marissa dan Surie bertemu, bertatap muka, dan berbicara secara khusus 4 mata.Sempat ada keheningan dimana keduanya hanya saling menatap satu sama lain. Sibuk dengan fikiran tentang satu sama lain. Dan berbagai macam dugaan serta pertanyaan yang muncul tanpa henti.Tapi semuanya tidak akan berakhir jika salah satunya tidak ada yang memulai. Dan mereka berdua sama-sama tidak ingin terjebak dalam situasi seperti ini lebih lama lagi.Surie tersenyum lembut. "Mama.. Apa kabar?" Sapa Surie dengan sopan."Saya bukan Mama mertua kamu lagi, Surie. Saya harap kamu bisa mengerti dan tahu harus memanggil Saya dengan sebutan yang seharusnya."Hati Surie terasa mencelos. Ia tidak memiliki hak itu lagi. Hak di mana pernah ia miliki ketika masih menjadi menantu keluarga Hilman."Maksud Saya.. Tante."Marissa menyandarkan tubuhnya dengan santai sambil menyilangkan kakinya. "Saya baik-baik saja.""
Alex masih memeluk tubuh Surie bahkan ketika mereka sudah duduk di sofa. Surie tak terlihat akan berhenti menangis.Alex hanya bisa menenangkan Surie sambil mengelus-elus lengan mantan istrinya, sambil sesekali mencium pucuk kepala Surie."Calm down Sayang.""Al aku takut.""Gak ada yang perlu kamu takutin. Aku disini, hm."Surie menatap Alex. "Aku dan Mama kamu udah ketemu. Kita bicara dan dia jelas-jelas gak mau aku dekat sama kamu lagi.""It's nonsense." Ujar Alex."Mama kamu gak mungkin bicara omong kosong, Al. Aku kenal beliau. Gimana pun juga aku pernah jadi menantu keluarga Hilman."Alex kembali memeluk Surie. "Aku tahu Sayang."Surie menyeka air matanya. "Apa mungkin… ini saatnya…""Saatnya apa?" Tanya Alex.Surie melepaskan pelukan Alex dan membuat mereka berdua duduk saling berhadapan."Ini saatnya untuk aku menyerah. Kita selesaikan semuanya sekarang disini.
Keesokan harinya…Sandra memencet bel, mengetuk pintu apartemen Surie berkali-kali. Masih tak ada respon dan ia mulai cemas."Surie…" Panggil Sandra."Surie ini gue, Sandra." Teriaknya lagi.Sandra menoleh ke kiri dan ke kanan berharap tidak ada yang muncul karena komplain akan teriakan heboh Sandra layaknya seorang penagih hutang.Sandra melihat kembali untuk kesekian kali jam di tangan kirinya. Sudah menunjukkan pukul 11 pagi. Namun tak ada jawaban dari dalam.Sandra tak menyerah ia kembali memencent bel, mengetuk pintu, sambil memanggil nama Surie.15 menit kemudian, akhirnya pintu apartemen Surie terbuka. Surie muncul di balik pintu dan Sandra bernafas lega. Setidaknya Surie masih hidup, fikirnya. Sandra pun masuk ke dalam dan menutup pintu kembali.Sandra mengikuti Surie yang berjalan sempoyongan menuju ruang tamu. Surie duduk di sofa sambil menekuk kedua kakinya. Dagu Surie menumpu di lututnya. S
1 Minggu berlalu….Namun keadaan antara Surie dan Alex belum menunjukkan tanda-tanda membaik. Hubungan mereka masih sama seperti hari-hari sebelumnya.Alex masih sulit untuk menghubungi Surie. Karena Surie sendiri masih menutup diri dan tak ada niat sedikitpun untuk mengabari atau merespon semua pesan dan panggilan telfon dari mantan suaminya itu.Alex masuk kembali ke ruang kerjanya setelah selesai rapat penting dengan rekan bisnisnya yang baru.Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Aarrgghhh!!!!!"Alex merebahkan tubuhnya di sofa. Ia menghela nafas dan menutup kedua matanya. Alex perlu ketenangan namun fikiran dan hatinya tidak bisa membantunya.Semua tentang Surie masih bergumul dan menguasai dirinya. Sebelumnya Alex tidak pernah ambil pusing kalau ia sedang bertengkar dengan Surie. Tapi kali ini Surie benar-benar menolaknya bahkan benar-benar menjaga jarak darinya. Dan Alex tidak bisa seperti ini.Alex
Fey menaburkan petal mawar di atas makam Jerym. Ia juga meletakkan buket bunga yang ia bawa. Entah mengapa saat ini ia sangat ingin mencurahkan apa yang hatinya rasakan. Mencurahkan semua kegundahan yang ia rasa. Mengerahkan semua ego di dalam dirinya.Fey menyentuh nisan Jerym, kedua matanya mulai berkaca-kaca."I miss you, Jerym.""Gak ada yang bisa mengerti dan memahami aku selain kamu."Fey merebahkan tubuhnya di samping makam Jerym. Menutup sebentar kedua matanya. Merasakan ketenangan yang ia dambakan. Setidaknya bisa mengurangi kegusaran di dalam hatinya."Selamat tinggal pangeranku. Kamu akan selalu memiliki tempat khusus di sudut hatiku yang terdalam."Fey kembali berdiri. Ia menatap kembali lekat makam sahabat laki-lakinya yang pernah ia cintai."Jerym.. I'm sorry. You're not a man that my heart wants anymore." Batin Fey.Fey pun berbalik dan meninggalkan makam Jerym. Dalam hatinya ia berjanji kali ini ia tidak a
3 Hari kemudian….Fey mengajak Surie untuk bertemu. Mereka memutuskan untuk afternoon tea bersama. Surie merasa ia tak perlu menghindari siapapun saat ini. Keberadaan Alex disisinya, menjadikan dukungan untuknya.Surie menyesap tehnya ketika Fey mulai berbicara. Kedua wanita yang sudah tahu sejak awal kemana arah pembicaraan mereka. Topik yang tak akan pernah berbuah ataupun berganti. Hingga salah satu dari mereka menyerah.“Alex bilang kalau dia gak yakin pernah cinta sama aku atau enggak.”Kening Surie mengeryit. Perkataan Fey membuat Surie berfikir. Namun ia masih belum bicara hingga Fey melanjutkan ucapannya.“Kamu harusnya merasa senang.”“Apa aku bisa di anggap pemenang?” Tanya Surie.Ada senyuman tipis terukir di bibir cantiknya. Ruby melanjutkan ucapannya. “Aku tidak pernah merebut Alex dari kamu, Fey. Kamu tahu benar akan hal itu.”Surie menghela nafas. “Semua ini hanya tentang perasaan Alex ke kita berdua.”Fey mendengus, “Dia memang lelaki egois. Selalu bertindak dan seenak
"Alex Could you come to my place, please."Alex masih menatap layar ponselnya ketika ia membaca chat dari tunangannya, Fey. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi kerjanya. Menghela nafas.Alex sadar kalau beberapa hari belakang ia terlalu sibuk dengan urusannya bersama Surie. Alex memang terkesan egois semenjak ia sadar kalau ia telah jatuh cinta pada mantan istrinya.Tapi ia hanya ingin mengikuti apa yang hati kecilnya inginkan saat ini. Alex tidak bisa kehilangan Surie begitu saja. Tidak sekarang dan juga selamanya. Namun di sisi yang lain ia seakan menelantarkan Fey. Tidak.. lebih tepatnya ikut menyalahkan Fey.Seorang ibu memang selalu ingin yang terbaik bagi putrinya. Tapi semuanya terasa salah dan datang di waktu yang tidak tepat. Ketika Marissa menjodohkan Alex dengan Surie, orang yang Alex inginkan adalah Fey. Dan ketika Alex sudah bertunangan dengan Fey, ia tak ingin kehilangan apalagi melepaskan Surie dari genggamannya.Alex meletakkan
Surie membuka kedua matanya. Bisa ia rasakan kalau ada sebuah lengan yang memeluk pinggangnya. Surie melirik ke arah samping dan melihat Alex masih tertidur. Semalam… mereka hanya tidur.Pagi ini suasana terasa begitu hangat. Surie menyibakkan gorden kamarnya berjalan menuju balkoni kamarnya untuk merasakan suasan pagi yang segar dimana masih bisa di rasakan adanya tetesan embun pada rumput dan pepohonan.Surie melirik kembali pada sosok Alex yang masih memejamkan kedua matanya. Bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman tipis. Tak bisa di punkiri kalau Surie bahagia ketika ada Alex ada di sampingnya. Hubungannya dan Alex sudah sangat jauh berbeda ketika mereka masih menjadi suami istri dulu.Surie bisa melihat kalau Alex lebih mengutamakan dirinya dan hubungan yang terjadi di antara mereka berdua daripada yang lainnya, termasuk hubungan Alex dan Fey.Fey….Wanita yang juga mengisi hidup Alex sejak dulu. Wanita yang hidup dan memil
Ting-Tong!Alex memencet bel apartmen Surie. Pada dentingan kelima akhirnya Surie membukakan pintu untuk Alex."Hai.." Sapa Alex yang di iringin senyuman."Alex, kamu ngapain sih—"Alex menerobos masuk ke dalam. Membuat Surie tak bisa berkata dan berbuat apa-apa selain membiarkannya.Greb!Alex langsung membawa tubuh Surie kedalam pelukannya. Dan Surie hanya membiarkannya. Seakan mencium dan merasakan kehangatan dan aroma tubuh mantan istrinya itu membuat Alex merasa nyaman. Alex semakin mengeratkan pelukannya untuk menyalurkan semua kerinduan yang ia rasakan pada Surie.Surie melihat Alex masih berpakaian kerjanya. Namun ini belum menunjukkan jam pulang kantor. Surie kemudian membawakan secangkir kopi dan ia berikan pada Alex yang kini duduk di sofa ruang tamu."Ada apa?" Tanya Surie pelan."Aku mau nginap disini hari ini." Jawab Alex langsung.Surie terpekik namun Alex tak ingin di bantah.
1 bulan kemudian…Saat ini Surie sedang makan siang dengan Fey. Tunangan dari manta suaminya itu mengajaknya makan siang bersama yang dimana Surie yakin kalau Fey hanya ingin membicarakan tentang Alex dengannya."How are you doing, Surie?""As you can see, Fey. I'm doing well.""Lalu kapan kamu mau maafin Alex?" Tanya Fey.Salah satu alis Surie terangkat naik di saat ia mendengar pertanyaan tentang Alex datang padanya."I don't know, " Surie mengedikkan bahunya."Still need more time?""Hm.. I guess so."Fey tersenyum tipis. Ia kini mulai sadar kalau Surie selain wanita yang pintar, ia juga memiliki harga diri yang sangat tinggi. Di saat ego nya berbicara, maka tak seorangpun bisa menggoyahkannya.*****Alex menutup laptopnya setelah melakukan zoom meeting dengan anak perusahaan yang ada di kalimantan timur. Ia menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya, memijit pelipisnya, seakan ingin mengurangi b
Fey makan malam bersama dengan Alex dan Marissa di rumah keluarga Hilman. Marissa banyak mengajak Fey berbicara sepanjang acara makan malam daripada Alex.Walaupun Fey merasa aneh akan Alex yang terlihat lebih pendiam, tapi Fey tak ingin mempermasalahkannya di sini. Tidak di meja makan, tidak juga di hadapan Marissa.Hingga….Marissa menyadari kalau Alex terlihat pendiam dan hanya berbicara jika di tanya membuat Marissa heran."Alex.""Ya Ma.""Kamu kenapa Sayang?" Tanya MarissaFey seketika langsung melirik ke arah Alex."I'm fine, Ma." Jawab Alex singkat dan datar.Marissa masih tidak puas dengan jawaban Alex. Tapi ia melirik kembali ke arah Fey. Jika Marissa ingin marah pada Alex, maka bukan saat ini tepatnya. Ia harus menghormati keberadaan Fey. Setidaknya harus terlihat kalau dia dan putranya baik-baik saja."Alex kenapa ya?" Batin Fey.Selama makan malam Fey yang saat itu duduk di s
Apartemen Surie.Surie dan Alex akhirnya tiba di Apartemen. Tanpa fikir panjang Alex langsung memeluk tubuh Surie dari belakang. Surie cukup kaget namun ia berusaha untuk terlihat biasa saja."Al.. kamu mau sesuatu?" Tanya Surie."I want you, Sayang." Jawab Alex dan langsung mengecup pipi kanan Surie.Surie kemudian berbalik namun Alex masih belum melepaskan pelukannya. Meresa saling menatap. Tatapan yang bisa di artikan ada kerinduan di dalamnya."Masih marah, hm?" Tanya Alex.Surie menggeleng. "Apa itu penting sekarang. Kamu udah jemput aku di restoran, itu artinya kamu udah nolongin aku."Alex tersenyum dan mengecup bibir Surie sekilas. "Anything for you, love."Kedua mata Surie yang masih menatap Alex perlahan menunjukkan rasa haru. Iya.. hatinya tersentuh setelah merasakan bagaimana lembutnya perlakuan Alex kali ini pada dirinya.Tetapi di sisi lain, tentu saja ada sebuah penyesalan yang menyerang."Ken
Fey menaburkan petal mawar di atas makam Jerym. Ia juga meletakkan buket bunga yang ia bawa. Entah mengapa saat ini ia sangat ingin mencurahkan apa yang hatinya rasakan. Mencurahkan semua kegundahan yang ia rasa. Mengerahkan semua ego di dalam dirinya.Fey menyentuh nisan Jerym, kedua matanya mulai berkaca-kaca."I miss you, Jerym.""Gak ada yang bisa mengerti dan memahami aku selain kamu."Fey merebahkan tubuhnya di samping makam Jerym. Menutup sebentar kedua matanya. Merasakan ketenangan yang ia dambakan. Setidaknya bisa mengurangi kegusaran di dalam hatinya."Selamat tinggal pangeranku. Kamu akan selalu memiliki tempat khusus di sudut hatiku yang terdalam."Fey kembali berdiri. Ia menatap kembali lekat makam sahabat laki-lakinya yang pernah ia cintai."Jerym.. I'm sorry. You're not a man that my heart wants anymore." Batin Fey.Fey pun berbalik dan meninggalkan makam Jerym. Dalam hatinya ia berjanji kali ini ia tidak a
1 Minggu berlalu….Namun keadaan antara Surie dan Alex belum menunjukkan tanda-tanda membaik. Hubungan mereka masih sama seperti hari-hari sebelumnya.Alex masih sulit untuk menghubungi Surie. Karena Surie sendiri masih menutup diri dan tak ada niat sedikitpun untuk mengabari atau merespon semua pesan dan panggilan telfon dari mantan suaminya itu.Alex masuk kembali ke ruang kerjanya setelah selesai rapat penting dengan rekan bisnisnya yang baru.Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Aarrgghhh!!!!!"Alex merebahkan tubuhnya di sofa. Ia menghela nafas dan menutup kedua matanya. Alex perlu ketenangan namun fikiran dan hatinya tidak bisa membantunya.Semua tentang Surie masih bergumul dan menguasai dirinya. Sebelumnya Alex tidak pernah ambil pusing kalau ia sedang bertengkar dengan Surie. Tapi kali ini Surie benar-benar menolaknya bahkan benar-benar menjaga jarak darinya. Dan Alex tidak bisa seperti ini.Alex