Share

BAB 5 | Puzzle

Penulis: putkerr
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-18 21:11:50

"Dia hanya ‘menyiapkan’ apa yang sudah ia temukan dan membiarkan Rania yang menyusun sendiri puzzle yang sudah coba dirinyaa kumpulkan.”

~Papa Rania (Bapak Yanto)

“Tadi pagi Rania bilang dia nggak kerja hari ini.” Ucap Jovan.

Saat ini, ia sedang berada di meja makan untuk sarapan pagi bersama Papa dan Mamanya.

“Kemana dia pergi, pagi-pagi banget?” Tanya sang Mama.

“Kampung Salak.” Jawab Jovan yang membuat semua orang bertatapan.

Ada perasaan bergemuruh dari dalam diri mereka masing-masing. Ada trauma tersendiri dari kampung itu untuk keluarga mereka. 

Kampung Salak merupakan kampung asli Rania. Ia dan keluarga kandungnya lahir dan besar di sana. Semenjak kecelakaan maut 6 tahun silam, Rania tidak pernah lagi menginjakkan kaki di sana. Segala kenangan yang dapat membangkitkan rasa kesedihan besar dan trauma Rania berkumpul di kampung itu.

Rumah lama Rania masih kokoh berdiri di sana lengkap dengan mobil keluarga yang 6 tahun terakhir tak pernah dikeluarkan dari bagasi kecuali saat akan dibersihkan. Keluarga angkat Rania menyuruh seseorang untuk membersihkan rumah itu dua minggu sekali.

Seluruh keluarga besar ayah kandungnya masih ada di kampung itu. Tapi Rania sudah 6 tahun tidak menyapanya. Saat acara besar seperti hari raya pun, Rania hanya berdiam diri di dalam mobil dan memandangi mereka dari jauh.

Setelah kecelakaan terjadi, Rania sama sekali tidak berbicara. Meskipun itu dengan tujuan meminta makan sekalipun. Ada kurang lebih 2 bulan Rania tidak berbicara sama sekali pada siapapun. Gadis itu tidak pernah bercerita bagaimana kondisinya, dia hanya diam dan menekuk wajah di kamarnya, bahkan juga tidak menangis.

Belakangan sang mama yang seorang psikiater tahu, bahwa Rania sedang tidak berada pada kondisi yang tidak baik secara mental. Dia selalu diam, mengurung, dan menahan diri untuk bertemu orang lain. Sehingga orang-orang di sekitarnya yang harus bekerja ekstra untuk tahu dan kembali dekat dengan Rania yang sudah berubah 180°. 

Sampai-sampai teman dekatnya seperti Nilam dan Randi ikut terkena imbasnya. Sehingga mereka harus bertemu psikiater karena jiwa mereka juga ikut terserang.

Sejak saat itu, hingga saat ini, Rania tetap saja masih diam dan enggan berbagi keadaan dengan orang lain. Bahkan kekasihnya sendiri yang merupakan teman masa kecilnya. Kekasih Rania, Naufal, harus rela memikirkan satu hal setiap cuti militernya. Bagaimana kondisi Rania saat ini?

Dia sudah berteman dengan Rania selama 10 tahun saat kejadian naas itu terjadi.

Hanya sekali kejadian, harapan mereka semua diberi tanda akan keajaibannya. Tiba-tiba, 3 tahun lalu Rania mengajak bicara Papa Yanto, bahwa dia ingin mengetahui lebih lengkap tentang kecelakaan keluarganya.

Pikirannya ling-lung saat hari kecelakaan itu, tapi secara samar dia ingat bahwa ada kejanggalan pada kecelakaan.

Sebenarnya Papanya sudah sadar sejak lama, tapi karena ingin menghormati keputusan yang mungkin akan diambil putrinya kelak, dia menunggu Rania sendiri yang meminta karena takut perasaannya akan terluka jika dia bertindak sendiri.

Tapi walaupun begitu, Rania tidak bercerita lebih lanjut tentang apa yang gadis itu janggalkan. Sang Papa juga tidak bertanya lebih lanjut dan memilih untuk menyelidiki pribadi secara langsung kejadian yang sudah lama ia curigai. Tapi lagi-lagi, takut perasaan sang putri terluka, dia hanya ‘menyiapkan’ apa yang sudah ia temukan dan membiarkan Rania yang menyusun sendiri puzzle yang sudah coba dirinya kumpulkan.

“Menurut Mama, apa Rania bisa ungkap ini sendirian?” Tanya Jovan putus asa.

Makanan mereka mulai dingin karena empunya dari tadi sibuk dengan pikiran khawatir mereka masing-masing.

“Bisa, tapi sulit. . . Kemungkinan rasa trauma dia bisa bangkit lagi. Walau sebenarnya trauma itu bukan sembuh, tapi dipendam. Tubuh Rania juga sering kesakitan kalo inget-inget kejadian itu lagi.” Sahut sang mama pelan, sedikit putus asa.

“Kita udah bantu semaksimal mungkin dan udah nggak bisa lebih dari itu. Kalo lebih dari itu, Rania akan beranggapan kalo kita udah sembunyiin sesuatu dari dia.” Sahut sang Papa sambil memakan sesendok makanan dari piringnya.

“Kita lihat reaksinya nanti. Kalo dia pulang dengan kondisi yang buruk, nggak ada yang bisa kita bantu tolong kecuali kesehatan jiwa dia. Percuma semua usaha yang udah kita lakuin. Bagaimana perasaan dan kondisi Rania itu yang terpenting.” Tegas sang Mama.

Mereka berdua mengangguk menyetujui ucapannya dan melanjutkan sarapan yang sudah dingin.

“Tapi gimana kalo Rania kembali dengan kondisi yang sama seperti saat itu?” Tanya Jovan tiba-tiba.

Papa dan Mamanya tidak merespon. Mereka tahu itu masa tersulit yang pernah mereka hadapi. 

“Tiga tahun lalu saat Rania pertama kali ada keinginan dalam hidupnya setelah sekian lama, Jovan yakin untuk nikah karena sedikit harapan ke Rania. Tapi rupanya nggak semudah yang dibayangin. Aku masih takut kalo Rania gini terus. Dia sendiri yang nggak mau keluar dari kubangan kelam itu.”

Mereka bertiga hanya menahan tangis dengan mata yang berkaca-kaca.

“Makan, nanti tambah dingin.” Ujar sang Mama pada akhirnya.

***

Rania berada dalam mobil yang sedang berjalan di atas jalan bebas hambatan. Matanya hanya mengarah kepada jalan sembari tangan dan kakinya mengontrol kemudi. Tidak ada siapapun di dalam mobil yang cukup untuk 4 orang itu. Hanya ada tas tangan yang bertengger di kursi depan samping Rania dengan gantungan boneka yang ikut bergoyang karena mengikuti tekstur jalan.

Dia sudah meyakinkan diri hari ini untuk bisa sedikit bertahan demi rasa penasaran yang tiba-tiba bergejolak lagi dalam dirinya. Akhir-akhir ini, tiba-tiba ingatan dari masa lalu tentang perkataan dokter yang melakukan otopsi terhadap mayat keluarganya kembali terngiang-ngiang di kepalanya.

Dokter itu bilang bahwa ada luka di bagian belakang kepala ibunya, sedangkan ayah dan 2 adiknya tidak mengalami luka yang cukup parah. Tidak ditemukan bahan kimia berbahaya dalam tubuh pasien kecuali sang ibu yang meminum obat jantungnya. Walau begitu sekujur tubuh ibunya memiliki luka yang cukup parah dibanding anggota keluarga yang lain. Wajar jika mati karena kecelakaan.

Sedangkan ayah dan kedua adiknya yang tidak memiliki penyakit kronis, mati tanpa luka serius.

Dokter itu juga berkata bahwa ada kemungkinan mereka mati 45 jam sebelum laporan itu keluar pada jam 5 sore hari esoknya. Rania mengingat dengan keras bahwa kecelakaan itu terjadi pada pukul 9 pagi bahkan mendekati pukul 10. Kenapa malah jam kematian lebih maju dari penyebab kematiannya?

Sama sekali tidak ada perasaan curiga seperti ini 6 tahun lalu. Apa yang Rania pikirkan saat itu adalah keinginan menyusul keluarganya segera untuk ikut mati. Tapi keinginan itu hilang dan timbul dalam kepalanya. Jadi dia hanya diam dan mengutuk sendirian.

Sayangnya, perpisahan Rania dengan orang-orang di kampung Salak sangat tidak baik. Dia sempat tidak sadarkan diri setelah mengurung diri di kamar selama hampir 2 bulan dan saat bangun, dirinya sudah berada di rumah dinas Papa angkatnya dengan infus di tangan.

Sejak saat itu, dia tidak pernah mengunjungi kampung Salak lagi. Ditambah dia yang tidak pernah turun dari mobil saat dirinya dan keluarga menghadiri acara di kampung Salak. Makin buruk lah hubungannya dengan warga dan keluarganya yang ada di sana.

Saat sampai di gapura yang menjadi batas masuk desa, Rania masih enggan untuk membelokkan kemudi ke sana. Dia menepikan mobilnya di samping kiri jalan dan memandang nama desa di gapura itu dalam diam. Masih ada perasaan ragu dalam hatinya untuk menuju ke sana. 

Di depan gang itu, ada sebuah warung nasi sedang yang terbuat dari kayu sedang ramai pengunjung. Rania melihat sekilas bahwa ada Randi di sana. Tapi sebelum pria itu melihat ke arahnya, Rania dengan cepat menutup jendela mobil. Dia juga masih enggan berbagi cerita kepada siapapun.

Randi memang masih tinggal di sini. Walau sudah punya apartemen pribadi di dekat tempat ia bekerja, dia masih sering pulang ke rumah orang tuanya di kampung ini. Biaya tol yang menyentuh angka ratusan ribu bukanlah halangan bagi Randi yang merupakan anak dari orang terpandang di kampung. Keluarganya memiliki hampir dari 80% kebun yang ada di sana.

Tapi ternyata Randi paham betul bahwa Rania ada di kampung Salak. Entah gadis itu terlalu bodoh atau sedang mabuk, pikirnya. Bisa-bisanya bersembunyi di dalam mobil yang sering Randi pinjam untuk keluar. 

Iya, Randi sangat kaya, tapi pinjam mobil Nilam atau Rania masih jadi hobinya. Padahal dirinya sendiri punya banyak mobil di basement nya.

Randi mengetahui bahwa akhir-akhir ini Rania sering ke kampung Salak. Walau hanya berakhir dia hanya memarkirkan mobil di jalan seperti itu lalu pulang tanpa turun sekali saja. Tapi Randi paham apa yang sedang pikiran Rania geluti saat ini. 

Kemarin malam dirinya mendapat telepon dari Papa Rania bahwa gadis itu mulai kembali berniat menyelidiki kasus ini lagi. Akhirnya dirinya hanya berlalu dari warung itu dan mengendarai sepeda motor ulungnya yang berisik meninggalkan tempat itu.

Sepertinya dirinya harus cuti kerja hari ini. Tiba-tiba firasatnya buruk jika harus meninggalkan Rania sendirian di kampung yang memberinya banyak kenangan pahit ini.

Tbc.

Bab terkait

  • A Long Way to Find A Love   BAB 6 | Adat dan Dibuat-buat

    “Pantaskah membicarakan orang mati yang mayatnya masih belum menyentuh liang lahat?”~6 Tahun Lalu. Di rumah duka keluarga RaniaApa yang biasa dilakukan orang saat melayat di rumah orang mati yang didalamnya masih ada mayat yang belum dikuburkan?Menyambangi keluarga yang ditinggal, memberi semangat, atau membaca ayat-ayat kitab suci, dan banyak hal baik yang lain.Tapi rupanya hal ini tak berlaku di kediaman Rania saat ini. Jenazah ayah, ibu, dan kedua adiknya sudah sampai di rumah sejak setengah jam yang lalu, tapi orang-orang yang datang malah sibuk berbicara. Atau lebih tepatnya bergosip.Hal ini disebabkan, keluarga yang ditinggal, yang mana merupakan Rania seo

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-20
  • A Long Way to Find A Love   BAB 7 | Lagu Lama

    “” ~ Dari kejauhan, Randi yang melihat bahwa akhirnya Rania masuk ke kampung itu mengeluarkan keringat dingin. Ini jauh dari prediksi awalnya yang memperkirakan Rania hanya kesana untuk melihat lalu pergi lagi. Dia tergesa-gesa menekan ponsel pintarnya mencari nomor Nilam. Setelah ketemu, ditekannya segera tombol panggil, “Halo, Nilam!” Sapa Randi tergopoh-gopoh sambil mengendarai sepeda motor menuju rumahnya. “Kenapa? Tumben pagi-pagi nelpon lo.” Sahut Nilam di seberang telepon. “Rania masuk!” “Ha gimana?” Nilam sedikit berteriak di restoran sarapan yang sedang ia antri hing

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-23
  • A Long Way to Find A Love   BAB 8 | Banyak yang Berubah

    Tok.. Tok.. Nilam mengetuk pintu rumah Rania. Gadis itu berlagak tidak tahu ada siapa di dalam rumah itu dengan celingak celinguk ketika masuk ke dalam. Saat sudah sampai di ruang tengah, dilihatnya Rania yang duduk berhadapan dengan paman dan bibinya. “Rania!” Ucap Nilam dengan nada terkejut. “Nilam, Randi. Kalian di sini? Ngapain?” Tanya Rania. Paman dan Bibinya memasang ekspresi jengah melihat ‘pasukan’ Rania yang baru datang ini. Randi dan Nilam sempat kelabakan untuk menjawab Rania. Tapi dapat segera mereka atasi, “Eh, rumah gue kan masih di sini.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-24
  • A Long Way to Find A Love   BAB 9 | Kenangan Indah yang Kini hanya Jadi Harapan Semu

    “Nambah 2000 nggak pake kecap, sambel 2 sendok, kuah sedikit lebih banyak, ekstra kentang goreng plus kubis ditambah telur rebus setengah aja” ~Rania dan Soto SMA Negeri Harapan Bangsa 6 tahun yang lalu. Sekitar pukul 8 pagi setelah upacara~ “Kantin yokk!! Belom sarapan nih!” Ajak Randi kepada Nilam dan Rania di depannya. “Boleh, yuk! Lagi pengen minum es coklat.” Sahut Rania

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-30
  • A Long Way to Find A Love   BAB 10 | Kenangan Terakhir

    “ Bahkan tidak ada yang menyangka bahwa kerumitan Rania hari ini adalah kenangan terakhir yang akan ia rasakan bersama orang-orang yang ia cintai.”~Flashback 6 tahun lalu. Sehari sebelum kecelakaan terjadi.Pagi hari, suasana terasa mendung di kampung Salak. Di kamar berukuran 3x4 meter bangun seorang gadis yang baru saja menginjak usia 18 tahun meregangkan tubuhnya di atas ranjang yang sangat berantakkan.Dia adalah Rania. Mulutnya mengerucut dan tenggorokannya ia paksa menelan. Terasa masih sangat sakit, ia memegangi tenggorokan yang baru kemasukan duri ikan itu.Kemarin, ia dan sang ayah bertengkar hebat. Kejadian itu membuat mood Rania langsung anjlok ketika mengingatnya. Mengingat ia da

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • A Long Way to Find A Love   BAB 11 | Perpisahan Tanpa Selamat Tinggal

    "Sampe kapanpun lo nggak bakal ngerti! NGGAK ADA YANG BIKIN LO MARAH SAMPE PENGEN PROTES KE SEMUA ORANG! Nggak ada!"~Randi6 Tahun yang lalu. Hari kecelakaan.Saat sampai di depan kelas, dia melihat pemandangan yang sudah terasa hawa-hawa pertengkarannya. Dia melihat Nilam yang sudah menekuk wajah dan Randi yang pindah dari bangkunya ke bangku pojok belakang.Rania langsung paham, pasti mereka sedang berselisih lagi hari ini. Dihelanya nafas berat,“Kali in

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-11
  • A Long Way to Find A Love   BAB 12 | Kecelakaan Maut

    “Jika terjadi sesuatu pada orang tuanya, ia masih belum sempat berpamitan kepada mereka. Bahkan terakhir bertemu mereka, ia hanya membuat dosa, dan dosanya masih terasa sampai sekarang, dalam bentuk tenggorokan sakit karena tersedak tulang ikan akibat bertengkar dengan sang ayah.” ~ Rania, Randi, dan Nilam terlihat berlarian di koridor sekolah mereka, terlihat tergesa-gesa dan hampir menubruk semua hal yang menghalangi jalan mereka. “Udah dapet?” Tanya Nilam. Wajah Rania memucat, ia sangat khawatir saat ini, tenggorokannya masih sakit, sehingga tidak bisa mengutarakan kekhawatirannya. Randi menoleh ke arah Rania, tidak kalah khawatirnya. Setelah membaca pesan dari ibu Nilam yang mengatakan bahwa oran

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-20
  • A Long Way to Find A Love   BAB 13 | Buntut Per-Emosi-an

    “Akan ada masanya, emosi yang tepat arah sekalipun, harus dipikirkan ulang sebelum dilampiaskan.” ~Anonim Rania, Randi, dan Nilam hanya termenung setelah melihat gelengan kepala paman Rania. Nilam menajamkan matanya melihat Paman Rania memeluk keponakannya. Randi masih tidak percaya tentang apa yang baru saja ia lihat. Matanya masih kesulitan bahkan untuk berkedip. Mereka bertiga masih belum menangis, desah nafas pun masih terasa berat karena mereka baru saja berlari-lari. Rania mulai berontak dan tidak percaya dengan apa yang terjadi, ia berlari menuju ke dalam ruang operasi darurat, melepaskan pelukan sang paman. Randi dan Nilam mengikuti Rania, bedanya, mereka melangkah pelan, seperti ketakutan, berharap apa yang ada di pikiran mereka tidak benar-benar terjadi. Diteguknya air liur pelan, Nila

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-24

Bab terbaru

  • A Long Way to Find A Love    BAB 14 | Wanita sebagai ibu

    “Ada berbagai macam peran wanita sebagai ibu di dunia ini. Ada mereka yang menjadi ibu untuk melahirkan. Ada mereka yang menjadi ibu untuk mengasuh anak/tak bisa melahirkan. Ada wanita yang menjadi ibu dengan melakukan keduanya.Mereka semua ‘ibu’ dengan perannya masing-masing. Tanpa berat sebelah. Semuanya rata-Sama.”~PutkerrSuasana lorong rumah sakit terasa begitu suram walau ada banyak orang di sana. Pak Yanto Mahendra, Paman Rania beserta sang istri di sampingnya yang masih tidak percaya apa yang sedang terjadi hanya diam menatap lurus ke arah pintu UGD.Polisi lalu lintas dan guru disiplin SMA Negeri Harapan Bangsa hanya duduk terdiam di kursi tunggu dengan wajah lesu. Penurunan emosi yang sesaat serta secara tiba-tiba m

  • A Long Way to Find A Love   BAB 13 | Buntut Per-Emosi-an

    “Akan ada masanya, emosi yang tepat arah sekalipun, harus dipikirkan ulang sebelum dilampiaskan.” ~Anonim Rania, Randi, dan Nilam hanya termenung setelah melihat gelengan kepala paman Rania. Nilam menajamkan matanya melihat Paman Rania memeluk keponakannya. Randi masih tidak percaya tentang apa yang baru saja ia lihat. Matanya masih kesulitan bahkan untuk berkedip. Mereka bertiga masih belum menangis, desah nafas pun masih terasa berat karena mereka baru saja berlari-lari. Rania mulai berontak dan tidak percaya dengan apa yang terjadi, ia berlari menuju ke dalam ruang operasi darurat, melepaskan pelukan sang paman. Randi dan Nilam mengikuti Rania, bedanya, mereka melangkah pelan, seperti ketakutan, berharap apa yang ada di pikiran mereka tidak benar-benar terjadi. Diteguknya air liur pelan, Nila

  • A Long Way to Find A Love   BAB 12 | Kecelakaan Maut

    “Jika terjadi sesuatu pada orang tuanya, ia masih belum sempat berpamitan kepada mereka. Bahkan terakhir bertemu mereka, ia hanya membuat dosa, dan dosanya masih terasa sampai sekarang, dalam bentuk tenggorokan sakit karena tersedak tulang ikan akibat bertengkar dengan sang ayah.” ~ Rania, Randi, dan Nilam terlihat berlarian di koridor sekolah mereka, terlihat tergesa-gesa dan hampir menubruk semua hal yang menghalangi jalan mereka. “Udah dapet?” Tanya Nilam. Wajah Rania memucat, ia sangat khawatir saat ini, tenggorokannya masih sakit, sehingga tidak bisa mengutarakan kekhawatirannya. Randi menoleh ke arah Rania, tidak kalah khawatirnya. Setelah membaca pesan dari ibu Nilam yang mengatakan bahwa oran

  • A Long Way to Find A Love   BAB 11 | Perpisahan Tanpa Selamat Tinggal

    "Sampe kapanpun lo nggak bakal ngerti! NGGAK ADA YANG BIKIN LO MARAH SAMPE PENGEN PROTES KE SEMUA ORANG! Nggak ada!"~Randi6 Tahun yang lalu. Hari kecelakaan.Saat sampai di depan kelas, dia melihat pemandangan yang sudah terasa hawa-hawa pertengkarannya. Dia melihat Nilam yang sudah menekuk wajah dan Randi yang pindah dari bangkunya ke bangku pojok belakang.Rania langsung paham, pasti mereka sedang berselisih lagi hari ini. Dihelanya nafas berat,“Kali in

  • A Long Way to Find A Love   BAB 10 | Kenangan Terakhir

    “ Bahkan tidak ada yang menyangka bahwa kerumitan Rania hari ini adalah kenangan terakhir yang akan ia rasakan bersama orang-orang yang ia cintai.”~Flashback 6 tahun lalu. Sehari sebelum kecelakaan terjadi.Pagi hari, suasana terasa mendung di kampung Salak. Di kamar berukuran 3x4 meter bangun seorang gadis yang baru saja menginjak usia 18 tahun meregangkan tubuhnya di atas ranjang yang sangat berantakkan.Dia adalah Rania. Mulutnya mengerucut dan tenggorokannya ia paksa menelan. Terasa masih sangat sakit, ia memegangi tenggorokan yang baru kemasukan duri ikan itu.Kemarin, ia dan sang ayah bertengkar hebat. Kejadian itu membuat mood Rania langsung anjlok ketika mengingatnya. Mengingat ia da

  • A Long Way to Find A Love   BAB 9 | Kenangan Indah yang Kini hanya Jadi Harapan Semu

    “Nambah 2000 nggak pake kecap, sambel 2 sendok, kuah sedikit lebih banyak, ekstra kentang goreng plus kubis ditambah telur rebus setengah aja” ~Rania dan Soto SMA Negeri Harapan Bangsa 6 tahun yang lalu. Sekitar pukul 8 pagi setelah upacara~ “Kantin yokk!! Belom sarapan nih!” Ajak Randi kepada Nilam dan Rania di depannya. “Boleh, yuk! Lagi pengen minum es coklat.” Sahut Rania

  • A Long Way to Find A Love   BAB 8 | Banyak yang Berubah

    Tok.. Tok.. Nilam mengetuk pintu rumah Rania. Gadis itu berlagak tidak tahu ada siapa di dalam rumah itu dengan celingak celinguk ketika masuk ke dalam. Saat sudah sampai di ruang tengah, dilihatnya Rania yang duduk berhadapan dengan paman dan bibinya. “Rania!” Ucap Nilam dengan nada terkejut. “Nilam, Randi. Kalian di sini? Ngapain?” Tanya Rania. Paman dan Bibinya memasang ekspresi jengah melihat ‘pasukan’ Rania yang baru datang ini. Randi dan Nilam sempat kelabakan untuk menjawab Rania. Tapi dapat segera mereka atasi, “Eh, rumah gue kan masih di sini.

  • A Long Way to Find A Love   BAB 7 | Lagu Lama

    “” ~ Dari kejauhan, Randi yang melihat bahwa akhirnya Rania masuk ke kampung itu mengeluarkan keringat dingin. Ini jauh dari prediksi awalnya yang memperkirakan Rania hanya kesana untuk melihat lalu pergi lagi. Dia tergesa-gesa menekan ponsel pintarnya mencari nomor Nilam. Setelah ketemu, ditekannya segera tombol panggil, “Halo, Nilam!” Sapa Randi tergopoh-gopoh sambil mengendarai sepeda motor menuju rumahnya. “Kenapa? Tumben pagi-pagi nelpon lo.” Sahut Nilam di seberang telepon. “Rania masuk!” “Ha gimana?” Nilam sedikit berteriak di restoran sarapan yang sedang ia antri hing

  • A Long Way to Find A Love   BAB 6 | Adat dan Dibuat-buat

    “Pantaskah membicarakan orang mati yang mayatnya masih belum menyentuh liang lahat?”~6 Tahun Lalu. Di rumah duka keluarga RaniaApa yang biasa dilakukan orang saat melayat di rumah orang mati yang didalamnya masih ada mayat yang belum dikuburkan?Menyambangi keluarga yang ditinggal, memberi semangat, atau membaca ayat-ayat kitab suci, dan banyak hal baik yang lain.Tapi rupanya hal ini tak berlaku di kediaman Rania saat ini. Jenazah ayah, ibu, dan kedua adiknya sudah sampai di rumah sejak setengah jam yang lalu, tapi orang-orang yang datang malah sibuk berbicara. Atau lebih tepatnya bergosip.Hal ini disebabkan, keluarga yang ditinggal, yang mana merupakan Rania seo

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status