Share

5. Arrive in Korea

Penulis: Alfa Daisy
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-01 19:49:51

          Pasca berjam-jam berada di dalam pesawat, Rona akhirnya tiba di Korea. Bandara dengan desain modern yang artistik seolah berkata selamat datang kepadanya. Ia sangat takjub dibuatnya, masih terasa sedang bermimpi indah dari tidur lamanya di pesawat. Rona berjalan menuju tempat imigrasi sambil membawa tiga berkas kecil yang akan diperiksa. Berkas itu adalah paspor, arrival card (informasi identitas dan alamat penginapan yang akan ia tempati saat di Korea), dan traveler declaration form (pernyataan bahwa ia tidak membawa barang-barang yang dilarang saat memasuki Korea).

            Usai Rona menyerahkan berkasnya, ia berjalan menuju baggage claim, tempat setiap penumpang pesawat mengambil koper atau tas mereka yang diletakkan dalam bagasi pesawat. Koper besar punyanya itu ternyata tidak berbeda jauh dari milik penumpang lainnya. Mereka membawa koper dengan ukuran yang bahkan lebih besar daripada milik Rona. Tidak sedikit juga ia melihat beberapa penumpang membawa dua koper dengan ukuran yang lebih kecil. Rona merasa banyak juga orang yang mempunyai pemikiran seperti dirinya.

            Bersama koper di tangan kiri dan ransel di punggungnya, Rona menuruni eskalator dan menuju pintu keluar. Pintu itu menghubungkan antara bagian penumpang pesawat yang belum ataupun sudah resmi dapat memasuki Negara Korea. Saat seseorang keluar dari pintu itu, secara langsung berarti ia telah masuk dan bisa dengan bebas mengelilingi negara tersebut hingga waktu habisnya visa yang ia miliki. Semua usaha Rona selama ini seperti terbayar, ia akhirnya bisa menginjakkan kakinya di Korea.

            Langkah ringan Rona mengajaknya pergi ke CU atau salah satu minimarket disana. Ia harus membeli t-money atau kartu transportasi umum di Korea. Kartu itu wajib dimiliki setiap orang yang berada disana. Hal ini dikarenakan semua sistem transportasi di sana telah menggunakan uang elektronik agar memudahkan dalam melakukan transaksi. Sebenarnya tidak hanya sarana transportasi, untuk pembelian makanan, baju dan lain sebagainya juga. Korea telah mengubah sistem pembayaran cash menjadi elektronik. Selain menunjang kemudahan dan kenyamanan, sistem pembayaran itu dapat dengan mudah mengetahui jejak semua transaksi yang pernah dilakukan, hal itu mempermudah pemerintah dalam mengambil pajak pembelian dan penjualan yang terjadi. T-money yang ia beli belum terisi uang di dalamnya, oleh sebab itu, Rona mengisinya dengan sepuluh ribu won menggunakan salah satu alat yang dikhususkan untuk pengisian kartu tersebut.

            Selepas mengisi kartu transportasinya, Rona pergi menuju loket pembelian sim card. Untuk seseorang yang berencana tinggal di Korea dalam waktu lebih dari satu bulan, alih-alih memakai rental wifi, memilih sim card adalah pilihan yang tepat. Hal tersebut telah Rona pelajari sebelumnya. Kemudian ia mencari tempat duduk kosong di salah satu taman kecil yang terletak dekat dengan pusat informasi. Lantas ia menghubungi Hee Young unni dan bilang kalau dirinya sudah berada di bandara Incheon. Lama Rona menunggu, tetapi tidak ada jawaban unni. Sebenarnya, sesaat sebelum take off kemarin, ia telah memberi kabar kepada unni bahwa pesawatnya akan berangkat. Tetapi hingga kini, pesannya tersebut belum dibaca oleh unni.

            Rona mulai khawatir. Hee Young unni bukanlah tipe orang yang tidak membalas pesan lebih dari sepuluh jam. Meskipun sedang sibuk, dia pasti membalas pesan Rona, meskipun itu hanya menanyakan tentang kabarnya. Rona bingung harus bagaimana. Tiba-tiba ayah menghubungi dan menanyakan kabarnya. Rona menjawab kalau dirinya baik-baik saja dan sekarang sudah bersama Hee Young unni, beliau kemudian menyuruhnya untuk berhati-hati. Usai mengakhiri telepon dengan ayahnya, Rona sadar bahwa ia telah berbohong. Hal itu ia lakukan karena takut beliau akan merasa khawatir, dan bisa-bisa ayahnya langsung menyuruh Rona untuk pulang dengan pesawat selanjutnya. Suatu hal yang sangat tidak diinginkan olehnya.

            Rona mencoba untuk berpikiran dingin, mungkin Hee Young unni sedang mengikuti ujian sehingga tidak bisa membalas pesan darinya. Setelah hatinya lebih tenang, Rona coba mencari alamat tempat tinggal unni yang berada di Seoul. Berdasar dengan aplikasi sistem transportasi di Korea, ia memutuskan untuk pergi ke rumah unni dengan menaiki kereta bandara. Kereta yang berada di bagian bawah bandara itu memiliki pemberhentian terakhir Seoul station atau Hongik University Station. Rona menggandeng kopernya dan berjalan memasuki kereta tersebut. Hal ini juga merupakan salah satu alasan dirinya hanya membawa satu koper besar, karena meskipun menaiki kendaraan umum, ia tidak akan terlalu kerepotan saat membawanya.

            Dari Seoul station, kemudian Rona transfer ke kereta dalam kota, dan menuju pemberhentian kereta terdekat dari alamat Hee Young unni. Setelah kereta berhenti di tujuannya, ia harus berjalan kaki menaiki anak tangga untuk keluar dari stasiun kereta tersebut. Banyak arah yang ditunjukkan di stasiun kereta bawah tanah tersebut, apabila salah memilih, biasanya jalur perjalanannya akan jadi lebih jauh. Oleh karena itu, Rona dengan sangat teliti mengikuti petunjuk yang diberikan oleh aplikasi yang telah ia pasang sebelumnya. Perlu waktu yang sedikit lama karena ketelitian yang dilakukan olehnya. Sampai akhirnya ia bisa keluar dari stasiun kereta bawah tanah tersebut.

            Udara dingin berhembus kuat ke arah Rona. Musim dingin yang masih terjadi saat itu menyambut kedatangannya di Seoul. Ia merapatkan jaket karena udara dingin yang dirasakannya itu seperti pada saat dirinya memasukkan seluruh tubuh ke dalam freezer rumahnya. Suhu udara ketika itu menunjukkan angka -4°celcius. Rona merasa kedinginan, tetapi ia menyadari hal tersebut lumrah terjadi. Meskipun sudah memakai jaket tebal berlapis-lapis, badannya masih terasa dingin. Pancaran sinar matahari yang sampai di kota itu terasa hanya formalitas belaka. Tidak terasa panas dari sinar tersebut, hanya cahayanya saja yang sampai kepada setiap pejalan kaki di sana.

            Rona berjalan dan terus berjalan. Sesekali ia memasuki minimarket untuk sebentar menghangatkan badan ataupun membeli makanan ringan, mengingat perutnya belum terisi makanan sejak turun dari pesawat. Jalanan di Seoul berbeda dengan yang terdapat di sekitar rumahnya. Banyak sekali tanjakan, selain itu juga harus melalui banyak tangga. Tidak banyak penduduk Seoul yang berjalan kaki di sekitar sana, mungkin dikarenakan suhu sekitar yang membuat mereka lebih memilih mengendarai kendaraan pribadi atau hanya berdiam diri di ruangan yang memiliki penghangat.

            Aplikasi dari smartphone Rona menunjukkan kalau dirinya telah sampai di alamat yang dituliskannya. Akhirnya ia telah sampai di tempat tinggal Hee Young unni. Tempat itu terlihat seperti apartemen kecil yang ada di Korea pada umumnya. Ukurannya rata-rata, tidak besar, tetapi juga tidak bisa disebut kecil. Dari luar terlihat bagunan tersebut memiliki lima lantai. Terdapat pintu utama di bagian depan dengan kunci pengaman yang hanya dapat dibuka oleh para penyewa di apartemen tersebut. Rona yang tidak mengetahui password dari pintu tersebut hanya bisa duduk di tempat duduk yang terdapat di sebelah pintu. Sebenarnya bukan tempat duduk, melainkan susunan batu bata yang dipakai untuk memisahkan kebun kecil di depan apartemen dengan pintu masuk. Rona menunggu Hee Young unni dengan bertarung melawan udara di sekitarnya.

            Matahari mulai terbenam, unni belum terlihat melewati pintu tersebut. Rona masih belum bisa menghubungi nomor teleponnya. Ketika ada seseorang yang akan masuk ke dalam apartemen, Rona mencoba bertanya kepada mereka. Tetapi semua orang yang ia temui berkata kalau mereka tidak pernah kenal ataupun bertemu dengan Hee Young unni. Rona mulai merasa khawatir, tetapi ia berusaha berpikiran positif. Ia berencana akan terus menunggu unni disana hingga malam hari, ketika waktu unni biasa pulang dari kampusnya.

            Malam pun tiba. Rona masih menunggu di depan apartemen dengan setia. Hingga waktu menunjukkan pukul sebelas malam, Hee Young unni tidak terlihat berada di sekitar sana. Karena berjam-jam telah berada diluar ruangan, Rona tidak bisa berpikiran jernih, ia kalut. Dirinya mulai berpikir kalau unni telah menipu dan meninggalkan dirinya sendirian berada di negara asing dalam keadaan suhu yang sangat dingin ketika itu. Menggunakan sedikit akal sehatnya yang masih tersisa, Rona mencari hotel atau airbnb yang buka pada jam tersebut. Usai mendapatkan alamatnya, ia mulai berjalan menuju hotel terdekat yang dapat ia temukan.

            Rona mengambil jalan pintas, jalan tercepat yang bisa ia lalui agar dapat lebih cepat sampai di hotel yang ditujunya. Angin malam ketika itu berhembus lebih kencang dibandingkan ketika siang hari. Rona tetap berjalan dengan sisa tenaga yang dimilikinya setelah lama ia pakai untuk bertahan di udara dingin. Jalanan sempit Seoul itu terasa lebih lengang, mungkin selain udara dingin, hal itu dikarenakan waktu yang telah menunjukkan hampir tengah malam. Tiba-tiba butiran es turun dari langit. Rona mendongakkan kepalanya, ia tersenyum pahit melihat salju yang mulai berjatuhan. Ia tidak menyangka, hujan salju pertama yang ia lihat adalah ketika dirinya sedang dalam keadaan mengenaskan. Berbeda dengan serial di televisi Korea yang sebelumnya ia tonton, turun salju pertama yang dilalui para karakternya menjadikan suasana lebih romantis. Adegan selanjutnya biasanya terdapat sepasang kekasih atau teman yang bertemu kembali setelah sekian lama terpisah. Agak umum memang, tetapi entah kenapa tetap bisa membuat penontonnya (khususnya Rona), terhanyut di dalamnya.

            Sedangkan dalam posisi Rona saat ini, keadaannya bertolak belakang. Ia yang telah berjam-jam berjibaku dengan udara musim dingin karena menunggu unni menjadi kedinginan tidak karuan. Ia tidak bisa lagi menghitung berapa kali dirinya menggigil dan mendekap badannya sendiri. Perut kosong yang hanya terisi dengan sedikit makanan ringan siang tadi sudah kehilangan bahan bakarnya. Badan Rona ketika itu sudah memakai semua sumber energy yang bisa diolah. Sekarang hanya tinggal tetes-tetes sisa energy yang dimilikinya. Suhu dingin di sekitar Rona yang telah membuatnya hampir mati rasa itu kini ditambah dengan turunnya salju, yang membuat udara menjadi semakin dingin. Rona tidak habis pikir dengan hari pertama yang dilaluinya di Korea saat itu. Ia tidak bisa membayangkan hal yang lebih buruk lagi terjadi kepadanya.

            Salju turun semakin lebat, Rona tetap berjalan menuju hotel tujuannya. Ketika melewati sebuah minimarket, tiba-tiba Rona tidak bisa merasakan kedua kakinya. Ditambah beberapa bagian tubuhnya mulai kaku, ia mulai sulit bernafas. Tidak membutuh waktu lama, seluruh tubuh Rona serasa membeku, lalu ia terjatuh di atas tumpukan salju. Rona masih bisa melihat sekitarnya, tetapi ia tidak bisa bergerak. Ia melihat seorang laki-laki menghampirinya, dirinya coba meminta tolong. Lelaki yang mendekat itu ternyata membuka koper Rona dan menggeledahnya, ia mencari barang-barang yang dapat dijual. Rona yang melihat pencuri di depan matanya tidak bisa melakukan apa-apa, bahkan ia semakin sulit bernafas. Ia mulai kehilangan kesadarannya, dan hal terakhir yang dia lihat adalah seorang pemuda memukul pencuri yang mengambil barang dari kopernya itu. Lalu Rona pingsan.

Bab terkait

  • A Little Happiness in Korea   6. Malam yang Ramai, tetapi Sepi

    Seorang pemuda melihat pengumuman penerimaan angkatan kepolisian yang baru diunggah. Ia melihat setiap nama yang tertulis, dari awal hingga akhir, tanpa berkedip, sangat serius. Tetapi nama yang dirinya harapkan tertulis di antara banyak nama itu, tidak terbaca. Ia masih tidak percaya hingga membacanya lagi, dan lagi. Tiga kali ia membaca seluruh nama yang ada, tetap tidak ada. Lalu ia menyerah dan menerima kenyataan yang terjadi. Sudah tiga tahun ia menempuh tes itu, tetapi tidak pernah mendapatkan hasil yang positif. Telah banyak usaha yang ia lakukan untuk mengikutinya, meski tanpa orang tua dan sanak saudara. Ia selalu berusaha menafkahi dirinya di salah satu kota terpadat di dunia itu, Seoul. Go DoHyun,pemuda berumur 23 tahun itu sejak kecil sudah tinggal di panti asuhan. Ia tidak ingat kapan pertama kali datang kesana, tetapi p

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-03
  • A Little Happiness in Korea   7. Pertolongan Pertama

    Di dalamemergency room(ER) atau unit gawat darurat (UGD) salah satu rumah sakit terdekat dari minimarket tempat Do Hyun bekerja, terdengar riuh ramai orang-orang saling berbicara. Malam yang dingin itu telah membuat beberapa kekacauan di Seoul. Terdapat sebuah kecelakaan bus yang tergelincir dikarenakan salju yang tiba-tiba turun sebelumnya. Hal itu membuat seluruh petugas UGD berhamburan menolong para korban yang berdatangan. Tidak kurang dari sepuluh orang mengalami luka ringan maupun berat. Dengan sigap para dokter memeriksa dan memberikan tindakan kepada setiap luka yang dialami setiap korban. Mulai dari luka yang paling membahayakan nyawa hingga yang paling ringan. Para perawat dengan cekatan mengikuti setiap instruksi yang diberikan oleh dokter. Para staf administrasi segera menghubungi setiap wali dari para korban dan te

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-04
  • A Little Happiness in Korea   8. Sebuah Kamar Kecil untuk Tempat Tinggal

    Siang itu Rona berjalan mencari informasi tentang pemilik goshiwon yang berada tepat di depan apartemen Hee Young unni. Lumayan sulit bagi seorang turis seperti Rona memahami tata cara peminjaman tempat tinggal di Korea. Kebanyakan turis datang hanya untuk bersenang-senang dan tinggal di hotel maupun airbnb yang memang disediakan untuk menginap dalam jangka waktu sebentar, beberapa hari saja. Sedangkangoshiwonbiasanya disediakan untuk tempat menginap minimal selama satu bulan. Karenanya terdapat uang deposit atau jaminan yang harus dibayar selain biaya sewa dan biaya kebersihan. Tetapi uang jaminan tersebut akan dikembalikan ketika seorang penyewa keluar darigoshiwondan tidak ditemukan peralatan yang rusak maupun hilang.&n

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-04
  • A Little Happiness in Korea   9. Para Penghuni Kamar

    Informasi penghuni goshiwondi lantai dua, tempat Rona tinggal. Go Do Hyun, seorang pemuda yang tinggal di kamar 201. Pemuda dengan tinggi 180 cm itu tidak memiliki teman selain orang-orang yang hanya sekadar ia kenal. Seperti kenalan kerja paruh waktunya di minimarket, bos serta pemilik tempat yang ia sewa sekarang yaitu Pak Shin Won Ho, dan seorang gadis dari Indonesia yang kemarin ditolongnya yaitu Rona. Kenalan yang lainnya seperti Cha Ki Joon dan Oh Ri On, yaitu teman satu lantainya, yang hanya beberapa kali bertemu tanpa adanya tegur sapa. Keseharian Do Hyun selalu berulang, dan tidak pernah berubah selama tiga tahun terakhir ini. Yaitu bekerja paruh waktu, makan dan belajar. Selainnya mungkin hanya kegiatan biasa seperti mandi, gosok gigi dan tidur. Ia jarang main keluar

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-04
  • A Little Happiness in Korea   10. Meninggalnya Pemilik Goshiwon

    Rona sedang berada diemergency room. Tempat yang tidak pernah ia bayangkan akan dikunjunginya hingga dua kali saat berada di Korea. Tetapi untungnya, untuk yang kali kedua ini, bukan ia yang menjadi seorang pasien. Sekarang posisinya dia adalah seorang “wali” pasien. Karena kali pertama Rona berada diemergency roomketika dini hari dan sedang sepi, ia coba mengamati keadaan ruangan tersebut di malam hari seperti sekarang. Saat melihat sekitar, semua orang dengan sibuk mengerjakan tugas mereka masing-masing. “Sungguh tidak ku sangka, sebelumnya aku hanya bisa melihat lewat layarsmartphone

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-05
  • A Little Happiness in Korea   1. Money, Family and Myself at School

    Uang bukanlah segalanya, tetapi segalanya butuh uang. Kalimat ini benar adanya bagiku. Aku mulai menyadarinya ketika menginjak awal duduk di bangku SMA. Pada saat itu, keluargaku tiba-tiba mengalami kebangkrutan, dikarenakan kumpulan penyilap mengambil seluruh bahkan membuat bisnis travelagen ayahku berhutang banyak kepada bank swasta. Akhirnya kami berusaha keras untuk bertahan hidup seadanya. Ketika itu sulit bagi kami merasa bahagia. Padahal sebelumnya, meskipun memiliki uang pas-pasan, kami masih bisa merasa cukup dan senang olehnya. Karena itu, aku berpikir kalau uang memang bukan segalanya, tapi segalanya yang ada di dunia ini memerlukan uang. Keadaan sulit tersebut membuatku berusaha sekuat tenaga agar tidak meminta sedikit uang pun dari kedua orang tuaku. Sedikit demi sedikit ayah dan ibu bisa melunasi dan membuat ekonomi keluargaku lebih stabil

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-01
  • A Little Happiness in Korea   2. Mimpi dan Pertemuan Pertama Kami

    Aku merupakan salah satu pecandu drama Korea. Dimulai ketika aku memiliki smartphone sendiri, saat awal SMP. Ketika itu teman yang duduk disebelahku menonton serial televisi Korea Selatan yang berjudul “Reply1988”. Awalnya aku tidak tertarik, tetapi temanku itu bertingkah aneh ketika menontonnya. Kadang-kadang ia tertawa sendiri, marah-marah sendiri atau bahkan juga pernah menangis tersedu-sedu saat melihatnya. Dari sanalah aku tertarik, bagaimana bisa hanya dengan menonton sebuah drama, seseorang bisa sangat terhanyut bersamanya. Temanku menjelaskan alur dari drama yang ia tonton itu. Lalu aku mulai ikut melihatnya, dan “Reply1988” adalah drama yang kutonton untuk pertama kali. Serial itu menceritakan tentang lima orang sahabat yang tinggal di sebuah kompleks perumahan kota jaman dulu, tahun delapan puluhan, dan telah berada di sa

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-01
  • A Little Happiness in Korea   3. Daya Upaya

    Persiapan kedua setelah adanya suatu niat yang kuat adalah dana. Karena semua hal di dunia ini membutuhkan uang, dan uang tidak akan datang dengan sendirinya. Aku kemudian membuat rancangan perkiraan kebutuhan yang diperlukan untuk satu orang pergi, tinggal hingga pulang kembali ke Indonesia. Diawali dari visa. Ada berbagai macam jenisnya. Kita runut satu-satu. Visa pelajar D-2. Diperuntukkan bagi orang yang ingin melanjutkan sekolah di jenjang Diploma, S-1, S-2, S-3 ataupun penelitian ilmiah. Okei, visa jenis ini bukanlah untukku. Kemudian ada visa menetap suami-istri. Tidak perlu dibahas. Aku belum ingin membangun rumah tangga di saat masih bisa menikmati hidup bebas tanpa hambatan seperti sekarang. Selanjutnya ada visa pelatihan bahasa Korea. Sepertinya ada harapan aku belajar di sana, tetapi ak

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-01

Bab terbaru

  • A Little Happiness in Korea   10. Meninggalnya Pemilik Goshiwon

    Rona sedang berada diemergency room. Tempat yang tidak pernah ia bayangkan akan dikunjunginya hingga dua kali saat berada di Korea. Tetapi untungnya, untuk yang kali kedua ini, bukan ia yang menjadi seorang pasien. Sekarang posisinya dia adalah seorang “wali” pasien. Karena kali pertama Rona berada diemergency roomketika dini hari dan sedang sepi, ia coba mengamati keadaan ruangan tersebut di malam hari seperti sekarang. Saat melihat sekitar, semua orang dengan sibuk mengerjakan tugas mereka masing-masing. “Sungguh tidak ku sangka, sebelumnya aku hanya bisa melihat lewat layarsmartphone

  • A Little Happiness in Korea   9. Para Penghuni Kamar

    Informasi penghuni goshiwondi lantai dua, tempat Rona tinggal. Go Do Hyun, seorang pemuda yang tinggal di kamar 201. Pemuda dengan tinggi 180 cm itu tidak memiliki teman selain orang-orang yang hanya sekadar ia kenal. Seperti kenalan kerja paruh waktunya di minimarket, bos serta pemilik tempat yang ia sewa sekarang yaitu Pak Shin Won Ho, dan seorang gadis dari Indonesia yang kemarin ditolongnya yaitu Rona. Kenalan yang lainnya seperti Cha Ki Joon dan Oh Ri On, yaitu teman satu lantainya, yang hanya beberapa kali bertemu tanpa adanya tegur sapa. Keseharian Do Hyun selalu berulang, dan tidak pernah berubah selama tiga tahun terakhir ini. Yaitu bekerja paruh waktu, makan dan belajar. Selainnya mungkin hanya kegiatan biasa seperti mandi, gosok gigi dan tidur. Ia jarang main keluar

  • A Little Happiness in Korea   8. Sebuah Kamar Kecil untuk Tempat Tinggal

    Siang itu Rona berjalan mencari informasi tentang pemilik goshiwon yang berada tepat di depan apartemen Hee Young unni. Lumayan sulit bagi seorang turis seperti Rona memahami tata cara peminjaman tempat tinggal di Korea. Kebanyakan turis datang hanya untuk bersenang-senang dan tinggal di hotel maupun airbnb yang memang disediakan untuk menginap dalam jangka waktu sebentar, beberapa hari saja. Sedangkangoshiwonbiasanya disediakan untuk tempat menginap minimal selama satu bulan. Karenanya terdapat uang deposit atau jaminan yang harus dibayar selain biaya sewa dan biaya kebersihan. Tetapi uang jaminan tersebut akan dikembalikan ketika seorang penyewa keluar darigoshiwondan tidak ditemukan peralatan yang rusak maupun hilang.&n

  • A Little Happiness in Korea   7. Pertolongan Pertama

    Di dalamemergency room(ER) atau unit gawat darurat (UGD) salah satu rumah sakit terdekat dari minimarket tempat Do Hyun bekerja, terdengar riuh ramai orang-orang saling berbicara. Malam yang dingin itu telah membuat beberapa kekacauan di Seoul. Terdapat sebuah kecelakaan bus yang tergelincir dikarenakan salju yang tiba-tiba turun sebelumnya. Hal itu membuat seluruh petugas UGD berhamburan menolong para korban yang berdatangan. Tidak kurang dari sepuluh orang mengalami luka ringan maupun berat. Dengan sigap para dokter memeriksa dan memberikan tindakan kepada setiap luka yang dialami setiap korban. Mulai dari luka yang paling membahayakan nyawa hingga yang paling ringan. Para perawat dengan cekatan mengikuti setiap instruksi yang diberikan oleh dokter. Para staf administrasi segera menghubungi setiap wali dari para korban dan te

  • A Little Happiness in Korea   6. Malam yang Ramai, tetapi Sepi

    Seorang pemuda melihat pengumuman penerimaan angkatan kepolisian yang baru diunggah. Ia melihat setiap nama yang tertulis, dari awal hingga akhir, tanpa berkedip, sangat serius. Tetapi nama yang dirinya harapkan tertulis di antara banyak nama itu, tidak terbaca. Ia masih tidak percaya hingga membacanya lagi, dan lagi. Tiga kali ia membaca seluruh nama yang ada, tetap tidak ada. Lalu ia menyerah dan menerima kenyataan yang terjadi. Sudah tiga tahun ia menempuh tes itu, tetapi tidak pernah mendapatkan hasil yang positif. Telah banyak usaha yang ia lakukan untuk mengikutinya, meski tanpa orang tua dan sanak saudara. Ia selalu berusaha menafkahi dirinya di salah satu kota terpadat di dunia itu, Seoul. Go DoHyun,pemuda berumur 23 tahun itu sejak kecil sudah tinggal di panti asuhan. Ia tidak ingat kapan pertama kali datang kesana, tetapi p

  • A Little Happiness in Korea   5. Arrive in Korea

    Pasca berjam-jam berada di dalam pesawat, Rona akhirnya tiba di Korea. Bandara dengan desain modern yang artistik seolah berkata selamat datang kepadanya. Ia sangat takjub dibuatnya, masih terasa sedang bermimpi indah dari tidur lamanya di pesawat. Rona berjalan menuju tempat imigrasi sambil membawa tiga berkas kecil yang akan diperiksa. Berkas itu adalah paspor, arrival card (informasi identitas dan alamat penginapan yang akan ia tempati saat di Korea), dan traveler declaration form(pernyataan bahwa ia tidak membawa barang-barang yang dilarang saat memasuki Korea). Usai Rona menyerahkan berkasnya, ia berjalan menuju baggage claim, tempat setiap penumpang pesawat mengambil koper atau tas mereka yang diletakkan dalam bagasi pesawat. Koper besar punyanya itu ternyata tidak berbeda jauh dari milik penumpang lainnya. Mereka membawa koper dengan uku

  • A Little Happiness in Korea   4. Persetujuan Keberangkatan

    Hari kelulusan Rona dari SMA merupakan tahap akhir dari masa studinya di sana. Hari itu juga berarti menjadi pertanda dapat dimulainya hal baru esok paginya. Suatu hal yang dapat menentukan masa depan Rona kelak. Kebanyakan murid lulusan SMA akan mendaftarkan diri mereka ke salah satu universitas negeri, atau bahkan universitas swasta yang dapat mereka jangkau. Tujuannya adalah untuk mengisi gelar nama mereka menjadi seorang mahasiswa, bukan malah turun pangkat menjadi pengangguran untuk satu tahun kedepan. Karenanya tidak sedikit mahasiswa yang masuk suatu jurusan bukan karena mereka menginginkannya, tetapi karena hanya jurusan itu yang mau menerima mereka. Itu juga merupakan sebab banyak mahasiswa yang pindah ke jurusan lain di tahun kedua ataupun tahun ketiga mereka menempuh pendidikan di sebuah universitas. Rona mengetahui hal tersebut, ia s

  • A Little Happiness in Korea   3. Daya Upaya

    Persiapan kedua setelah adanya suatu niat yang kuat adalah dana. Karena semua hal di dunia ini membutuhkan uang, dan uang tidak akan datang dengan sendirinya. Aku kemudian membuat rancangan perkiraan kebutuhan yang diperlukan untuk satu orang pergi, tinggal hingga pulang kembali ke Indonesia. Diawali dari visa. Ada berbagai macam jenisnya. Kita runut satu-satu. Visa pelajar D-2. Diperuntukkan bagi orang yang ingin melanjutkan sekolah di jenjang Diploma, S-1, S-2, S-3 ataupun penelitian ilmiah. Okei, visa jenis ini bukanlah untukku. Kemudian ada visa menetap suami-istri. Tidak perlu dibahas. Aku belum ingin membangun rumah tangga di saat masih bisa menikmati hidup bebas tanpa hambatan seperti sekarang. Selanjutnya ada visa pelatihan bahasa Korea. Sepertinya ada harapan aku belajar di sana, tetapi ak

  • A Little Happiness in Korea   2. Mimpi dan Pertemuan Pertama Kami

    Aku merupakan salah satu pecandu drama Korea. Dimulai ketika aku memiliki smartphone sendiri, saat awal SMP. Ketika itu teman yang duduk disebelahku menonton serial televisi Korea Selatan yang berjudul “Reply1988”. Awalnya aku tidak tertarik, tetapi temanku itu bertingkah aneh ketika menontonnya. Kadang-kadang ia tertawa sendiri, marah-marah sendiri atau bahkan juga pernah menangis tersedu-sedu saat melihatnya. Dari sanalah aku tertarik, bagaimana bisa hanya dengan menonton sebuah drama, seseorang bisa sangat terhanyut bersamanya. Temanku menjelaskan alur dari drama yang ia tonton itu. Lalu aku mulai ikut melihatnya, dan “Reply1988” adalah drama yang kutonton untuk pertama kali. Serial itu menceritakan tentang lima orang sahabat yang tinggal di sebuah kompleks perumahan kota jaman dulu, tahun delapan puluhan, dan telah berada di sa

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status