Share

3. Daya Upaya

Author: Alfa Daisy
last update Last Updated: 2021-05-01 07:04:31

            Persiapan kedua setelah adanya suatu niat yang kuat adalah dana. Karena semua hal di dunia ini membutuhkan uang, dan uang tidak akan datang dengan sendirinya. Aku kemudian membuat rancangan perkiraan kebutuhan yang diperlukan untuk satu orang pergi, tinggal hingga pulang kembali ke Indonesia.

            Diawali dari visa. Ada berbagai macam jenisnya. Kita runut satu-satu. Visa pelajar D-2. Diperuntukkan bagi orang yang ingin melanjutkan sekolah di jenjang Diploma, S-1, S-2, S-3 ataupun penelitian ilmiah. Okei, visa jenis ini bukanlah untukku. Kemudian ada visa menetap suami-istri. Tidak perlu dibahas. Aku belum ingin membangun rumah tangga di saat masih bisa menikmati hidup bebas tanpa hambatan seperti sekarang.

            Selanjutnya ada visa pelatihan bahasa Korea. Sepertinya ada harapan aku belajar di sana, tetapi aku tidak memiliki certificat of administration atau surat tanda diterima oleh suatu universitas untuk belajar bahasa di sana. Ini berarti juga bukan visa yang dapat aku pakai. Lalu ada visa tenaga kerja asing melalui program G to G atau government to government. Pembuatan visa ini dikoordinir oleh pemerintah yang mengurusi tentang perlindungan dan penempatan tenaga kerja Indonesia. Perlu mengikuti banyak tes dahulu dengan beribu-ribu saingan apabila ingin memilikinya.

            Karena ada unni, sepertinya aku bisa melewati proses-proses tidak mengenakkan itu. Suatu hal yang aku miliki karena mengenal seseorang yang pernah terjun langsung di tempat tujuanku adalah nilai plus yang kumiliki sekarang. Menggunakan satu-satunya visa yang bisa aku pakai sekarang, yaitu visa turis, aku masih bisa mengejar mimpiku.

            Visa turis sendiri dibagi menjadi empat jenis. Pembagian tersebut dibuat berdasarkan kebutuhan setiap orang yang hendak pergi kesana secara umum. Tentunya dengan berbagai keuntungan serta harga yang berbeda-beda pula, yang disesuaikan dengan lama waktu berkunjung.

            Dimulai dari yang paling murah adalah single visa. Dengan biaya sekitar 560 ribu rupiah, seorang turis bisa tinggal di Korea selama kurang dari sembilan puluh hari. Ini bisa dipertimbangkan olehku, tetapi unni bilang kalau itu waktu yang singkat untuk produksi sebuah drama masterpiece, jadi masih kurang lama baginya. Selanjutnya ada single visa khusus. Izin tinggal ini bisa dipakai lebih dari Sembilan puluh hari dengan biaya lebih kurang 840 ribu rupiah. Visa ini adalah opsi terbaik untukku.

            Lalu ada double visa, itu adalah izin tinggal yang berlaku hingga enam bulan. Visa ini bisa dipakai untuk kunjungan sebanyak dua kali. Harga visanya sekitar 980 ribu rupiah. Yang terakhir, yang paling mahal, multiple visa. Yaitu visa yang bisa dipakai untuk berkali-kali kunjungan dan berlaku selama lima tahun, dengan biaya 1.260 ribu rupiah. Tetapi pengguna visa ini sebelumnya harus sudah pernah kesana minimal sebanyak dua kali. Mempertimbangkan semua hal yang ada dan dengan persetujuan dari unni, seseorang yang akan menampungku selama di sana, aku memilih single visa khusus.

            Setelah visa, aku coba mencari perkiraan kebutuhan selama lebih kurang 120 hari di Korea. Mulai dari kebutuhan makan hingga transportasi. Oh ya, juga uang buat main atau jalan-jalan. Tiket pesawat sekali jalan sekitar tujuh juta rupiah. Untuk uang sekali makan, Hee Young unni bilang butuh sekitar sepuluh ribu won. Apabila dikalikan tiga untuk tiga kali makan dalam sehari menjadi tiga-puluh ribu won. Jika selama 120 hari berarti aku memerlukan uang sebanyak 3,6 juta won. Bila uang tersebut dirupiahkan menjadi sekitar 46 juta rupiah.

            Dari dua kebutuhan itu saja, aku butuh sekitar 53 juta rupiah. Angka yang sangat menakjubkan bagiku, tidak pernah sebelumnya terlintas di pikiran bahwa aku harus mendapatkan uang sebanyak itu selama satu tahun selanjutnya. Uang yang sangat besar bagiku itu harus aku dapatkan agar bisa sampai di Korea, dengan aman dan terjaminnya hidupku saat di sana. Aku akan berusaha; aku pasti bisa mendapatkannya; aku berpikir positif. Dimulai dari menghemat pengeluaran uang saku harianku, kemudian ditambah bekerja paruh waktu.

            Selama sekolah, sebenarnya aku hanya memiliki waktu luang di hari sabtu dan minggu. Karena cuma hari itu yang libur, selainnya aku harus sekolah dan mengikuti lembaga bimbingan. Tidak apa, dua hari itu cukup. Pikir aku positif. Aku kemudian mulai mencari pekerjaan yang mau menerima anak SMA. Tetapi saat kucari ternyata tidak ada satupun, satupun. Mereka tidak ingin mengganggu kegiatan belajar mengajar, apalagi untuk siswa kelas XI akhir sepertiku. Sedih aku karenanya.

            Aku bingung memikirkan cara mendapatkan uang saat tidak ada pekerjaan yang mau menerimaku. Lalu aku berjalan-jalan di sekitar perumahanku tanpa tujuan yang jelas. Tidak disangka aku melihat anak kecil yang sangat semangat bermain dengan orang tuanya yang super sibuk. Kedua orang tuanya sedang bersih-bersih rumah. Terlintas ide kreatif dari pikiranku. Bagaimana kalau aku membantu menjaga anak tersebut selama beberapa jam, tentu dengan ganti bayaran yang sepadan untuk hal tersebut. Ketika aku menawarkan kesepakatan itu, ternyata mereka menyepakatinya dengan senang. Bahkan mereka juga mau memberiku lebih kalau aku mau lebih lama menjaga bayinya. Begitulah awal cerita aku dapat selalu pergi menjaga Rafa, nama bayi mereka, setiap akhir pekan. Aku menjaganya saat mereka sedang bersih-bersih rumah ataupun saat sedang melakukan perjalanan bisnis.

            Lebih kurang satu tahun aku menabung dan menjadi baby sitter-nya Rafa. Waktu yang lumayan panjang bagiku sambil sibuk menyiapkan ujian nasional. Tetapi seluruh uang yang terkumpul masih sekitar sepuluh juta rupiah, itu saja belum menutup seperempat dari kebutuhan yang aku perlukan. Aku menceritakan keadaan yang kualami kepada Hee Young unni. Ia kemudian menyarankanku untuk bekerja dahulu agar bisa minimal mempunyai setengah dari dana kebutuhan awal. Tetapi ia juga bilang agar jangan terlalu lama, maksimal awal tahun depan aku sudah harus bisa berangkat, karena ia harus mengikuti internship di Amerika.

            Hee Young unni sudah memperingatkanku agar segera berangkat tetapi dengan minimal membawa setengah dari kebutuhanku ketika di sana. Hal itu tentunya demi kebaikanku sendiri, agar bisa bertahan hidup di sana tanpa memikirkan masalah kehabisan uang. Oleh karena itu, setelah ujian akhir sekolah berakhir, aku bekerja lebih keras agar bisa mendapatkan target uang yang aku perlukan. Selanjutnya apapun yang terjadi, aku tetap harus berangkat maksimal bulan Januari, yaitu awal tahun depan.

            Sekarang, akan aku ceritakan apa saja usahaku untuk mendapatkan kekurangan uangnya. Dari bulan Juli hingga Desember. Sejak pagi di hari senin hingga minggu malam. Memang aku sudah lulus dari SMA, tetapi ijazahnya belum jadi. Oleh sebab itu, di awal, aku memutuskan mencari pekerjaan yang tidak membutuhkan surat keterangan kelulusanku itu. Beruntungnya terdapat pekerjaan seperti itu. Tepatnya di depan perumahanku terdapat warung olahan nasi dan mie goreng yang selalu ramai diserbu pembeli, meskipun mereka hanya buka dari pukul enam hingga pukul dua belas malam. Aku tidak tahu alasan para pembeli suka menyerbu warung itu, karena bagiku, makanan di sana memiliki rasa yang sama saja dengan warung lainnya. Mungkin ada suatu hal yang mereka miliki dan orang-orang tahu, kecuali aku. Bisa jadi masakannya membuat ketagihan, atau yang lainnya, aku tidak tahu. Aku melamar menjadi pramusaji dan tukang cuci piring di sana. Dengan gampang mereka menerimaku. Memang tidak terlalu banyak gajinya, tetapi lumayan bisa mendapatkan uang dari bekerja di jam yang orang pada umumnya tidak sedang bekerja.

            Pekerjaan lainnya yang aku lakukan adalah menjadi barista, atau pembuat serta penyaji kopi kepada pelanggan. Pada era sekarang, coffee house sangatlah booming. Jadi, aku mencoba mengambil sertifikat sebagai barista. Dengan merayu ibu untuk memberikan uang pelatihan, beliau memberi aku dengan syarat harus mengajarinya setelah lulus. Tidak memerlukan waktu yang lama, hanya dengan pelatihan selama satu minggu, aku bisa lulus dari sana. Melalui sertifikat itu, aku sangat percaya diri melamar ke kafe-kafe yang sedang membuka lowongan pekerjaan. Kebanyakan dari mereka membuat sistem shift. Karena itu, aku bisa bekerja di dua tempat sekaligus. Yaitu dari jam sembilan hingga tiga sore. Lalu pukul empat hingga sepuluh malam. Disebabkan jadwal yang bertabrakan, aku mulai bekerja di warung makan setelah jam 10 malam. Mereka bilang tidak apa, tetapi gajiku juga hanya selama aku bekerja. Aku menyepakatinya dan begitulah keseharianku selama setengah tahun terakhir.

            Hari-hariku yang penuh dengan bekerja tidak membuatku lupa akan Hee Young unni. Kami masih terus saling menyapa. Unni juga bercerita kalau dirinya mengikuti magang di salah satu production house Korea, lalu ikut andil dalam salah satu pembuatan dramanya. Tidak terduga, drama itu sukses meraih rating dua digit, rating tersebut sangat sulit didapatkan di sana. Suatu hadiah terindah dari hasil kerja keras setiap orang yang terlibat didalamnya. Susah payah yang mereka lakukan dari siang hingga malam selama berbulan-bulan dalam proses pembuatannya terbayar dengan cantik. Temanku, Park Hee Young unni, menjadi salah satu dari bagian tersebut. Sangat bangga aku dibuatnya, meskipun kami belum pernah bertemu secara langsung. Sebagai ganti semua cerita yang diberikannya kepadaku, aku juga tidak lupa selalu mendukungnya untuk belajar bahasa Indonesia. Tentunya pelan-pelan, sedikit demi sedikit, mengingat kesibukannya sebagai seorang mahasiswa aktif.

Related chapters

  • A Little Happiness in Korea   4. Persetujuan Keberangkatan

    Hari kelulusan Rona dari SMA merupakan tahap akhir dari masa studinya di sana. Hari itu juga berarti menjadi pertanda dapat dimulainya hal baru esok paginya. Suatu hal yang dapat menentukan masa depan Rona kelak. Kebanyakan murid lulusan SMA akan mendaftarkan diri mereka ke salah satu universitas negeri, atau bahkan universitas swasta yang dapat mereka jangkau. Tujuannya adalah untuk mengisi gelar nama mereka menjadi seorang mahasiswa, bukan malah turun pangkat menjadi pengangguran untuk satu tahun kedepan. Karenanya tidak sedikit mahasiswa yang masuk suatu jurusan bukan karena mereka menginginkannya, tetapi karena hanya jurusan itu yang mau menerima mereka. Itu juga merupakan sebab banyak mahasiswa yang pindah ke jurusan lain di tahun kedua ataupun tahun ketiga mereka menempuh pendidikan di sebuah universitas. Rona mengetahui hal tersebut, ia s

    Last Updated : 2021-05-01
  • A Little Happiness in Korea   5. Arrive in Korea

    Pasca berjam-jam berada di dalam pesawat, Rona akhirnya tiba di Korea. Bandara dengan desain modern yang artistik seolah berkata selamat datang kepadanya. Ia sangat takjub dibuatnya, masih terasa sedang bermimpi indah dari tidur lamanya di pesawat. Rona berjalan menuju tempat imigrasi sambil membawa tiga berkas kecil yang akan diperiksa. Berkas itu adalah paspor, arrival card (informasi identitas dan alamat penginapan yang akan ia tempati saat di Korea), dan traveler declaration form(pernyataan bahwa ia tidak membawa barang-barang yang dilarang saat memasuki Korea). Usai Rona menyerahkan berkasnya, ia berjalan menuju baggage claim, tempat setiap penumpang pesawat mengambil koper atau tas mereka yang diletakkan dalam bagasi pesawat. Koper besar punyanya itu ternyata tidak berbeda jauh dari milik penumpang lainnya. Mereka membawa koper dengan uku

    Last Updated : 2021-05-01
  • A Little Happiness in Korea   6. Malam yang Ramai, tetapi Sepi

    Seorang pemuda melihat pengumuman penerimaan angkatan kepolisian yang baru diunggah. Ia melihat setiap nama yang tertulis, dari awal hingga akhir, tanpa berkedip, sangat serius. Tetapi nama yang dirinya harapkan tertulis di antara banyak nama itu, tidak terbaca. Ia masih tidak percaya hingga membacanya lagi, dan lagi. Tiga kali ia membaca seluruh nama yang ada, tetap tidak ada. Lalu ia menyerah dan menerima kenyataan yang terjadi. Sudah tiga tahun ia menempuh tes itu, tetapi tidak pernah mendapatkan hasil yang positif. Telah banyak usaha yang ia lakukan untuk mengikutinya, meski tanpa orang tua dan sanak saudara. Ia selalu berusaha menafkahi dirinya di salah satu kota terpadat di dunia itu, Seoul. Go DoHyun,pemuda berumur 23 tahun itu sejak kecil sudah tinggal di panti asuhan. Ia tidak ingat kapan pertama kali datang kesana, tetapi p

    Last Updated : 2021-05-03
  • A Little Happiness in Korea   7. Pertolongan Pertama

    Di dalamemergency room(ER) atau unit gawat darurat (UGD) salah satu rumah sakit terdekat dari minimarket tempat Do Hyun bekerja, terdengar riuh ramai orang-orang saling berbicara. Malam yang dingin itu telah membuat beberapa kekacauan di Seoul. Terdapat sebuah kecelakaan bus yang tergelincir dikarenakan salju yang tiba-tiba turun sebelumnya. Hal itu membuat seluruh petugas UGD berhamburan menolong para korban yang berdatangan. Tidak kurang dari sepuluh orang mengalami luka ringan maupun berat. Dengan sigap para dokter memeriksa dan memberikan tindakan kepada setiap luka yang dialami setiap korban. Mulai dari luka yang paling membahayakan nyawa hingga yang paling ringan. Para perawat dengan cekatan mengikuti setiap instruksi yang diberikan oleh dokter. Para staf administrasi segera menghubungi setiap wali dari para korban dan te

    Last Updated : 2021-05-04
  • A Little Happiness in Korea   8. Sebuah Kamar Kecil untuk Tempat Tinggal

    Siang itu Rona berjalan mencari informasi tentang pemilik goshiwon yang berada tepat di depan apartemen Hee Young unni. Lumayan sulit bagi seorang turis seperti Rona memahami tata cara peminjaman tempat tinggal di Korea. Kebanyakan turis datang hanya untuk bersenang-senang dan tinggal di hotel maupun airbnb yang memang disediakan untuk menginap dalam jangka waktu sebentar, beberapa hari saja. Sedangkangoshiwonbiasanya disediakan untuk tempat menginap minimal selama satu bulan. Karenanya terdapat uang deposit atau jaminan yang harus dibayar selain biaya sewa dan biaya kebersihan. Tetapi uang jaminan tersebut akan dikembalikan ketika seorang penyewa keluar darigoshiwondan tidak ditemukan peralatan yang rusak maupun hilang.&n

    Last Updated : 2021-05-04
  • A Little Happiness in Korea   9. Para Penghuni Kamar

    Informasi penghuni goshiwondi lantai dua, tempat Rona tinggal. Go Do Hyun, seorang pemuda yang tinggal di kamar 201. Pemuda dengan tinggi 180 cm itu tidak memiliki teman selain orang-orang yang hanya sekadar ia kenal. Seperti kenalan kerja paruh waktunya di minimarket, bos serta pemilik tempat yang ia sewa sekarang yaitu Pak Shin Won Ho, dan seorang gadis dari Indonesia yang kemarin ditolongnya yaitu Rona. Kenalan yang lainnya seperti Cha Ki Joon dan Oh Ri On, yaitu teman satu lantainya, yang hanya beberapa kali bertemu tanpa adanya tegur sapa. Keseharian Do Hyun selalu berulang, dan tidak pernah berubah selama tiga tahun terakhir ini. Yaitu bekerja paruh waktu, makan dan belajar. Selainnya mungkin hanya kegiatan biasa seperti mandi, gosok gigi dan tidur. Ia jarang main keluar

    Last Updated : 2021-05-04
  • A Little Happiness in Korea   10. Meninggalnya Pemilik Goshiwon

    Rona sedang berada diemergency room. Tempat yang tidak pernah ia bayangkan akan dikunjunginya hingga dua kali saat berada di Korea. Tetapi untungnya, untuk yang kali kedua ini, bukan ia yang menjadi seorang pasien. Sekarang posisinya dia adalah seorang “wali” pasien. Karena kali pertama Rona berada diemergency roomketika dini hari dan sedang sepi, ia coba mengamati keadaan ruangan tersebut di malam hari seperti sekarang. Saat melihat sekitar, semua orang dengan sibuk mengerjakan tugas mereka masing-masing. “Sungguh tidak ku sangka, sebelumnya aku hanya bisa melihat lewat layarsmartphone

    Last Updated : 2021-05-05
  • A Little Happiness in Korea   1. Money, Family and Myself at School

    Uang bukanlah segalanya, tetapi segalanya butuh uang. Kalimat ini benar adanya bagiku. Aku mulai menyadarinya ketika menginjak awal duduk di bangku SMA. Pada saat itu, keluargaku tiba-tiba mengalami kebangkrutan, dikarenakan kumpulan penyilap mengambil seluruh bahkan membuat bisnis travelagen ayahku berhutang banyak kepada bank swasta. Akhirnya kami berusaha keras untuk bertahan hidup seadanya. Ketika itu sulit bagi kami merasa bahagia. Padahal sebelumnya, meskipun memiliki uang pas-pasan, kami masih bisa merasa cukup dan senang olehnya. Karena itu, aku berpikir kalau uang memang bukan segalanya, tapi segalanya yang ada di dunia ini memerlukan uang. Keadaan sulit tersebut membuatku berusaha sekuat tenaga agar tidak meminta sedikit uang pun dari kedua orang tuaku. Sedikit demi sedikit ayah dan ibu bisa melunasi dan membuat ekonomi keluargaku lebih stabil

    Last Updated : 2021-05-01

Latest chapter

  • A Little Happiness in Korea   10. Meninggalnya Pemilik Goshiwon

    Rona sedang berada diemergency room. Tempat yang tidak pernah ia bayangkan akan dikunjunginya hingga dua kali saat berada di Korea. Tetapi untungnya, untuk yang kali kedua ini, bukan ia yang menjadi seorang pasien. Sekarang posisinya dia adalah seorang “wali” pasien. Karena kali pertama Rona berada diemergency roomketika dini hari dan sedang sepi, ia coba mengamati keadaan ruangan tersebut di malam hari seperti sekarang. Saat melihat sekitar, semua orang dengan sibuk mengerjakan tugas mereka masing-masing. “Sungguh tidak ku sangka, sebelumnya aku hanya bisa melihat lewat layarsmartphone

  • A Little Happiness in Korea   9. Para Penghuni Kamar

    Informasi penghuni goshiwondi lantai dua, tempat Rona tinggal. Go Do Hyun, seorang pemuda yang tinggal di kamar 201. Pemuda dengan tinggi 180 cm itu tidak memiliki teman selain orang-orang yang hanya sekadar ia kenal. Seperti kenalan kerja paruh waktunya di minimarket, bos serta pemilik tempat yang ia sewa sekarang yaitu Pak Shin Won Ho, dan seorang gadis dari Indonesia yang kemarin ditolongnya yaitu Rona. Kenalan yang lainnya seperti Cha Ki Joon dan Oh Ri On, yaitu teman satu lantainya, yang hanya beberapa kali bertemu tanpa adanya tegur sapa. Keseharian Do Hyun selalu berulang, dan tidak pernah berubah selama tiga tahun terakhir ini. Yaitu bekerja paruh waktu, makan dan belajar. Selainnya mungkin hanya kegiatan biasa seperti mandi, gosok gigi dan tidur. Ia jarang main keluar

  • A Little Happiness in Korea   8. Sebuah Kamar Kecil untuk Tempat Tinggal

    Siang itu Rona berjalan mencari informasi tentang pemilik goshiwon yang berada tepat di depan apartemen Hee Young unni. Lumayan sulit bagi seorang turis seperti Rona memahami tata cara peminjaman tempat tinggal di Korea. Kebanyakan turis datang hanya untuk bersenang-senang dan tinggal di hotel maupun airbnb yang memang disediakan untuk menginap dalam jangka waktu sebentar, beberapa hari saja. Sedangkangoshiwonbiasanya disediakan untuk tempat menginap minimal selama satu bulan. Karenanya terdapat uang deposit atau jaminan yang harus dibayar selain biaya sewa dan biaya kebersihan. Tetapi uang jaminan tersebut akan dikembalikan ketika seorang penyewa keluar darigoshiwondan tidak ditemukan peralatan yang rusak maupun hilang.&n

  • A Little Happiness in Korea   7. Pertolongan Pertama

    Di dalamemergency room(ER) atau unit gawat darurat (UGD) salah satu rumah sakit terdekat dari minimarket tempat Do Hyun bekerja, terdengar riuh ramai orang-orang saling berbicara. Malam yang dingin itu telah membuat beberapa kekacauan di Seoul. Terdapat sebuah kecelakaan bus yang tergelincir dikarenakan salju yang tiba-tiba turun sebelumnya. Hal itu membuat seluruh petugas UGD berhamburan menolong para korban yang berdatangan. Tidak kurang dari sepuluh orang mengalami luka ringan maupun berat. Dengan sigap para dokter memeriksa dan memberikan tindakan kepada setiap luka yang dialami setiap korban. Mulai dari luka yang paling membahayakan nyawa hingga yang paling ringan. Para perawat dengan cekatan mengikuti setiap instruksi yang diberikan oleh dokter. Para staf administrasi segera menghubungi setiap wali dari para korban dan te

  • A Little Happiness in Korea   6. Malam yang Ramai, tetapi Sepi

    Seorang pemuda melihat pengumuman penerimaan angkatan kepolisian yang baru diunggah. Ia melihat setiap nama yang tertulis, dari awal hingga akhir, tanpa berkedip, sangat serius. Tetapi nama yang dirinya harapkan tertulis di antara banyak nama itu, tidak terbaca. Ia masih tidak percaya hingga membacanya lagi, dan lagi. Tiga kali ia membaca seluruh nama yang ada, tetap tidak ada. Lalu ia menyerah dan menerima kenyataan yang terjadi. Sudah tiga tahun ia menempuh tes itu, tetapi tidak pernah mendapatkan hasil yang positif. Telah banyak usaha yang ia lakukan untuk mengikutinya, meski tanpa orang tua dan sanak saudara. Ia selalu berusaha menafkahi dirinya di salah satu kota terpadat di dunia itu, Seoul. Go DoHyun,pemuda berumur 23 tahun itu sejak kecil sudah tinggal di panti asuhan. Ia tidak ingat kapan pertama kali datang kesana, tetapi p

  • A Little Happiness in Korea   5. Arrive in Korea

    Pasca berjam-jam berada di dalam pesawat, Rona akhirnya tiba di Korea. Bandara dengan desain modern yang artistik seolah berkata selamat datang kepadanya. Ia sangat takjub dibuatnya, masih terasa sedang bermimpi indah dari tidur lamanya di pesawat. Rona berjalan menuju tempat imigrasi sambil membawa tiga berkas kecil yang akan diperiksa. Berkas itu adalah paspor, arrival card (informasi identitas dan alamat penginapan yang akan ia tempati saat di Korea), dan traveler declaration form(pernyataan bahwa ia tidak membawa barang-barang yang dilarang saat memasuki Korea). Usai Rona menyerahkan berkasnya, ia berjalan menuju baggage claim, tempat setiap penumpang pesawat mengambil koper atau tas mereka yang diletakkan dalam bagasi pesawat. Koper besar punyanya itu ternyata tidak berbeda jauh dari milik penumpang lainnya. Mereka membawa koper dengan uku

  • A Little Happiness in Korea   4. Persetujuan Keberangkatan

    Hari kelulusan Rona dari SMA merupakan tahap akhir dari masa studinya di sana. Hari itu juga berarti menjadi pertanda dapat dimulainya hal baru esok paginya. Suatu hal yang dapat menentukan masa depan Rona kelak. Kebanyakan murid lulusan SMA akan mendaftarkan diri mereka ke salah satu universitas negeri, atau bahkan universitas swasta yang dapat mereka jangkau. Tujuannya adalah untuk mengisi gelar nama mereka menjadi seorang mahasiswa, bukan malah turun pangkat menjadi pengangguran untuk satu tahun kedepan. Karenanya tidak sedikit mahasiswa yang masuk suatu jurusan bukan karena mereka menginginkannya, tetapi karena hanya jurusan itu yang mau menerima mereka. Itu juga merupakan sebab banyak mahasiswa yang pindah ke jurusan lain di tahun kedua ataupun tahun ketiga mereka menempuh pendidikan di sebuah universitas. Rona mengetahui hal tersebut, ia s

  • A Little Happiness in Korea   3. Daya Upaya

    Persiapan kedua setelah adanya suatu niat yang kuat adalah dana. Karena semua hal di dunia ini membutuhkan uang, dan uang tidak akan datang dengan sendirinya. Aku kemudian membuat rancangan perkiraan kebutuhan yang diperlukan untuk satu orang pergi, tinggal hingga pulang kembali ke Indonesia. Diawali dari visa. Ada berbagai macam jenisnya. Kita runut satu-satu. Visa pelajar D-2. Diperuntukkan bagi orang yang ingin melanjutkan sekolah di jenjang Diploma, S-1, S-2, S-3 ataupun penelitian ilmiah. Okei, visa jenis ini bukanlah untukku. Kemudian ada visa menetap suami-istri. Tidak perlu dibahas. Aku belum ingin membangun rumah tangga di saat masih bisa menikmati hidup bebas tanpa hambatan seperti sekarang. Selanjutnya ada visa pelatihan bahasa Korea. Sepertinya ada harapan aku belajar di sana, tetapi ak

  • A Little Happiness in Korea   2. Mimpi dan Pertemuan Pertama Kami

    Aku merupakan salah satu pecandu drama Korea. Dimulai ketika aku memiliki smartphone sendiri, saat awal SMP. Ketika itu teman yang duduk disebelahku menonton serial televisi Korea Selatan yang berjudul “Reply1988”. Awalnya aku tidak tertarik, tetapi temanku itu bertingkah aneh ketika menontonnya. Kadang-kadang ia tertawa sendiri, marah-marah sendiri atau bahkan juga pernah menangis tersedu-sedu saat melihatnya. Dari sanalah aku tertarik, bagaimana bisa hanya dengan menonton sebuah drama, seseorang bisa sangat terhanyut bersamanya. Temanku menjelaskan alur dari drama yang ia tonton itu. Lalu aku mulai ikut melihatnya, dan “Reply1988” adalah drama yang kutonton untuk pertama kali. Serial itu menceritakan tentang lima orang sahabat yang tinggal di sebuah kompleks perumahan kota jaman dulu, tahun delapan puluhan, dan telah berada di sa

DMCA.com Protection Status