Duke Maxwell mengerutkan kening begitu menghadapi sikap Reinhart yang dirasa aneh. Perempuan itu masih menggenggam tangannya dan mengucapkan kalimat yang sama sekali tak ia pahami. Untuk kedua kali setelah Reinhart mengatakan sesuatu yang terdengar seperti 'pembunuhan berencana'. Apalagi itu? Ditambah dengan sikap si perempuan yang kini terlihat semakin aneh di mata pria tua yang menjabat sebagai penasihat Kekaisaran Demir itu. Apakah itu cara yang dilakukan oleh orang-orang Cobella di wilayah Blanchett? Meski hubungan kedua negara memang cukup dekat, Maxwell sama sekali tak pernah melihat perilaku yang ditunjukkan Reinhart. Namun, Duke Maxwell tak perlu ambil pusing. Yang paling penting sekarang, Lady Reinhart sudah berpihak dan mendukung keputusannya. Dengan begitu, Duke Maxwell juga bisa memiliki cara untuk melindungi perempuan itu, sekaligus mengubah sikap sang kaisar. Sementara Reinhart tampak terkejut dengan sikapnya sendiri. Dua kali ia menunjukkan perilaku yang seharusny
Fakta bahwa istri sang kaisar hendak dibunuh di dalam ruangannya sendiri, menyebar dengan cepat. Bahkan hal itu mengusik Kaisar Caspian yang semula sama sekali tak peduli dengan keberadaan Reinhart kecuali pada malam pertama yang mereka habiskan bersama. Lebih tepatnya malam pertama yang mereka lewati dengan paksaan terhadap si perempuan. Begitu kabar tentang percobaan bunuh diri menyebar, Caspian dengan segera meminta pengurus istana untuk menyelidiki kasus ini. Entah apa yang ia pikirkan. Duke Maxwell bahkan tampak bingung dengan sikap tiba-tiba sang kaisar. Meski begitu, tidak ada jejak yang ditinggalkan oleh si penyusup yang berhasil membawakan racun pada Reinhart. Keberadaan pelayan yang mengantarkan teh pada hari itu pun lenyap tanpa jejak. Seakan penyusupan itu sudah direncanakan matang-matang sebelumnya. "Batasi orang-orang yang keluar-masuk istana tanpa keperluan penting ataupun mendesak!" perintah Kaisar Caspian pada para pengurus istana. Termasuk pada Duke Maxwell. "
Denting lonceng di kejauhan mulai terdengar. Waktu panggilan bagi para umat untuk bersembahyang di kuil Pendeta Agung. Sembahyang memang biasa dilaksanakan setiap pukul 08.00 pagi dan 15.00 sore. Biasanya diikuti oleh para pengikut Pendeta Agung yang taat. Upacara dipimpin langsung oleh Pendeta Agung ataupun para muridnya yang telah dianggap mampu untuk memimpin para jemaat. "Sudah waktunya sembahyang, Tuan Putri. Apa Anda mau langsung pergi ke kuil?""Ya, Iselt. Kita ke sana sekarang!" jawab perempuan itu tanpa ragu-ragu. Reinhart yang baru saja mengikuti kelas Madame Marianna memilih untuk pergi ke kuil begitu mendengar suara lonceng di kejauhan. Ia bukanlah orang yang taat di kehidupannya yang lalu, tapi perempuan itu menjadi sering datang ke kuil sejak diselamatkan Duke Maxwell dari penjara bawah tanah. Perempuan itu ingin lebih dekat dengan sang Pencipta kehidupan agar bisa segera pergi dari tempat ini. Bagaimanapun tetap itulah harapan Reinhart paling besar. Selain itu, a
Wajah Reinhart tampak menunjukkan kerut tanda tanya. Selama tinggal di Kekaisaran Demir, ia belum pernah mendengar tentang nama Lady Rosemary. Madame Marianna juga tidak pernah menyebutkan nama wanita itu. Padahal Madame Marianna sudah mengenalkan beberapa nama yang perlu Reinhart ingat untuk menarik simpati dan mendapatkan dukungan mereka. Juga beberapa orang yang harus dihindari agar tidak menjadi batu sandungan bagi perempuan itu ke depannya. Namun, tidak ada nama Lady Rosemary dari nama-nama yang disebutkan oleh Madame Marianna. Sekalipun Reinhart juga belum pernah bertemu secara langsung dengan orang-orang yang disebutkan Madame Marianna, akibat kunjungan untuk dirinya masih dibatasi sampai orang yang hendak membunuhnya ditemukan. Setidaknya ia ingat betul nama orang-orang yang telah disebutkan oleh pengajarnya itu. "Siapa Lady Rosemary, Nyonya Clottie?" tanya Reinhart tak sanggup membendung rasa penasaran. "Ah, beliau sepupu jauh Kaisar Caspian, Tuan Putri. Ibunya adalah c
Makan malam berakhir dalam diam. Tak ada lagi percakapan sepanjang makan malam yang melibatkan ketiga orang tersebut. Kaisar Caspian buru-buru meninggalkan tempatnya begitu menghabiskan menu yang disajikan. Tanpa tertarik untuk bicara lebih lama dengan Rosemary ataupun Reinhart. Jangankan bicara, melirik pun tidak. Yang ia lakukan seakan tak lebih dari sekadar formalitas menyambut tamu saja. Tak lebih. Bahkan ia sama sekali tak peduli ketika Rosemary menghalanginya untuk pergi. "Urus urusanmu sendiri, Rose! Paman Maxwell atau pelayan lain akan membantumu!" tegas Caspian tanpa menunjukkan rasa pedulinya sedikit pun. "Tapi, aku masih mau berbincang denganmu, Ian.""Sayangnya aku tak punya waktu Rose. Selama berada di sini kamu bisa tinggal di Kastil Westminster," tegas Caspian sebelum benar-benar pergi. Tanpa sadar Reinhart kembali tersenyum. Melihat betapa menyedihkannya perempuan itu yang tak berhasil menggoda Kaisar Demir. Rosemary bahkan diminta untuk tinggal di kediaman Duke
Kaisar jatuh tertidur setelah melarang Reinhart pergi. Pria itu meringkuk seperti bayi yang tak sadarkan diri akibat pengaruh dari alkohol di pangkuan Reinhart. Perempuan itu pun tak tahu pasti, bagaimana bisa sang kaisar tiba-tiba meringkuk di pangkuannya begitu saja. Mereka sebelumnya masih saling bertatapan sebelum tiba-tiba tubuh pria itu tumbang. Selebihnya Reinhart tak mengerti bagaimana bisa sang kaisar berada di pangkuannya. "Temani aku malam ini." Itulah satu-satunya kalimat pendek yang diucapkan Caspian sebelum benar-benar terjatuh dalam pengaruh minuman memabukkan itu. Bahkan ketika dua orang ksatria memindahkan tubuhnya ke tempat tidur, ia sama sekali tak terbangun. Saat Duke Maxwell mengganti bajunya dengan pakaian yang lebih nyaman pun, Caspian sama sekali tak terusik. "Saya pamit, Tuan Putri. Biarkan Kaisar di sini malam ini," ucap Duke Maxwell sebelum pergi. Reinhart hendak menolak, tapi Maxwell lebih dulu memberikan ultimatum yang tak bisa dibantah. "Ini bisa
Tugas yang harus dihadapi Reinhart semakin berat. Perempuan itu tidak bisa tidur semalaman, tapi harus dipaksa bangun pukul delapan untuk mengikuti kelas Madame Marianna pada pukul sembilan. Padahal ia baru saja hendak memejamkan mata sebagai pengganti waktunya yang tersita semalaman. Akibat sang kaisar berada di kamarnya sampai menjelang pagi. Belum lagi segudang aktivitas yang mesti ia jalani, Reinhart harus menghadapi fakta lain jika dirinya harus berhadapan dengan Lady Rosemary. Perempuan itu sejak pagi sudah membuat ulah dengan tiba-tiba datang ke kamarnya tanpa permisi. Wajah perempuan terlihat sangat merah menahan marah ketika tahu Kaisar Caspian tidur bersama Reinhart semalaman. Setidaknya itulah yang disebarkan oleh para pelayan Istana Diamond Kekaisaran Demir. Meski pada faktanya mereka tak ubahnya dua orang yang saling bermusuhan ketika Kaisar Caspian berhasil terlepas dari mimpi buruk. Jika mengingat kejadian tadi malam, Reinhart kembali merasa kesal dan keinginan un
Kaisar Caspian tampak gusar di singgasananya. Beberapa jam lagi, utusan dari negara tetangga akan datang berkunjung. Mereka akan membicarakan tentang aliansi perdagangan yang selama ini terjalin. Namun, akibat perbincangan dengan Reinhart sebelum pria itu keluar dari kamar si perempuan membuatnya tak fokus sejak tadi. Benaknya dipenuhi pertanyaan, apa yang membuatnya pergi ke kamar perempuan itu? Hubungan mereka bahkan tak lebih dari dua orang asing yang bahkan tak saling menyapa satu sama lain. Kecuali jika mereka berpapasan dan perempuan itu memberikan salam. Ya, hanya sebatas itulah hubungan mereka terjalin. Lantas kenapa tiba-tiba ia bisa pergi ke kamar perempuan itu dalam keadaan mabuk? Bahkan sebelumnya ia sama sekali tak peduli pada perempuan itu. Kalau saja di malam pernikahannya para tetua tidak mendesaknya, ia juga tak memiliki keinginan untuk pergi menemui Reinhart. Itu yang selalu ditekankan Caspian pada dirinya sendiri. Tapi, apa-apaan kejadian tadi malam? Caspian