Tugas yang harus dihadapi Reinhart semakin berat. Perempuan itu tidak bisa tidur semalaman, tapi harus dipaksa bangun pukul delapan untuk mengikuti kelas Madame Marianna pada pukul sembilan. Padahal ia baru saja hendak memejamkan mata sebagai pengganti waktunya yang tersita semalaman. Akibat sang kaisar berada di kamarnya sampai menjelang pagi. Belum lagi segudang aktivitas yang mesti ia jalani, Reinhart harus menghadapi fakta lain jika dirinya harus berhadapan dengan Lady Rosemary. Perempuan itu sejak pagi sudah membuat ulah dengan tiba-tiba datang ke kamarnya tanpa permisi. Wajah perempuan terlihat sangat merah menahan marah ketika tahu Kaisar Caspian tidur bersama Reinhart semalaman. Setidaknya itulah yang disebarkan oleh para pelayan Istana Diamond Kekaisaran Demir. Meski pada faktanya mereka tak ubahnya dua orang yang saling bermusuhan ketika Kaisar Caspian berhasil terlepas dari mimpi buruk. Jika mengingat kejadian tadi malam, Reinhart kembali merasa kesal dan keinginan un
Kaisar Caspian tampak gusar di singgasananya. Beberapa jam lagi, utusan dari negara tetangga akan datang berkunjung. Mereka akan membicarakan tentang aliansi perdagangan yang selama ini terjalin. Namun, akibat perbincangan dengan Reinhart sebelum pria itu keluar dari kamar si perempuan membuatnya tak fokus sejak tadi. Benaknya dipenuhi pertanyaan, apa yang membuatnya pergi ke kamar perempuan itu? Hubungan mereka bahkan tak lebih dari dua orang asing yang bahkan tak saling menyapa satu sama lain. Kecuali jika mereka berpapasan dan perempuan itu memberikan salam. Ya, hanya sebatas itulah hubungan mereka terjalin. Lantas kenapa tiba-tiba ia bisa pergi ke kamar perempuan itu dalam keadaan mabuk? Bahkan sebelumnya ia sama sekali tak peduli pada perempuan itu. Kalau saja di malam pernikahannya para tetua tidak mendesaknya, ia juga tak memiliki keinginan untuk pergi menemui Reinhart. Itu yang selalu ditekankan Caspian pada dirinya sendiri. Tapi, apa-apaan kejadian tadi malam? Caspian
Reinhart tenggelam pada barisan kalimat dalam buku yang baru saja ia temukan. Semakin ia baca, semakin ia pahami bahwa buku yang tergeletak di atas lantai itu ialah milik sang permaisuri terdahulu. Ia bahkan tak bisa mengalihkan sedikit pun perhatian dari buku bersampul emas yang tampak sudah lusuh di tangannya. Reinhart terhanyut dalam setiap kalimat yang berubah serupa syair dalam tempurung kepalanya. Bahkan perempuan itu sama sekali tak menyadari saat Iselt memanggil namanya. Hingga gadis itu mulai panik dan mencari Reinhart ke seluruh penjuru ruangan. Bagaimanapun, Iselt tetap memendam rasa takut meski dirinya telah diberikan kesempatan setelah melakukan kesalahan.Dan, peristiwa yang sama hampir saja terulang kembali saat ia menyadari sang tuan putri tiba-tiba menghilang. Wajah Iselt baru terlihat lega ketika melihat Reinhart sedang bersimpuh di atas lantai sambil fokus membaca buku. "Tuan Putri!" seru pelayan muda itu sambil menjatuhkan diri di samping Reinhart dengan wajah
Tubuh Reinhart gemetar. Ia ketakutan. Raut muka sang penyihir terlihat sangat serius. Bahkan mencekal tangan Reinhart dengan kuat hingga kini terasa sakit dan nyeri. "Sa-saya sama sekali tidak tahu apa maksud ucapan Anda, Tuan. Lepaskan!" rintih Reinhart ketika pria itu mengencangkan cengkeraman tangannya. "Aku akan lepaskan setelah kamu mengatakan, sihir apa yang sedang kamu gunakan sekarang!" desak pria itu semakin membuat Reinhart ketakutan. Memang apa yang ia lakukan hingga membuat pria itu menuduhnya menggunakan sihir? Reinhart bahkan tidak tahu jika dari dalam dirinya terdeteksi kekuatan magis seperti yang disebutkan sang penyihir. Satu-satunya sihir yang dimengerti oleh Reinhart adalah perbuatan sang Pengendali Waktu saat memindahkan jiwanya sebagai Kim Nara ke dunia antah berantah ini.Itu pun bukan dirinya yang menggunakan sihir tersebut. Melainkan sang Pengendali Waktu atau apa pun sosok itu menyebutnya. Bahkan setelah kejadian di tempat yang sama dan membuatnya berpind
Reinhart memutuskan kembali ke kamarnya ketika Iselt datang sambil membawakan teh dan beberapa piring kecil makanan ringan tak lama kemudian. Tubuhnya masih sedikit gemetar.Kemunculan sang penyihir dan pertanyaan yang cukup menekan, menyebabkan Reinhart masih sedikit gemetar ketakutan. Sesaat, Iselt hendak memprotes tindakan Reinhart yang sedikit di luar nalar. Pelayan itu sudah membawa teh dan camilan dari dapur melewati kamar sang tuan putri untuk sampai perpustakaan istana Kekaisaran Demir. Namun, Reinhart memintanya kembali ke kamar yang sudah ia lewati tadi sebelum sampai tempat ini. Meski begitu, Iselt menelan kembali kalimatnya saat melihat wajah Reinhart yang tampak terburu-buru. Wajah sang tuan putri bahkan terlihat pucat, hingga membuat Iselt tak banyak protes dan mengikuti tuannya. Barulah ketika sampai di kamar Reinhart, Iselt bertanya apa yang terjadi hingga menjadikan perempuan itu terlihat panik. "Apa terjadi sesuatu, Tuan Putri?" tanya Iselt tak sanggup membendun
Menjelang tengah malam, kegelisahan mulai mengusik ketenangan Kaisar Caspian. Pria itu berjalan mondar-mandir di kamarnya seperti malam-malam sebelumnya. Siksaan itu semakin terasa sejak perempuan yang mendampinginya tak lagi berada di samping sang kaisar.Caspian semakin tersiksa setiap kali melewati malam-malam panjang yang tak pernah berakhir. Bahkan satu botol anggur yang ia nikmati sampai tandas, sama sekali tak berhasil membuat pria itu memejamkan mata. Tok ... tok ... Ketukan dari luar mengalihkan perhatian sang kaisar. Tak lama kemudian, Rosemary muncul dari balik pintu dengan baju tidur yang sengaja dipertontonkan pada Caspian di balik mantel yang ia kenakan.Dengan senyuman genit menggoda, perempuan itu berlenggak-lenggok di hadapan Caspian, yang seketika membuang muka. "Apa yang kau lakukan di kamarku dengan pakaian seperti itu, Rose?"Padahal seharusnya, Rosemary berada di kediaman Duke Maxwell seperti yang ia perintahkan sebelumnya. Apa wanita itu mengabaikan perintah
Satu-satunya hal yang terpikirkan oleh Reinhart ialah menyembunyikan buku catatan bersampul emas milik sang permaisuri sebelumnya, begitu mendengar Kaisar Caspian berada di depan kamarnya. Perempuan itu menyembunyikannya di dalam laci meja yang kemungkinan tak akan dibuka oleh siapa pun kecuali dirinya sendiri. "Sial!" umpat Reinhart pads dirinya sendiri. Baru kali ini ia begitu gugup hanya dengan mendengar bahwa sang kaisar sedang berada di depan pintu kamarnya. Lagipula, apa yang dilakukan pria itu tengah malam begini? Apa catatan yang menyatakan bahwa ia kerap kali datang ke kamar permaisuri tiap tengah malam itu benar? 'Tapi aku bukan permaisuri,' bisik Reinhart dalam hati.Sedikit menyesal mengapa ia membayangkan pria itu tiba-tiba muncul di depannya ketika membaca buku catatan sang permaisuri.Sekarang begitu angan-angannya menjadi kenyataan, Reinhart justru ingin menghilang saja menjadi debu ataupun buih agar tak perlu bertemu kaisar. "Apa saya sudah boleh mengizinkan Ka
Reinhart mengutuk Caspian dalam hati akibat kesal atas perbuatan sang kaisar. Ia bahkan tak berusaha menutupi perasaannya pada pria itu. 'Kalau gitu untuk apa dia bertanya tentang pendapatku?' kutuk Reinhart dalam hati. Ia melirik sebal pada sang kaisar yang kini tengah duduk di kursi panjang sambil menyelonjorkan kaki. Apa pula maksud pertanyaan yang diajukan pria itu? Tentang apa yang bakal ia lakukan saat tak bisa tidur? Memang apa yang bakal dia lakukan jika Reinhart mengatakan apa yang ia kerjakan ketika tak bisa tidur? Seperti yang Reinhart bilang, mereka bukanlah dua orang yang saling mengenal akrab hingga harus tahu kebiasaan masing-masing. "Apa kau terganggu dengan keberadaanku?" tanya pria itu sambil menatap Reinhart dengan lekat. "Cih, menurut Yang Mulia? Mana ada orang yang tidak terganggu jika Anda menemuinya tengah malam?"Raut muka Caspian berubah tegang. Ada perasaan yang menggelitik dalam hatinya saat mendengar ucapan Reinhart. Namun, ia tetap berusaha terliha