Tubuh Reinhart gemetar. Ia ketakutan. Raut muka sang penyihir terlihat sangat serius. Bahkan mencekal tangan Reinhart dengan kuat hingga kini terasa sakit dan nyeri. "Sa-saya sama sekali tidak tahu apa maksud ucapan Anda, Tuan. Lepaskan!" rintih Reinhart ketika pria itu mengencangkan cengkeraman tangannya. "Aku akan lepaskan setelah kamu mengatakan, sihir apa yang sedang kamu gunakan sekarang!" desak pria itu semakin membuat Reinhart ketakutan. Memang apa yang ia lakukan hingga membuat pria itu menuduhnya menggunakan sihir? Reinhart bahkan tidak tahu jika dari dalam dirinya terdeteksi kekuatan magis seperti yang disebutkan sang penyihir. Satu-satunya sihir yang dimengerti oleh Reinhart adalah perbuatan sang Pengendali Waktu saat memindahkan jiwanya sebagai Kim Nara ke dunia antah berantah ini.Itu pun bukan dirinya yang menggunakan sihir tersebut. Melainkan sang Pengendali Waktu atau apa pun sosok itu menyebutnya. Bahkan setelah kejadian di tempat yang sama dan membuatnya berpind
Reinhart memutuskan kembali ke kamarnya ketika Iselt datang sambil membawakan teh dan beberapa piring kecil makanan ringan tak lama kemudian. Tubuhnya masih sedikit gemetar.Kemunculan sang penyihir dan pertanyaan yang cukup menekan, menyebabkan Reinhart masih sedikit gemetar ketakutan. Sesaat, Iselt hendak memprotes tindakan Reinhart yang sedikit di luar nalar. Pelayan itu sudah membawa teh dan camilan dari dapur melewati kamar sang tuan putri untuk sampai perpustakaan istana Kekaisaran Demir. Namun, Reinhart memintanya kembali ke kamar yang sudah ia lewati tadi sebelum sampai tempat ini. Meski begitu, Iselt menelan kembali kalimatnya saat melihat wajah Reinhart yang tampak terburu-buru. Wajah sang tuan putri bahkan terlihat pucat, hingga membuat Iselt tak banyak protes dan mengikuti tuannya. Barulah ketika sampai di kamar Reinhart, Iselt bertanya apa yang terjadi hingga menjadikan perempuan itu terlihat panik. "Apa terjadi sesuatu, Tuan Putri?" tanya Iselt tak sanggup membendun
Menjelang tengah malam, kegelisahan mulai mengusik ketenangan Kaisar Caspian. Pria itu berjalan mondar-mandir di kamarnya seperti malam-malam sebelumnya. Siksaan itu semakin terasa sejak perempuan yang mendampinginya tak lagi berada di samping sang kaisar.Caspian semakin tersiksa setiap kali melewati malam-malam panjang yang tak pernah berakhir. Bahkan satu botol anggur yang ia nikmati sampai tandas, sama sekali tak berhasil membuat pria itu memejamkan mata. Tok ... tok ... Ketukan dari luar mengalihkan perhatian sang kaisar. Tak lama kemudian, Rosemary muncul dari balik pintu dengan baju tidur yang sengaja dipertontonkan pada Caspian di balik mantel yang ia kenakan.Dengan senyuman genit menggoda, perempuan itu berlenggak-lenggok di hadapan Caspian, yang seketika membuang muka. "Apa yang kau lakukan di kamarku dengan pakaian seperti itu, Rose?"Padahal seharusnya, Rosemary berada di kediaman Duke Maxwell seperti yang ia perintahkan sebelumnya. Apa wanita itu mengabaikan perintah
Satu-satunya hal yang terpikirkan oleh Reinhart ialah menyembunyikan buku catatan bersampul emas milik sang permaisuri sebelumnya, begitu mendengar Kaisar Caspian berada di depan kamarnya. Perempuan itu menyembunyikannya di dalam laci meja yang kemungkinan tak akan dibuka oleh siapa pun kecuali dirinya sendiri. "Sial!" umpat Reinhart pads dirinya sendiri. Baru kali ini ia begitu gugup hanya dengan mendengar bahwa sang kaisar sedang berada di depan pintu kamarnya. Lagipula, apa yang dilakukan pria itu tengah malam begini? Apa catatan yang menyatakan bahwa ia kerap kali datang ke kamar permaisuri tiap tengah malam itu benar? 'Tapi aku bukan permaisuri,' bisik Reinhart dalam hati.Sedikit menyesal mengapa ia membayangkan pria itu tiba-tiba muncul di depannya ketika membaca buku catatan sang permaisuri.Sekarang begitu angan-angannya menjadi kenyataan, Reinhart justru ingin menghilang saja menjadi debu ataupun buih agar tak perlu bertemu kaisar. "Apa saya sudah boleh mengizinkan Ka
Reinhart mengutuk Caspian dalam hati akibat kesal atas perbuatan sang kaisar. Ia bahkan tak berusaha menutupi perasaannya pada pria itu. 'Kalau gitu untuk apa dia bertanya tentang pendapatku?' kutuk Reinhart dalam hati. Ia melirik sebal pada sang kaisar yang kini tengah duduk di kursi panjang sambil menyelonjorkan kaki. Apa pula maksud pertanyaan yang diajukan pria itu? Tentang apa yang bakal ia lakukan saat tak bisa tidur? Memang apa yang bakal dia lakukan jika Reinhart mengatakan apa yang ia kerjakan ketika tak bisa tidur? Seperti yang Reinhart bilang, mereka bukanlah dua orang yang saling mengenal akrab hingga harus tahu kebiasaan masing-masing. "Apa kau terganggu dengan keberadaanku?" tanya pria itu sambil menatap Reinhart dengan lekat. "Cih, menurut Yang Mulia? Mana ada orang yang tidak terganggu jika Anda menemuinya tengah malam?"Raut muka Caspian berubah tegang. Ada perasaan yang menggelitik dalam hatinya saat mendengar ucapan Reinhart. Namun, ia tetap berusaha terliha
Kabar perdebatan sengit antara Reinhart dan sang kaisar menyebar dengan cepat keesokan harinya. Termasuk di antara para bangsawan yang memiliki kedudukan penting di pemerintahan Kekaisaran Demir. Mereka saling berbisik dan melemparkan pertanyaan diam-diam ketika mendapati sang kaisar tak fokus pada pertemuan rutin yang diselenggarakan setiap bulan. 'Sial! Apa yang membuat perempuan itu bersikap begitu berani sekarang? Apa aku kurang menunjukkan ketegasanku sampai membuatnya berubah semena-mena?' bisik Caspian dalam hati Bahkan ketika jendral Michael melaporkan hasil investigasi di perbatasan Demir dengan sebuah kerajaan kecil di timur laut yang sempat terjadi pemberontakan oleh kaum bar-bar, hanya ditanggapi dengan anggukan tak antusias. Padahal, Marquess Michael yang juga menjadi kepala pasukan kekaisaran kepercayaan Caspian, tak pernah gagal membuat pria itu memperhatikannya setiap kali memberikan laporan.Itu karena laporan Jendral Michael berkaitan dengan wilayah kekuasaan Dem
Reinhart dikejutkan oleh kemunculan Duke Maxwell yang tiba-tiba. Biasanya pria tua itu selalu membuat janji lebih dulu sebelum menemui Reinhart. Berbeda dengan kali yang tiba-tiba datang ke kamarnya. Tak hanya itu, wajah Duke Maxwell terlihat pucat jika dibandingkan dengan biasanya. Ia pun terlihat gelisah dan tak seperti biasanya. Perempuan itu menangkap perubahan sikap Duke Maxwell dan memintanya untuk segera masuk ke dalam ruangan. "Apa yang terjadi, Tuan Maxwell?"Sebelum menjawab pertanyaan Reinhart, Duke Maxwell mengeluarkan sebuah benda dari dalam saku celananya. Reinhart bisa melihat jika Duke Maxwell menggenggam sebuah batu berwarna hijau serupa batu giok yang sering kali ia lihat di kehidupan sebelumnya. Ukurannya tidak lebih besar dari telur ayam. Namun, bukan hanya itu yang membuat Reinhart kagum sekaligus penasaran. Batu dalam genggaman Duke Maxwell mengeluarkan cahaya hijau kekuningan yang kemudian menyebar ke seluruh ruangan. "Ini akan membuat kita aman dan tak ad
Reinhart ingat betul, apa yang diucapkan oleh Duke Maxwell ketika pria tua itu datang ke ruangannya menjelang siang. Dengan tegas sang penasihat kekaisaran itu mengatakan bahwa Reinhart tak boleh berurusan dengan sang jenderal perang yang juga pemimpin para ksatria Demir. "Tak seperti yang terlihat, Tuan Putri. Kondisi politik Demir tak sebersih yang Anda ketahui. Ada faksi-faksi kaum bangsawan yang berusaha menjatuhkan, Kaisar Caspian."Duke Maxwell mengambil jeda sesaat sebelum kembali melanjutkan ucapannya. "Mungkin Tuan Putri, bisa menebak salah satu penyebabnya. Tapi, dari semua orang yang perlu diwaspadai, sang jenderal-lah orang pertama yang harus dihindari, Tuan Putri," imbuh pria tua itu dengan raut muka yang tak bisa diungkapkan. Urat syaraf Reinhart menegang ketika mendengar pengakuan Duke Maxwell. Ia tak menyangka, kondisi politik Kekaisaran Demir juga memiliki sisi kelam hingga ada faksi bangsawan yang ingin menjatuhkan kaisar. Meski itu hanya sebatas rumor yang bere