Makan malam berakhir dalam diam. Tak ada lagi percakapan sepanjang makan malam yang melibatkan ketiga orang tersebut. Kaisar Caspian buru-buru meninggalkan tempatnya begitu menghabiskan menu yang disajikan. Tanpa tertarik untuk bicara lebih lama dengan Rosemary ataupun Reinhart. Jangankan bicara, melirik pun tidak. Yang ia lakukan seakan tak lebih dari sekadar formalitas menyambut tamu saja. Tak lebih. Bahkan ia sama sekali tak peduli ketika Rosemary menghalanginya untuk pergi. "Urus urusanmu sendiri, Rose! Paman Maxwell atau pelayan lain akan membantumu!" tegas Caspian tanpa menunjukkan rasa pedulinya sedikit pun. "Tapi, aku masih mau berbincang denganmu, Ian.""Sayangnya aku tak punya waktu Rose. Selama berada di sini kamu bisa tinggal di Kastil Westminster," tegas Caspian sebelum benar-benar pergi. Tanpa sadar Reinhart kembali tersenyum. Melihat betapa menyedihkannya perempuan itu yang tak berhasil menggoda Kaisar Demir. Rosemary bahkan diminta untuk tinggal di kediaman Duke
Kaisar jatuh tertidur setelah melarang Reinhart pergi. Pria itu meringkuk seperti bayi yang tak sadarkan diri akibat pengaruh dari alkohol di pangkuan Reinhart. Perempuan itu pun tak tahu pasti, bagaimana bisa sang kaisar tiba-tiba meringkuk di pangkuannya begitu saja. Mereka sebelumnya masih saling bertatapan sebelum tiba-tiba tubuh pria itu tumbang. Selebihnya Reinhart tak mengerti bagaimana bisa sang kaisar berada di pangkuannya. "Temani aku malam ini." Itulah satu-satunya kalimat pendek yang diucapkan Caspian sebelum benar-benar terjatuh dalam pengaruh minuman memabukkan itu. Bahkan ketika dua orang ksatria memindahkan tubuhnya ke tempat tidur, ia sama sekali tak terbangun. Saat Duke Maxwell mengganti bajunya dengan pakaian yang lebih nyaman pun, Caspian sama sekali tak terusik. "Saya pamit, Tuan Putri. Biarkan Kaisar di sini malam ini," ucap Duke Maxwell sebelum pergi. Reinhart hendak menolak, tapi Maxwell lebih dulu memberikan ultimatum yang tak bisa dibantah. "Ini bisa
Tugas yang harus dihadapi Reinhart semakin berat. Perempuan itu tidak bisa tidur semalaman, tapi harus dipaksa bangun pukul delapan untuk mengikuti kelas Madame Marianna pada pukul sembilan. Padahal ia baru saja hendak memejamkan mata sebagai pengganti waktunya yang tersita semalaman. Akibat sang kaisar berada di kamarnya sampai menjelang pagi. Belum lagi segudang aktivitas yang mesti ia jalani, Reinhart harus menghadapi fakta lain jika dirinya harus berhadapan dengan Lady Rosemary. Perempuan itu sejak pagi sudah membuat ulah dengan tiba-tiba datang ke kamarnya tanpa permisi. Wajah perempuan terlihat sangat merah menahan marah ketika tahu Kaisar Caspian tidur bersama Reinhart semalaman. Setidaknya itulah yang disebarkan oleh para pelayan Istana Diamond Kekaisaran Demir. Meski pada faktanya mereka tak ubahnya dua orang yang saling bermusuhan ketika Kaisar Caspian berhasil terlepas dari mimpi buruk. Jika mengingat kejadian tadi malam, Reinhart kembali merasa kesal dan keinginan un
Kaisar Caspian tampak gusar di singgasananya. Beberapa jam lagi, utusan dari negara tetangga akan datang berkunjung. Mereka akan membicarakan tentang aliansi perdagangan yang selama ini terjalin. Namun, akibat perbincangan dengan Reinhart sebelum pria itu keluar dari kamar si perempuan membuatnya tak fokus sejak tadi. Benaknya dipenuhi pertanyaan, apa yang membuatnya pergi ke kamar perempuan itu? Hubungan mereka bahkan tak lebih dari dua orang asing yang bahkan tak saling menyapa satu sama lain. Kecuali jika mereka berpapasan dan perempuan itu memberikan salam. Ya, hanya sebatas itulah hubungan mereka terjalin. Lantas kenapa tiba-tiba ia bisa pergi ke kamar perempuan itu dalam keadaan mabuk? Bahkan sebelumnya ia sama sekali tak peduli pada perempuan itu. Kalau saja di malam pernikahannya para tetua tidak mendesaknya, ia juga tak memiliki keinginan untuk pergi menemui Reinhart. Itu yang selalu ditekankan Caspian pada dirinya sendiri. Tapi, apa-apaan kejadian tadi malam? Caspian
Reinhart tenggelam pada barisan kalimat dalam buku yang baru saja ia temukan. Semakin ia baca, semakin ia pahami bahwa buku yang tergeletak di atas lantai itu ialah milik sang permaisuri terdahulu. Ia bahkan tak bisa mengalihkan sedikit pun perhatian dari buku bersampul emas yang tampak sudah lusuh di tangannya. Reinhart terhanyut dalam setiap kalimat yang berubah serupa syair dalam tempurung kepalanya. Bahkan perempuan itu sama sekali tak menyadari saat Iselt memanggil namanya. Hingga gadis itu mulai panik dan mencari Reinhart ke seluruh penjuru ruangan. Bagaimanapun, Iselt tetap memendam rasa takut meski dirinya telah diberikan kesempatan setelah melakukan kesalahan.Dan, peristiwa yang sama hampir saja terulang kembali saat ia menyadari sang tuan putri tiba-tiba menghilang. Wajah Iselt baru terlihat lega ketika melihat Reinhart sedang bersimpuh di atas lantai sambil fokus membaca buku. "Tuan Putri!" seru pelayan muda itu sambil menjatuhkan diri di samping Reinhart dengan wajah
Tubuh Reinhart gemetar. Ia ketakutan. Raut muka sang penyihir terlihat sangat serius. Bahkan mencekal tangan Reinhart dengan kuat hingga kini terasa sakit dan nyeri. "Sa-saya sama sekali tidak tahu apa maksud ucapan Anda, Tuan. Lepaskan!" rintih Reinhart ketika pria itu mengencangkan cengkeraman tangannya. "Aku akan lepaskan setelah kamu mengatakan, sihir apa yang sedang kamu gunakan sekarang!" desak pria itu semakin membuat Reinhart ketakutan. Memang apa yang ia lakukan hingga membuat pria itu menuduhnya menggunakan sihir? Reinhart bahkan tidak tahu jika dari dalam dirinya terdeteksi kekuatan magis seperti yang disebutkan sang penyihir. Satu-satunya sihir yang dimengerti oleh Reinhart adalah perbuatan sang Pengendali Waktu saat memindahkan jiwanya sebagai Kim Nara ke dunia antah berantah ini.Itu pun bukan dirinya yang menggunakan sihir tersebut. Melainkan sang Pengendali Waktu atau apa pun sosok itu menyebutnya. Bahkan setelah kejadian di tempat yang sama dan membuatnya berpind
Reinhart memutuskan kembali ke kamarnya ketika Iselt datang sambil membawakan teh dan beberapa piring kecil makanan ringan tak lama kemudian. Tubuhnya masih sedikit gemetar.Kemunculan sang penyihir dan pertanyaan yang cukup menekan, menyebabkan Reinhart masih sedikit gemetar ketakutan. Sesaat, Iselt hendak memprotes tindakan Reinhart yang sedikit di luar nalar. Pelayan itu sudah membawa teh dan camilan dari dapur melewati kamar sang tuan putri untuk sampai perpustakaan istana Kekaisaran Demir. Namun, Reinhart memintanya kembali ke kamar yang sudah ia lewati tadi sebelum sampai tempat ini. Meski begitu, Iselt menelan kembali kalimatnya saat melihat wajah Reinhart yang tampak terburu-buru. Wajah sang tuan putri bahkan terlihat pucat, hingga membuat Iselt tak banyak protes dan mengikuti tuannya. Barulah ketika sampai di kamar Reinhart, Iselt bertanya apa yang terjadi hingga menjadikan perempuan itu terlihat panik. "Apa terjadi sesuatu, Tuan Putri?" tanya Iselt tak sanggup membendun
Menjelang tengah malam, kegelisahan mulai mengusik ketenangan Kaisar Caspian. Pria itu berjalan mondar-mandir di kamarnya seperti malam-malam sebelumnya. Siksaan itu semakin terasa sejak perempuan yang mendampinginya tak lagi berada di samping sang kaisar.Caspian semakin tersiksa setiap kali melewati malam-malam panjang yang tak pernah berakhir. Bahkan satu botol anggur yang ia nikmati sampai tandas, sama sekali tak berhasil membuat pria itu memejamkan mata. Tok ... tok ... Ketukan dari luar mengalihkan perhatian sang kaisar. Tak lama kemudian, Rosemary muncul dari balik pintu dengan baju tidur yang sengaja dipertontonkan pada Caspian di balik mantel yang ia kenakan.Dengan senyuman genit menggoda, perempuan itu berlenggak-lenggok di hadapan Caspian, yang seketika membuang muka. "Apa yang kau lakukan di kamarku dengan pakaian seperti itu, Rose?"Padahal seharusnya, Rosemary berada di kediaman Duke Maxwell seperti yang ia perintahkan sebelumnya. Apa wanita itu mengabaikan perintah