"Apa yang membuat Anda bimbang, Yang Mulia?" Suara Duke Maxwell kembali membuyarkan lamunan pria itu. Ia menoleh ke arah sang penasihat kekaisaran dan menatap pria tua itu dengan sorot penuh keragu-raguan. "Aku tidak tahu, Paman. Ini seperti bukan diriku.""Apa Anda mulai tertarik dengan, Putri Reinhart?" Pelan-pelan, Duke Maxwell mengajukan pertanyaan tersebut. Caspian tak langsung memberikan jawaban, tapi tampak dari raut wajahnya jika ia sedang berpikir. Keragu-raguan di muka pria itu semakin jelas terlihat. "Bukan hal memalukan jika Anda memang tertarik dengan Putri Reinhart, Yang Mulia," ungkap Duke Maxwell menunjukkan kepeduliannya pada sang kaisar. "Apa dia akan menerimaku, Paman? Jika tahu bahwa aku penuh dosa."Giliran Duke Maxwell yang terkejut dengan pengakuan pria muda yang sudah ia asuh sejak masih balita itu. Duke Maxwell sangat mengenal Caspian. Sejak kaisar sebelumnya, ia sudah menduduki posisi penting di kekaisaran mendampingi Kaisar Demir IV. Bahkan ia yang me
Reinhart menelan ludah dengan susah payah. Ia bahkan kesulitan untuk bernapas dengan benar. Jarak antara dirinya dengan Kaisar Caspian begitu dekat. Hingga masing-masing bisa merasakan embusan napas mereka yang hangat. Menjadikan suasana di antara keduanya terasa ambigu bagi orang yang melihat. Pria itu bahkan tak juga menarik tangannya yang terulur sejak beberapa saat lalu. Sementara, pupil mata Reinhart membesar untuk sesaat ketika Caspian menyatakan bahwa ia akan menjadi partner latihan berdansanya. Tentu saja Reinhart tak siap. Semua yang serba mendadak menjadikan perempuan itu tak tahu harus bagaimana memberikan tanggapan. Bahkan untuk sekadar menyambut uluran tangan Caspian. Terlebih perasaannya tengah nyaman terhadap pria yang kini masih berdiri di depannya. "Kamu menolak ajakanku, Lady?" tanya Caspian ketika Reinhart tak juga menyambut uluran tangannya. Perempuan itu terkejut. Cepat-cepat ia membentangkan gaunnya dan membungkuk di hadapan sang kaisar. Lantas menyambut
Julius Randle muncul di waktu yang tak tepat. Pria itu tiba-tiba saja membuyarkan suasana hangat yang tercipta antara sang kaisar dan Reinhart. Keduanya dengan cepat menjaga jarak dan tampak canggung ketika sang penyihir tiba-tiba muncul entah dari mana. Sepasang matanya menyorot tajam dengan tatapan curiga. "Apa yang kalian lakukan?" tanya pria itu dengan nada dingin saat menyadari raut muka kaisar yang memerah. Begitu juga dengan Reinhart yang terlihat salah tingkah. Perempuan itu bahkan menunjukkan raut muka gelisah. "Apa kau melakukan hal buruk padanya?" sentak Julius pada sang kaisar. "Tidak ada. Apa aku terlihat sedang melakukan hal buruk padanya?""Justru kau yang perlu dipertanyakan. Apa yang kau lakukan lakukan dengan tiba-tiba muncul di sini? Bukankah seharusnya kau muncul sebagaimana manusia pada umumnya?" Kaisar Caspian mengalihkan perhatian agar Julius tak lagi curiga padanya. Namun, pria itu tetap menyorot wajah sang kaisar dengan tatapan tajam. "Kau pikir aku bi
Reinhart masih tak juga menyambut uluran tangan Julius Randle. Perempuan itu tampak ragu-ragu. Ada kegamangan di wajahnya yang tak sanggup ia sembunyikan dengan benar. Meskipun Julius mengatakan bahwa pria itu akan membawanya ke laboratorium miliknya, tapi ia tak sepenuhnya tahu apa yang sedang direncanakan pria itu. Apakah keputusannya benar jika ia mengikuti sang penyihir yang tak tahu akan membawanya ke mana? Bagaimana jika sesuatu yang buruk menimpa perempuan itu dan membuatnya celaka? Siapa yang bisa dimintai pertolongan? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berkecamuk dalam benak Reinhart hingga membuatnya kian ragu-ragu. Menjadi alasan kuat bagi Reinhart untuk mengabaikan uluran tangan sang penyihir. "Apa yang kau pikirkan, Lady? Apa kau beranggapan bahwa aku akan melukaimu atau semacamnya?" tanya Julius ketika melihat keraguan di wajah si perempuan. Pria itu kembali mengajukan pertanyaan yang sebelumnya sudah pernah diajukan kepada Reinhart. Sementara perempuan itu tersentak
Jantung Reinhart berdegup kencang ketika hendak melewati gerbang sihir bersama Julius. Wajahnya tampak pucat saat hendak melangkah mendekati gerbang sihir. Ungkapan sang penyihir yang mengatakan bahwa melintasi gerbang sihir dapat menimbulkan efek samping membuatnya ragu untuk melangkah. Namun, ia tak bisa tetap berdiri di tempat sementara Julius Randle sudah berjalan lebih dulu. Kini pria itu berada tepat di depan gerbang sihir yang memendarkan warna biru keunguan sedikit berpadu dengan oranye. Gerbang yang menjulang tinggi hampir menyentuh langit-langit ruangan itu, menimbulkan efek seperti asap yang sebelumnya tak pernah Reinhart bayangkan. Jika ada pemandangan menakjubkan yang tak pernah ia lihat sebelumnya. "Bagaimana Lady, sebelum melintasi gerbang, apa kau berniat berubah pikiran? Aku bisa mengganti gerbang sihir ini dengan ....""Tidak, tidak perlu, Tuan." Reinhart menjawab cepat. Sebenarnya, ia bersikeras menolak ta
Setelah merasa lebih baik, Reinhart bangkit dari posisinya berbaring di tempat tidur. Pusing yang mendera kepalanya masih tersisa. Beberapa waktu lalu, Julius Randle membawanya ke ruangan ini dan meminta Reinhart untuk lebih dulu beristirahat. Ia tak tahu apa sebabnya. Tapi, reaksi yang timbul seakan bukan berasal dari dirinya. Ada energi lain dalam diri perempuan itu yang menunjukkan kekuatan dan memperlihatkan padanya potongan-potongan kenangan yang bukan miliknya. Melainkan pemilik tubuh sebelumnya. "Apa yang terjadi, Lady?" tanya Julius Randle beberapa saat lalu sebelum membawa sang istri Kaisar Demir ke ruangan tersebut. "Kepala saya, terasa semakin pusing, Tuan.""Istirahatlah lebih dulu, Lady. Aku akan menunjukkan sesuatu padamu setelah merasa lebih baik.""Tapi ...." Reinhart hendak menyangkal sebab ia ingin urusan mereka cepat selesai dan kembali ke istana. "Kondisimu lebih penting, Lady!" tegas Julius membuat Reinhart tak hendak membantah lagi untuk kedua kali. Ia menu
Pertanyaan Reinhart membuat sang kaisar membeku seketika. Meski ia menangkap maksud ucapan Reinhart, tapi sang kaisar justru memikirkan jawaban lain atas pertanyaan perempuan itu. Bukannya fokus pada masa kini, ia justru memikirkan situasi lain yang sebelum-sebelumnya tak pernah dipikirkan dengan serius. Hingga tiba-tiba pertanyaan tersebut, terucap dari bibir perempuan yang kini duduk di hadapannya dengan sepasang mata menyorot tajam. Sejak awal, Caspian sudah menduga jika perempuan itu pasti telah mengetahui keberadaannya akan berakhir tragis jika tetap berada di Kekaisaran Demir. Sebagaimana para perempuan yang lebih dulu dikirim ke alam baka atas perintah darinya. Dari awal, Reinhart sudah mendapatkan kekuatan dari Duke Maxwell serta Duchess Marianna. Mereka tak mungkin diam saja tanpa memberikan Reinhart peringatan. Terlebih setelah perbuatan-perbuatan brutal yang dilakukan Caspian. Pria itu mengabaikan semua nasihat yang diberikan oleh sang paman sekaligus menjabat sebagai
Perempuan itu melamun menatap rangkaian pegunungan yang menjulang di kejauhan. Ia baru saja menyelesaikan makan malam bersama kedua pria lainnya setelah perdebatan panjang di antara mereka. Percakapan meraka masih melekat dalam benak perempuan itu. Termasuk bagaimana salah satu di antara kedua pria tersebut mengatakan bahwa dirinya adalah seorang penyihir. Reinhart masih tak menduga. Bukankah dirinya orang lain yang terperangkap dalam tubuh perempuan yang kini ia tempati? Harusnya, jiwa yang berada dalam tubuh perempuan itu pun berganti dengannya bukan? Tapi, mengapa Julius Randle bisa mengatakan bahwa ia penyihir? Pernyataan Julius tak hanya membuat Reinhart heran, tapi juga gelisah di waktu yang bersamaan. 'Ini tidak masuk akal!' bisik Reinhart dalam benaknya. Bukankah seharusnya ia tetaplah Kim Nara? Hanya penampilannya saja yang berubah karena dirinya terjebak dalam tubuh perempuan bernama Reinhart ini. Jika sudah begini, satu-satunya orang yang bisa menjawab hanyalah sang