...
"Daver suka sama lo kayaknya, Ra." Fara menatap Anara dengan matanya yang sedikit bengkak. "Kalau dia nembak lo, terima aja, ya. Gak usah pikirin gue."
"Gue cerita kayak gini karena gue bener-bener gak tau ke siapa gue bisa numpahin rasa sedih gue," tambah Fara memperjelas. "Gue terima aja kalau nantinya lo sama Daver. Di saat itu pasti gue udah lupain dia, kok."
Anara memukul pelan tangan Fara. "Ngaco, lo. Ngomongnya udah kayak gue sama Daver mau nikah aja. Lagian dia juga gak suka sama gue, Fara. Entah kayak apa lah cewek yang dia suka."
Fara menatap Anara sendu.
"Huhu. Wajar gak, sih, gue nangis kayak gini?" Fara melihat Ander. "Kok, gue ngerasa alay b
***Beberapa tahun lalu, Daver adalah bagian Fightcamp, tempat berlatih kickboxing yang amat sangat populer dan mahal di Jakarta. Atas satu dan lain hal, ia keluar dan terbiasa.Kehadiran Gema waktu itu membuat dirinya jadi berurusan dengan Fightcamplagi. Mau tidak mau, sekarang ia jadi keterusan. Akhirnya, sekarang Daver memutuskan untuk ke Fightcampdan menemui teman-teman lamanya."Widih, si Bos!" sapa Bima mendekati Daver yang masuk. Ia memeluk Daver sebentar, lalu melepaskannya.Daver menggeleng dan tertawa pelan. "Bos apaan sih?""Jadi sering ke sini, nih. Ayolah,comebacksekalian." Bima menepuk punggung Daver keras.
"You can't resist when God said, "This is your destiny." But you can pray that something great will come after."-Giselle Natasya***Malam ini, Anara berada di rumah Giselle. Baru pertama kali Anara melihat wajah perempuan itu secara langsung. Anara saja sebagai cewek bisa kagum sendiri saat berhadapan dengannya.Benar-benar cantik. Alis tebal dan bulu matanya yang lentik membuat wajah cewek itu tegas. Namun, saat sudah mendengar suaranya, Anara percaya Giselle adalah perempuan yang lemah lembut."Haiiiii!" sapa Giselle riang. Ia berjalan mendekati Daver dan Anara yang juga berjalan masuk ke ruang tengah.
***Selesai acara makan malam, Daver dan Anara memutuskan untuk langsung pulang. Daver juga takut kalau membawa Anara pulang terlalu malam. Nanti gadis itu bisa kena marah oleh orang tua-nya."Kapan-kapan main lagi, ya, Anara," ucap Giselle sambil menggendong Grace.Anara mengangguk dan tersenyum. "Oke, Kak. Makasih, ya, makan malamnya."Giselle membalas senyuman Anara dan mengangguk, sedangkan anak yang digendongnya itu melambaikan tangan."Da-daaa!" Grace berseri-seri.Anara ikut melambaikan tangan."Bye, sayang." Daver mencium pipi Grace. Lalu, ia beralih mencium kening Giselle. "Aku pulang, ya. Kalo ada
...Anara kira cuma ia saja yang punya masalah berat dalam hidup ini. Ternyata setiap orang benar-benar punya masalah sendiri di dalam hidup mereka masing-masing.Daver memilih untuk duduk begitu saja di alasrooftop.Karena itu, Anara ikut duduk di sebelahnya."Iya, mereka juga kangen," ucap Anara tersenyum. "Mereka pasti kangen sama anaknya yang super bandel ini."Daver tersenyum remeh. Ia menggelengkan kepala berulang kali. "Gak mungkin.""Pasti lah!" ucap Anara meyakinkan.Daver diam. Ia menarik napas panjang dan mengembuskannya panjang pula. Dengan pelan, kepalanya mengangguk kecil. Ia membalas pasrah, "Ya, pasti."
"We don't need boys. Boys need us."-Fara Anara Elena***boys need us (3)Elena RunabelGirls yuhuuuuuFara MariaApaAnara Emileyapaancptan gue mau mandi nihElena RunabelIdih baru mandi lo raAnara Emileywkwkwk gaush sok rajin lo taeElena RunabelW
...."Siapa, nih?" tanya Ander berbisik, tapi Daver malah menggelengkan kepala.Daver berbicara samar-samar, "Gue juga gak kenal. Udah lo ngomong aja.""Halo?""Eh, iya, halo! Ini bukan Daver, ini temennya," jawab Ander sekenanya. Ia tidak lupa menyalakanspeakerponsel. "Daver lagi.."Ander memberi jeda sebentar. Jeda itu dipergunakannya untuk bertanya pada Daver dengan bahasa wajah."Mandi," ucap Daver pada Ander dengan suara sekecil mungkin."Lagi mandi," ucap Ander pada Letta. "Btw, dapet nomor Daver dari mana?
...Gantara mengangkat alisnya, terkejut. Ia tidak menyangka Daver akan dengan cepat memutuskan untuk menerima tawaran berat ini. Dari hati yang paling dalam, Gantara betulan senang."Benar?""Tapi itu semua masih lama, Pa. Aku aja belum lulus sekolah." Daver terkekeh. "Ke depannya, aku tetep butuh bimbingan dari Papa."Gantara mengangguk, lalu tertawa pelan. Ia senang memiliki anak laki-laki seperti Daver yang penurut dan dewasa. Bahkan Gantara bingung mengapa mantan istrinya lebih menyayangi dirinya ketimbang Daver."Oh, iya. Ngomong-ngomong anak Papa ini udah punya pacar belum?"Yang tadinya sedang mema
"I hate it when i have to remember my first aim."-Barbara Letta***Senin, 09.30 WIB."Hai! Ini temen-temennya Elena, kan? Gue bolehjoin?" ucap perempuan yang bernama panjang Barbara Letta itu.Dari nada bicaranya, Anara dan Fara dapat menangkap bahwa Letta adalah orang yang dapat dengan mudah menciptakan keakraban. Perempuan itu juga terlihat ramah sekali."Boleh," jawab Fara datar ketika para sahabatnya justru diam memperhatikan Letta.Anara memberi perhatiannya pada cowok-