Mia mengingat kejadian dimana Sang Raja Langit melemparkan pedang. Mia tidak melihat ada secarik kertas yang sengaja diselipkan di meguki. Ia menggeleng tidak tahu kalau di situ ada secarik kertas. "Ada secarik kertas sengaja diselipkan di mekugi. Mekugi adalah lubang tempat pasak yang mengunci bilah pisau dengan gagang. Di kertas itu ada sebuah mantra harus dihafalkan oleh beberapa naga. Gunanya mantra itu agar kami tidak kelihatan dengan mata telanjang di hadapan Sani," jelas Cheng. "Apakah itu benar?" tanya Mia. "Ya itu benar. Kami memang sengaja diberi mantra itu agar tidak terlihat. Jika kami terlihat, Sani bisa memburu kami. Semakin lama Sani bisa melihat kita ketika giok ungu dan kekuatan guci yang diberikan oleh Raja Ming bersatu. Ini akan menjadi ancaman buat kita semuanya," jawab Cheng. Mereka mengusap wajahnya dengan kasar. Seandainya Sani dapat melihat para naga bisa dipastikan keturunan Torres akan terancam. Sebab mereka adalah perisai utamanya. Cheng melihat matahar
Seorang pria yang memakai jubah hitam dan membawa tongkat iblis itu mendekati mereka. Pria itu tidak menyukai kedatangan manusia. Amarahnya mulai meletup seakan ingin menghabisi para manusia itu. Ia ingin mengusir para manusia itu untuk tidak menginjakkan kakinya di istana. "Kami mau bertemu dengan Dark Grid," jawab Cheng. "Ada perlu apa kalian bertemu dengan raja kami?" Pria itu mulai mencium aroma dari cahaya bulan. Seketika tubuh pria itu melepuh. Nafasnya mulai sesak dan jantungnya mulai melambat. Pria berjubah itu langsung jatuh dan lenyap seketika. "Dia kenapa?" tanya Davey. "Dia sudah menghilang. Dia sudah kembali lagi ke asalmya. Yaitu menjadi api. Yang dimana api itu akan bersemayam di neraka dengan abadi." Cheng masuk dan merapalkan mantra secara berulang. Cahaya bulan itu mulai bersinar dengan terang. Para pasukan iblis langsung menutup matanya sambil merasakan tubuhnya kesakitan. Mereka serempak menjerit dan mengusir Cheng. Namun Cheng tetap saja masuk ke dalam dan m
Dark Grid semakin geram dengan mereka. Matanya membesar seperti bola kastil. Ia sengaja memamerkan gigi runcingnya itu supaya menakuti Luna. Luna malah bingung dengan wajah Dark Grid. Luna menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Kok wajah iblis ini tidak menakutkan sama sekali. Aku malah melihatnya lucu dan menggemaskan!" Luna sengaja mengejeknya. Dark Grid mengeluarkan amarahnya. Tubuhnya mengeluarkan api hitam dan mulai membakar ruangan tersebut. Ia tertawa terbahak-bahak langsung menarik tubuh Luna. Melihat Luna ditarik dan ingin dimakan, Davey mengambil pedang itu. Untungnya pedang itu masih berada di tangan Luna. Tanpa pikir panjang Davey mengingat letak jantung sang iblis. Lalu Davey memegang pedang itu dengan kedua tangannya. Ia berteriak aas nama cintanya untuk Luna. Davey akan menghabisi Dark Grid. Dengan cepat Davey menancapkan pedang itu tepat ke jantungnya. Seketika Dark Grid berteriak dan memegang pedang itu. Sekujur tubuhnya mulai merasakan kepanasan. Ia merintih kes
'Pasti kalian ingin mengaitkan masalah ini dengan Sani?" Cheng dapat menebak pikiran mereka.Mereka menganggukkan kepalanya. Mereka ingin tahu bagaimana keadaan Sani. Sudah hampir dua minggu mereka meninggalkan bumi ini. Demi mencari sesuatu di istana raja langit. "Wanita tua itu baik-baik saja. Dia memang tidak bisa dikalahkan sama sekali. Namun dirinya lupa kalau masih memiliki Torres Group," celetuk Cheng. Mereka bingung dengan jawaban Cheng. Bagaimana bisa Sani lupa dengan Torres Group? Cheng diam-diam sengaja memberikan clue agar mereka berpikir. "Atau jangan-jangan dia sedang berakting untuk melupakan semuanya?" Davey mengutarakan pandangan matanya. "Paham kan apa yang aku maksud? Tandanya kalian harus bersiap-siap menghadapi Sani." Cheng memutuskan menghilang dari pandangan mereka. Mereka bisa bernafas lega. Satu masalah sudah selesai. Hanya saja masalah Sani yang belum selesai dari kemarin. Tiba-tiba saja mereka teringat dengan kantornya. Bagaimana kabarnya tentang kantor
"Ceritaknlah ayah," rayu Mia menatap tajam ke arah Dave. Dave langsung menelan salivanya dengan susah payah. Ia merasakan ada sesuatu di dalam diri Mia. Sekujur tubuhnya mulai merasakan keringat bercucuran. Dave seakan-akan mendapatkan hukuman. "Apa benar pihak keuangan telah mengirimkan uang sebesar lima puluh juta rupiah ke rekening Sani?" Mia tersenyum konyol namun memiliki maksud tersembunyi. "Waduh," celetuk Dave. "Uang lima puluh juta rupiah itu enggak sedikit ayah. Uang itu adalah uang jajan kami selama lima bulan. Lima bulan saja belum tentu habis." Dave menggerutu dan memanyunkan mulutnya. Dave sudah tidak bisa menutupi masalah ini lagi. Ia menganggukkan kepalanya dan pasrah. Mereka akhirnya saling memandang satu sama lain. Hingga mereka tersenyum smirk. "Mia, kamu tahukan apa maksudku?" Luna memberikan sebuah kode. Dave tahu kalau pertanyaan Luna itu adalah sebuah kode. Yang dimana kode itu seakan membuat orang sekitarnya bergidik ngeri. Mia langsung menghilang dari r
"5G baru keluar, kok kalian sudah memakai 10G?" tanya Dave. Rio dan Darius bingung dengan teknologi yang dipakai sama kedua gadis itu. Padahal jaringan sekarang baru memakai 5G. Mereka bingung apa yang ada di dalam otak kedua gadis itu."Apa yang kamu temukan?" tanya Davey. "Bukan mereka berdua yang memberikan uang itu." Mia menunjuk kedua pria itu. "Lalu siapa?" tanya Dave. "Nominalnya tidak lima puluh juta. Melainkan lima ratus juta." Mia menjawab sambil melihat Rio dan Darius. Kedua pria itu menelan salivanya susah payah. Mereka tidak merasa kalau kehilangan uang sebanyak lima ratus juta. Mereka bilang ke Dave kalau sudah kehilangan lima puluh juta. "Sebentar... sebentar... aku bilang ke ayah kalau perusahaan kita kehilangan uang lima puluh juta rupiah. Tapi kenapa kamu bilang lima ratus juta?" tanya Rio penasaran. Mia membalikkan layar laptop itu ke arah mereka. Mereka melihat data uang yang sudah dicuri. Mata mereka membola sempurna. Bagaimana bisa mereka kehilangan uang s
"Maksud kamu apa?" Dave mengambil kertas dan merobeknya sedikit demi sedikit."Apakah Ayah masih ingat tentang kasus cabang Tokyo sedang ada masalah?" tanya Luna balik.Beberapa bulan yang lalu cabang Tokyo mengalami kendala keuangan. Luna dan Mia segera memeriksa cabang Tokyo melalui online. Namun Dave melarangnya. Karena Dave sudah mengirim orang pergi kesana. Kedua gadis itu memilih mengalah. Mereka tidak ingin mempermasalahkan cabang Tokyo. Mereka memutuskan fokus merawat Davey. "Sepertinya yang kita alami di Tokyo itu adalah kasus biasa," ucap Dave. "Ayah bilang itu hanya kasus biasa ya? Sesungguhnya kami berdua ingin menyelidikinya satu. Saat orang itu datang masalah selesai dalam waktu sejam. Apakah ayah merasakan ada sesuatu yang ganjil dalam masalah itu?" Mia mengutarakan isi hatinya. "Ayah bilang hanya kasus biasa. Ayah tidak ingin melanjutkan kasus itu. Hanya sebuah masalah kecil saja," jawab Dave. "Tidak ayah. Ayah nggak tahu apa yang terjadi. Kalau firasatku sih ada
"Aku sudah mempersiapkan semuanya." Mia melemparkan jaketnya ke arah Luna. "Kalian mau kemana?" tanya Panos. "Kita akan berkeliling Jakarta hingga pagi. Kamu tahu kan kalau Sani menambah anak buahnya dan mempersempit pergerakan kita. Kita di sini memiliki hak hidup dengan nyaman tanpa harus tersakiti seperti ini. Apapun yang kita lakukan saat ini mesti tahu." Luna menceritakan setengah idenya. Panos terkejut dengan cerita Luna. Ia sering merasakan hal yang sama. Saat kencan atau pergi kemanapun rasanya tidak nyaman. Rasanya ingin menangis. "Ya aku merasakannya. Lama-lama seluruh kota di dunia ini akan dipenuhi oleh anak buahnya Sani," keluh Panos. "Dari mana nenek tua itu bisa membayar orang sebanyak itu? Nggak mungkin seluruh dunia dipenuhi anak buahnya Sani. Sani itu licik tapi bodoh." Luna memperhitungkan Sani. "Kalau kita ingat-ingat." Davey sengaja menggantungkan omongannya lalu teringat akan uang setengah miliar yang hilang dari perusahaan. "Kenapa kamu menggantungkan omo