"Aku sudah mempersiapkan semuanya." Mia melemparkan jaketnya ke arah Luna. "Kalian mau kemana?" tanya Panos. "Kita akan berkeliling Jakarta hingga pagi. Kamu tahu kan kalau Sani menambah anak buahnya dan mempersempit pergerakan kita. Kita di sini memiliki hak hidup dengan nyaman tanpa harus tersakiti seperti ini. Apapun yang kita lakukan saat ini mesti tahu." Luna menceritakan setengah idenya. Panos terkejut dengan cerita Luna. Ia sering merasakan hal yang sama. Saat kencan atau pergi kemanapun rasanya tidak nyaman. Rasanya ingin menangis. "Ya aku merasakannya. Lama-lama seluruh kota di dunia ini akan dipenuhi oleh anak buahnya Sani," keluh Panos. "Dari mana nenek tua itu bisa membayar orang sebanyak itu? Nggak mungkin seluruh dunia dipenuhi anak buahnya Sani. Sani itu licik tapi bodoh." Luna memperhitungkan Sani. "Kalau kita ingat-ingat." Davey sengaja menggantungkan omongannya lalu teringat akan uang setengah miliar yang hilang dari perusahaan. "Kenapa kamu menggantungkan omo
"Yakinlah. Ibu juga ikut dengan kalian. Ibu ingin tahu alasan mereka ingin menjadi pengikut Sani," jawab Alina. Mereka memandang satu sama lain. Davey memutuskan menyudahi olahraga pagi ini dan kembali ke kamar. Luna dan Mia sengaja mengajak Alina duduk bersama. "Lebih baik kita rekrut saja menjadi karyawan di pabrik. Rencana Ayah ingin membuka pabrik baru di daerah Kalimantan dan Sulawesi. Kita membutuhkan banyak orang. Kasihan mereka yang tidak memiliki pekerjaan tetap." Luna memberikan sebuah opsi. "Itu ide bagus. Hampir setiap hari pabrik pesawat jet meminta komponen. Ayahmu sengaja membukanya demi mengurangi ketelatan barang. Setiap hari aku selalu mengejar mereka agar menyediakan barang banyak. Aku sudah menyuruh mereka lembur. Tapi ya kasihan juga kalau mereka disuruh lembur terus-terusan. Tidak ada istirahatnya sama sekali," jelas Alina. "Atau enggak gini aja, sebagian dari mereka bekerja di malam hari. Karyawan tetap masuk seperti biasanya. Atau kita mengangkat mereka seb
"Kita bisa memfasilitasi keluarga mereka datang. Aku yakin semuanya bukan karena keinginan mereka. Mereka dipaksa demi memuaskan ambisi Sani," jawab Davey. Mereka setuju dan membiarkan Davey melakukannya. Terbersit dalam hati, para tahanan itu sangat kasihan. Mereka rindu rumah dan keluarganya. Menurut cerita mereka, mereka dipaksa Sani melakukan hal-hal kejahatan. Alina bersama Dave berkoordinasi dengan pihak aparat agar mereka bisa bertemu dengan keluarganya. Luna bersama Mia memutuskan pulang terlebih dahulu. Sedangkan Davey masih ikut dengan kedua orang tuanya. "Bagaimana menurut kakak hari ini?" Mia memainkan ponselnya."Ternyata mereka tidak jahat. Tapi mereka sengaja dijadikan boneka untuk menjebak kita. Nggak habis pikir dengan pola pikir Sani. Bisa-bisanya Sani mengambil mereka dan memisahkannya dari keluarga." Luna menarik nafasnya dan membuangnya dengan pelan. "Apakah uang itu akan masuk ke dalam kantong para anak buah Sani?" tanya Mia yang menghempaskan tubuhnya di ran
Pria itu menoleh ke belakang. Ia menatap Sani dan berkata, "Maaf nyonya, saya mengundurkan diri dari pekerjaan ini."Emosi seni mulai mendidih. Ia tidak terima kalau pria itu mengundurkan diri. Sani mendekatinya dan membentak, "Enak saja kamu mengundurkan diri! Kamu akan meraskan akibatnya!" Pria itu tersenyum sinis. Ia tidak gentar mendapat ancaman Sani. Saat bertemu dengan Luna dan Mia, pria itu sadar. Pria itu menangis sesenggukan mengingat keluarganya. "Maaf nyonya! Kamu bukan Tuhan yang seenaknya membuat orang tunduk kepadamu! Aku pastikan nyonya akan sadar dari ambisi yang membelenggu! Gara-gara nyonya aku telah kehilangan anak perempuan!" Pria berteriak dengan suara meninggi. Sani hanya tertawa mengejek. Ia tidak peduli dengan ucapan pria itu. Kehilangan seseorang buat dirinya sudah biasa. Sani malah tidak memperdulikannya. Pria itu memilih pergi. Ia tidak perduli lagi dengan Sani. Yang ada dalam pikirannya adalah bagaimana bisa lepas dari belenggu Sani. Sani sangat marah.
Pukulan bertubi-tubi mendarat langsung ke tubuh Davey. Ia langsung memilih kabur dengan wajah berantakan. Ia kembali lagi ke kamar dengan berlari. Namun ia malah jatuh terjungkal karena kaki Bao. "Argh!" Terdengar jelas teriakan Davey hingga ke kamar Luna. Kedua gadis itu terkejut dan segera berlari keluar. Ia melihat jelas kalau Davey sedang memegang tangannya. Lalu Mia melihat Bao sedang tersenyum konyol. "Maaf," ucap Bao. "Kamu apakan dia?" tanya Mia. "Aku tadi bermain mobil-mobilan. Lalu dia tidak sengaja menabrakku. Kata ayah kaau ada yang menabrakku tanpa permisi. aku harus menjadi sebuah batu," jawab Bao. Luna menatap Bao dengan tatapan sulit diartikan. Namun ia tidak dapat marah karena Bao mulai memasang wajah polosnya. Luna langsung jatuh cinta dan mengajak Bao masuk ke dalam kamar. Sedangkan Mia menyusul Luna. Ia juga ingin bermain dengan Bao. Jujur meski anak naga, Bao memang sangat menggemaskan. Bagaimana Davey? Davey memilih bangun dan meninggalkan area itu. Untung
"Ya itu benar. Kamu adalah ibuku," jawab Lulu tersenyum manis. Seperti halnya anak kecil, Lulu langsung memeluk kaki Mia. Ia tidak ingin melepaskan Mia walau sedetikpun. Davey hanya terkekeh melihat Mia bingung. Ia tidak menyangka kalau Mia benar-benar menunjukkan ekspresi wajah lucu. "Aku sekarang memiliki ibu." Lulu teriak kegirangan. Mia dengan tulus menerima Lulu. Gadis kecil itu kegirangan seakan mendapatkan reward lebih. Ia menari kesana kemari dan membuat para penghuni di kamar tertawa. "Kak Panos, Kak Darius dan Kak Rio sudah berada dibawah. Kita akan berangkat ke Tokyo sore ini juga," ucap Luna. "Ayah, bolehka aku ikut dengan ibu?" Bao menatap wajah Luna. "Kita bisa ikut dengan mereka. Tapi kamu harus masuk ke dalam sarang. Bentar lagi ayah akan masuk ke dalam raga pria itu." Cheng menunjuk Davey. Bao mengangan tidak percaya. Ia langsung masuk ke dalam pelukan Luna. Pria kecil itu sangat takut dengan Davey. Karena Bao tidak sengaja membuatnya celaka. "Bao," panggil Da
Dave terkejut dan menatap Alina. Alina membuka laci meja lalu mengambil air softgun. Alina melemparkan ke arah Dave. Dengan cepat Dave mengambilnya. Dave meminta Alina berada di belakang. Dave mulai mengendap-endap bak pencuri. Mereka perlahan keluar dari kamar. Tiba-tiba saja seluruh lampu mansion gelap. Alina sangat ketakutan. Alina tahu kalau mansion ini terkena serangan mendadak. "Cari Dave!" teriak suara pria lantang. "Kalau bisa bunuh di tempat!" titah pria itu. Orang-orang yang tidak kelihatan langsung menyebar mencari keberadaan Dave. Mereka mengobrak-abrik tempat itu. Satu persatu ruangan dibuka demi menemukan Dave. Dave berusaha tetap tenang. Ia tidak ingin panik untuk membuat Alina ketakutan. Tak lama Tse bersama Helena datang. Mereka mengangguk dan masuk ke dalam tubuh sepasang suami istri itu. Alina yang tidak pernah kemasukan roh apapun seakan tubuhnya melemah. Helena segera mengontrol tubuh Alina supaya tidak jatuh. Hanya membutuhkan beberapa detik Helena bersama
''Kita pernah bertemu saat kalian melakukan perjalanan ke masa lalu," jawab Helena. Alina ingat akan pertemuan pertama kalinya dengan Helena. Wanita paruh baya itu tersenyum sambil mengucapkan terima kasih. Berkat Helena dirinya tidak menjadi korban pembantaian. "Terima kasih," ucap Alina. "Tidak menjadi masalah. Maaf aku masuk ke dalam ragamu karena perintah Tuan Tse." Helena tidak ingin melihat Alina marah. Alina tidak merasa marah. Berkat kedatangan helena dan Tse mereka masih hidup. Helena mengajak Alina duduk. Disana mereka bercerita apapun itu. Sedangkan Tse sudah keluar dari tubuh Davey. Ia langsung memandang wajah Dave dengan lega. Tse sangat bersyukur bisa menyelamatkan Dave dengan cepat. "Maafkan aku karena datang terlambat," ucap Tse. "Enggak jadi masalah buat aku. Kalau tidak ada kamu kemungkinan aku sudah menjadi mayat," ujar Dave memaafkan Tse. Kali ini Dave terbantu dengan kehadiran Tse. Andai saja ia tidak datang, kemungkinan dirinya sudah tidak bernyawa. Tse
Secara brutal mereka menyerang Cheng. Kali ini Cheng tidak melawan terlebih dahulu. Ia mengeluarkan kekuatan bertahan dalam serangan brutal itu. Bahkan dirinya tidak akan berubah menjadi seekor naga."Untung saja aku mempelajari ilmu ini sedari kecil. Serang saja sesuka hati kalian. Jika kalian sering-sering menyerangku akan ada level tertinggi yang aku dapatkan. Kekuatanku semakin meningkat. Akan membuka segel kekuatan abadiku." Cheng mengejek mereka satu persatu.Tanpa mereka sadari semakin lama kekuatan Cheng semakin bertambah. Tubuh Cheng merasakan ada sesuatu yang tidak pernah dirasakannya. Aliran darahnya semakin deras seperti sungai yang mengalir. Bahkan Cheng mulai tidak nyaman dengan kondisi tubuhnya."Argh... Sial! Ternyata pelepasan segel tidak seindah yang aku bayangkan!" geram Cheng.Luke dan pria itu bingung dengan Davey. Karena para pengawalnya masih saja berusaha merobohkan Cheng. Mau tidak mau Luke melihat pria itu. "Yamato sebaiknya kamu saja yang merobohkan anak si
"Kalian tidak akan pernah tahu dengan jawaban sesungguhnya. Soalnya kalian akan pergi ke neraka malam ini juga. Ingatlah sifat kesombongan kalian akan hancur! Dan kekuasaan kalian akan berakhir malam ini!" Cheng berkata dalam hati. Di tempat sepi itu sudah ada banyak para pengawal Cheng. Mereka memang tidak menampakkan diri terlebih dahulu sebelum perintah dari sang raja naga. Mereka berkumpul seakan-akan kehilangan arah. Bahkan mereka lupa atas perintah pria tersebut.Luke dan pria itu telah tiba di tempat lokasi. Mereka menyuruh para pengawalnya mencari keberadaan Luna maupun Mia. Namun pengawalnya itu tidak menurut. Bisa dikatakan pengawal itu menjadi linglung seperti orang gila. Dengan cepat pria itu menyadarkan mereka. Alhasil mereka sadar dan melihat di keadaan sekitarnya. Semuanya itu memang ada campur tangannya Cheng. Saat bertapa Cheng sengaja merencanakan sesuatu. Dan kali ini ia tidak pernah mengatakan kepada Luna maupun Mia. "Maafkan aku ratuku dan selirku. Aku hanya bi
"Mereka berada disini. Mereka akan menjemput kematiannya masing-masing. Nyonya tenang saja mayat mereka akan kami kirimkan ke mansion Dave," jawab Luke. "Laukanlah segera. Aku tidak mau kamu gagal!" perintah Sani. Sani memutuskan sambungan teleponnya. Ia tersenyum smirk uuseakan mendapatkan angin segar. Sani benar-benar ingin menghabisi mereka satu persatu. Tokyo, Jepang. Malam yang cerah di Tokyo. Cheng mengambil tabnya dan melakukan sebuah transaksi. Davey yang penasaran langsung mendekat. Ia melihat Cheng serius ahli memakai tab tersebut. "Hmmp, sepertinya kamu sudah ahli memakai tab ya?" ledek Davey. "Aku berupaya mencuri uang Luke," jawab Cheng. Mata Davey membulat sempurna. Bagaimana bisa Cheng mencuri uang Luke? Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu. "Ah, ada-ada saja kamu ini. Apakah bisa seiorang raja naga mencuri uang manusia?" tanya Davey. "Jawabannya bisa," jawab Cheng sambil tersenyum karena berhasil mengambil uang itu. "Cek di rekeningmu!' Luna dan Mia ma
Mata Davey membulat sempurna. Ia tidak bisa membayangkan satu company itu berapa? Ia mulai menghitung berapa orang yang ikut dalam penyerangan. "Kurang lebih lima ratus orang." Mia menebak berapa orang yang ikut dalam penyerangan itu. "Itu benar. Kita nggak akan bisa mengalahkan mereka. Bayangkan lima banding lima ratus orang. Yang pastinya kita kalah jumlah," jelas Panos. Mereka sangat khawatir terhadap penyerangan itu. Mereka bingung harus membuat strategi apa. Sebab orang yang dihadapi bukanlah orang kaleng-kaleng. Luna membaca lagi profil tentang mereka. Luna menarik rambutnya karena frustrasi. "Apakah kita nggak bisa melaporkan ke aparat setempat?" Darius memberikan sebuah ide. "Nggak ada yang bisa melakukannya. Pihak aparat disini sangat takut jika melawan mereka. Mereka adalah ninja assassin. Tanpa sepengetahuan korbannya mereka menyerang peran namun mematikan. Banyak kejadian yang membuat pihak aparat mundur ketika melawan mereka." Luna menjelaskan secara detail tentang k
Mata Luna juga terkejut ketika mengetahui orang itu sebenarnya. Luna memberikan ponselnya Mia sambil menarik nafasnya dalam-dalam. "Kamu kenapa? Sepertinya kamu memiliki beban hidup yang sangat berat." Darius berkata asal. "Beban hidupku nggak seberat kamu. Dia adalah ketua Yakuza klan Tetsuya. Dia memang adalah pria misterius. Sangking misteriusnya identitas sebenarnya tidak bisa dilacak oleh siapapun. Untung saja ada website tersembunyi. Kita bisa mengakses itu dengan mudah," jelas Luna. "Jadi?" Beberapa saat kemudian Davey keluar. Ia membawa ponsel dan mengarahkan ke mereka semua. Mereka dapat melihat jelas Alina dan Dave sedang mengajak video call. Mereka terdiam dan tidak berani membahas masalah ini. "Apakah kalian sudah sampai ke apartemen?" tanya Dave."Kami sudah sampai beberapa jam yang lalu. Apartemennya cukup nyaman ayah," jawab Luna asal. Alina dapat melihat jelas kalau mereka tidak baik-baik saja. Seakan-akan wajah mereka seperti ketakutan. Alina merasakan ada sesua
Mia sangat bersemangat ingin melakukan penyelidikan. Mia menarik tangan Luna lalu menghilang. Menatap kedua gadis yang telah pergi Davey kebingungan. Ia segera berlari tergesa-gesa demi mengikuti Luna.Sang raja naga telah masuk ke dalam tubuh Davey. Cheng memanggil mereka agar berhenti. Luna maupun Mia menoleh ke belakang. Mereka tersenyum sambil menggandeng Davey. "Kenapa kamu nggak di kamar saja?" tanya Mia. "Aku bukan Tuan mudamu," jawab Cheng. Terpaksa Mia mengajak Davey mengejar Luke. Diam-diam Cheng melacak keberadaannya. Cheng memberitahukan dimana Luke berada. Cheng menyuruh mereka pergi ke restoran itu sebagai petunjuk pertama. Kedua gadis itu menurut dan langsung menuju ke restoran itu. Saat masuk mata tajam Luna seakan memberikan isyarat. Matanya menyapu seluruh ruangan tersebut. Hingga Luna menemukan Luke bersama pria berbaju hitam itu."Kalian disini saja. Aku saranin kalian pesan minuman saja terlebih dahulu. Jangan mendekat ke area sana. Kamu tahu pria berbaju hitam
''Dia adalah rival dari Mark Torres. Ia memang sengaja bekerjasama semenjak Torres Group sukses," jelas Tan. "Berarti?" tanya Tse. "Di belakang Sutiyono masih ada lagi. Bisa dikatakan mereka adalah partner yang bisa menjegal perusahaan yang sedang berkembang. Kamu tahu apa maksud aku," jelas Tan. Perhitungan Tse ternyata salah. Ia sudah bekerja sama dengan Zhang untuk membuat Sani masuk ke dalam penjara. Namun semuanya itu hanya sia-sia. "Lalu bagaimana dengan Sani?' tanya Tse. "Kamu bisa meminta Helena membuat berita besar dan menyebarkan ke seluruh awak media dan media sosial. Nanti makhluk hidup yang berada di bumi ini mengetahui kebusukan Sani," jelas Tan. Tse baru sadar akan rencana Tan. Bagaimanan bisa ia melupakan rencana sebesar itu? Lalu Tse tersenyum konyol dan berteriak kegirangan. Beberapa mobil pihak aparat sudah mendekat. Mereka melihat mansion Sani yang tampak mewah. Namun matanya tertuju ke beberapa mayat yang berada di tanah. Mereka terkejut dan langsung melihat
''Kita pernah bertemu saat kalian melakukan perjalanan ke masa lalu," jawab Helena. Alina ingat akan pertemuan pertama kalinya dengan Helena. Wanita paruh baya itu tersenyum sambil mengucapkan terima kasih. Berkat Helena dirinya tidak menjadi korban pembantaian. "Terima kasih," ucap Alina. "Tidak menjadi masalah. Maaf aku masuk ke dalam ragamu karena perintah Tuan Tse." Helena tidak ingin melihat Alina marah. Alina tidak merasa marah. Berkat kedatangan helena dan Tse mereka masih hidup. Helena mengajak Alina duduk. Disana mereka bercerita apapun itu. Sedangkan Tse sudah keluar dari tubuh Davey. Ia langsung memandang wajah Dave dengan lega. Tse sangat bersyukur bisa menyelamatkan Dave dengan cepat. "Maafkan aku karena datang terlambat," ucap Tse. "Enggak jadi masalah buat aku. Kalau tidak ada kamu kemungkinan aku sudah menjadi mayat," ujar Dave memaafkan Tse. Kali ini Dave terbantu dengan kehadiran Tse. Andai saja ia tidak datang, kemungkinan dirinya sudah tidak bernyawa. Tse
Dave terkejut dan menatap Alina. Alina membuka laci meja lalu mengambil air softgun. Alina melemparkan ke arah Dave. Dengan cepat Dave mengambilnya. Dave meminta Alina berada di belakang. Dave mulai mengendap-endap bak pencuri. Mereka perlahan keluar dari kamar. Tiba-tiba saja seluruh lampu mansion gelap. Alina sangat ketakutan. Alina tahu kalau mansion ini terkena serangan mendadak. "Cari Dave!" teriak suara pria lantang. "Kalau bisa bunuh di tempat!" titah pria itu. Orang-orang yang tidak kelihatan langsung menyebar mencari keberadaan Dave. Mereka mengobrak-abrik tempat itu. Satu persatu ruangan dibuka demi menemukan Dave. Dave berusaha tetap tenang. Ia tidak ingin panik untuk membuat Alina ketakutan. Tak lama Tse bersama Helena datang. Mereka mengangguk dan masuk ke dalam tubuh sepasang suami istri itu. Alina yang tidak pernah kemasukan roh apapun seakan tubuhnya melemah. Helena segera mengontrol tubuh Alina supaya tidak jatuh. Hanya membutuhkan beberapa detik Helena bersama