Share

Bab 2

Penulis: Ekaliya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-27 20:49:49

Sambil menggerutu Amel mengepak kopernya. Ini semua karena Maya dan rencananya yang serba mendadak. Amel harus mengepak kopernya di tengah malam. Meski sedikit kesal karena rencana Maya, tapi dalam hatinya Amel bersyukur karena Maya peduli padanya.

Amel tahu Maya melakukan hal ini agar dirinya tidak berlarut-larut dalam kesedihan setelah putus dari Evan. Amel tahu jika Maya sangat peduli padanya, temannya itu rela menemaninya setiap malam setelah pulang bekerja, memastikan dirinya tidak merenung sendirian dan memikirkan Evan.

Maya bilang, dia memilih Bali karena Pulau Dewata itu adalah tempat indah dan eksotis. Maya pikir Bali adalah tempat yang tepat untuk menyegarkan hati dan pikiran Amel, tempat yang bisa membuat Amel lupa akan Evan dan semua kesedihannya.

Keesokan harinya, Amel dan Maya tiba di Bandara Juanda jam 7 pagi. Mereka mengenakan pakaian santai dan nyaman—hanya Amel, Maya lebih mirip seorang model yang akan berjalan di peragaan busana. Masing-masing dari mereka membawa koper berisi barang-barang penting, seperti pakaian, perlengkapan mandi dan kamera.

Amel dan Maya berjalan menuju loket check in sambil bercanda dan tertawa. Kemarin Amel masih diselimuti kesedihan dan kekecewaan, tapi hari ini ia merasakan sedikit kebahagiaan di hatinya. Amel berharap kebahagiaan ini akan terus bertahan hingga ia sama sekali tidak teringat pada Evan.

“Aduh!!!” Amel mengaduh dengan keras saat dirinya menabrak seseorang.

Amel tidak sengaja bertabrakan dengan seorang laki-laki yang juga sedang berjalan menuju loket check in. Dia terjatuh, dan tasnya terlepas dari pundaknya. Laki-laki yang ditabraknya juga jatuh, dan koper yang ia bawa terbanting ke lantai.

Amel dan laki-laki itu saling menatap, dengan ekspresi kaget dan marah. Amel melihat wajah laki-laki itu, wajahnya tampan dan berkulit putih. Amel melihat matanya yang cokelat, hidungnya yang mancung dan bibirnya yang merah.

Laki-laki itu juga melihat Amel, sesuatu tiba-tiba menarik perhatiannya. Wajah Amel yang cantik dan berkulit kuning langsat. Lalu ia melihat matanya yang cokelat, hidungnya yang mungil dan bibirnya yang merona. Laki-laki itu terpesona pada paras cantik Amel di depannya.

“Hey, kamu nggak bisa lihat jalan ya?” tanya Amel kesal sambil memunguti barang-barang yang terjatuh dari dalam tas selempangnya.

Maya yang berdiri di dekat Amel itu menutup mulutnya tak percaya. Ini pertama kalinya ia melihat Amel marah pada seseorang, terlebih lagi pada orang asing yang tidak mereka kenal. Maya tahu betul jika Amel adalah perempuan yang lembut dan tidak mudah marah. Bahkan saat Evan memutuskan hubungan mereka, Amel tidak mencaci maki Evan. Padahal laki-laki itu pantas mendapatkan makian dan sumpah serapah dari Amel.

Dari Amel, Maya beralih menatap laki-laki yang ditabrak oleh temannya itu. Dari pada Amel, laki-laki itu sepertinya terjatuh lebih keras, bahkan koper yang dibawanya sampai terpental. Maya menelan ludah ketika melihat laki-laki itu bangkit dengan raut wajah kesal.

Maya melirik keduanya dengan gugup, ia merasa Amel dan laki-laki itu akan terlibat perdebatan dan itu pasti merepotkannya. Tidak mau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, Maya segera mendekati Amel dan menarik tangannya. Ia berusaha menenangkan Amel, dan meminta maaf pada laki-laki yang ditabrak temannya itu. Maya berpikir bahwa Amel dan laki-laki itu hanya kurang beruntung.

“Maaf ya, Mas. Teman saya nggak sengaja, dia sedang tidak fokus. Kami buru-buru mau check in, kami nggak mau ketinggalan pesawat. Sekali lagi, maaf ya, Mas,” kata Maya dengan sopan, sambil tersenyum.

“Nggak apa-apa, Mbak. Saya juga nggak sengaja, saya juga buru-buru. Saya juga minta maaf,” kata laki-laki itu dengan sopan juga, sambil tersenyum balik.

Maya pun mengangguk, lalu menarik Amel pergi menuju loket check in. Ia berpikir laki-laki itu cukup baik, dan tidak perlu dijadikan masalah. Maya berharap mood Amel akan membaik dan melupakan kejadian ini. Mereka akan pergi berlibur ke Pulau Dewata, Maya tidak mau suasana liburan mereka menjadi rusak karena kejadian ini. Butuh usaha yang besar untuk membawa Amel pergi.

Amel mengikuti Maya, sambil menoleh ke belakang. Ia melihat laki-laki itu juga berjalan menuju loket check in, sambil menoleh ke arahnya. Mereka bertatapan cukup lama, sampai Maya memanggilnya.

“Jangan terlalu dipikirkan, kejadian tadi itu tidak di sengaja. Ingat tujuan utama kita ke Bali, untuk membuatmu bahagia.”

Amel menatap Maya, yang dikatakan temannya itu benar. Tujuannya pergi ke Pulau Dewata adalah untuk melupakan Evan dan kembali menemukan sedikit kebahagiaan.

***

Amel dan Maya sudah berada di Bandara Internasional Ngurah Rai setelah terbang dari Surabaya. Mereka merasakan udara Bali yang hangat dan segar. Keduanya saling menatap dan tersenyum, merasakan semangat liburan yang menggebu. Setelah sekian lama, akhirnya mereka bisa menikmati waktu liburan berdua, walaupun rencana liburan itu terealisasi karena kandasnya hubungan asmara Amel.

Setelah mengambil koper, mereka menuju taksi yang akan membawa mereka ke hotel. Maya memesan hotel yang terletak dekat dengan pantai. Maya ingin Amel menikmati pemandangan dan suasana Bali agar dapat melupakan Evan, itu adalah tujuannya membawa Amel ke Pulau Dewata ini.

Amel dan Maya tiba di hotel, lalu check in di resepsionis. Mereka mendapat kamar yang bersebelahan, dengan balkon yang menghadap pantai. Maya tersenyum melihat raut wajah bahagia Amel. Sudah lama sekali ia tidak melihat ekspresi wajah temannya yang bahagia. Beberapa minggu terakhir, Maya hanya melihat Amel termenung, menangis dan tidak pernah tersenyum. Maya berharap sepulang mereka dari Bali, nantinya Amel juga akan tetap bahagia seperti sekarang.

Setelah membongkar barang-barang mereka, Amel dan Maya memutuskan untuk pergi jalan-jalan di sekitar hotel. Mereka mengenakan pakaian yang nyaman sesuai dengan cuaca di Bali yang panas. Maya membawa kamera, untuk mengabadikan momen-momen liburan mereka.

Mereka berjalan-jalan di sekitar hotel, menikmati pemandangan dan suasana Pulau Dewata. Mereka melihat banyak hal menarik, seperti toko-toko, restoran, tempat ibadah dan taman. Mereka juga berhenti di beberapa tempat, untuk membeli sesuatu, makan sesuatu, atau berfoto.

Amel dan Maya bersenang-senang, merasa bebas dan bahagia. Mereka bercanda dan tertawa, seperti anak kecil. Amel tampak lebih bahagia, ia melupakan sejenak masalah yang dia alami, Evan dan juga orang tuanya. Amel hanya akan fokus pada dirinya sendiri dan indahnya Bali.

Menjelang sore, Amel mengajak Maya ke pantai, ia ingin melihat matahari terbenam. Mereka berdua berjalan menuju pantai yang tidak jauh dari hotel. Ada banyak wisatawan di pantai sore itu yang ingin menikmati pemandangan matahari terbenam. Amel merasakan suasana yang ramai dan meriah, tapi juga tenang dan damai.

Amel mencari tempat yang nyaman untuk duduk. Sedangkan Maya, sepertinya ada laki-laki yang mengajak temannya itu berkenalan tadi, dan Amel membiarkannya. Maya juga berhak menikmati waktunya sendiri.

Amel menikmati pemandangan laut di depannya yang indah. Melihat matahari yang perlahan-lahan turun, mengubah warna langit menjadi merah, jingga dan kuning. Amel merasakan angin yang sepoi-sepoi, menyentuh kulit dan rambutnya. Merasakan gelombang yang menghantam pasir dan karang.

Amel terpesona, merasa takjub dan kagum. Ia kemudian menarik napas dalam, menghirup aroma laut yang khas. Matanya berkaca-kaca, bayangan Evan tiba-tiba muncul dalam benaknya. Mengingatkannya kembali pada masa-masa indah, saat ia dan Evan masih saling mencintai, saat Evan masih sangat mencintainya.

Amel tersenyum getir, kenapa semua hal yang ia lakukan selalu membawanya kembali pada kenangannya bersama Evan?

Tak ingin terjebak lebih lama dalam kenangan yang menyakitkan, Amel buru-buru mengusap matanya. Ia tidak boleh menangis dalam momen bahagia seperti ini. Dia segera menoleh, menatap ke sekitar untuk mencari Maya, tapi Amel justru melihat sesuatu yang membuatnya terkejut.

Amel melihat laki-laki yang menabraknya di bandara. Laki-laki itu juga ada di sana, sedang duduk sambil membaca sebuah buku. Amel melihatnya memakai kaca mata hitam, kaos putih dan celana pendek biru. Dia melihat laki-laki itu juga menatapnya, dengan ekspresi yang Amel sendiri tidak tahu.

Amel lebih terkejut saat laki-laki itu menutup bukunya dan berjalan ke arahnya sambil tersenyum. Buru-buru Amel mengalihkan pandangannya. Amel berharap laki-laki itu tidak menghampirinya.

“Hey, kamu lagi. Apa kabar?” tanya laki-laki itu dengan nada akrab menyapa Amel.

Amel mengerutkan dahinya karena terkejut mendengar suara laki-laki itu. Ia tidak menyangka laki-laki itu benar-benar menghampirinya, apalagi menyapanya dengan akrab. Seingat Amel kejadian tadi pagi tidak meninggalkan kesan yang baik untuk mereka berdua. Jadi, kenapa laki-laki itu menyapanya dengan akrab?

“Apa kita saling kenal?” tanya Amel dengan nada dingin.

Laki-laki itu tampak terkejut, ia tidak menyangka Amel akan membalas sapaannya dengan dingin. Dari wajahnya, Amel terlihat seperti orang yang ramah.

Sejujurnya, Amel memang orang yang ramah. Hanya saja, suasana hatinya sedang tidak baik dan kehadiran laki-laki itu memperburuk suasana hatinya.

“Hey, jangan begitu dong. Kita kan sudah bertemu sebelumnya. Kita kan bisa jadi teman.”

Amel menyipitkan kedua matanya, terheran dengan ucapan laki-laki yang sekarang sudah duduk di sampingnya. Ia tidak menyangka laki-laki itu akan bersikap manis, apalagi mengajaknya berteman.

“Kita hanya bertemu sebentar. Kita nggak saling kenal, dan kita nggak akan jadi teman,” kata Amel dengan nada tajam.

Bukannya tersinggung, laki-laki itu justru tersenyum melihat reaksi Amel. Meski Amel terlihat menolaknya, ia tidak akan menyerah. Ia ingin mengenal Amel lebih jauh. Dia merasa ada sesuatu yang menarik dari Amel, sesuatu yang membuatnya ingin dekat. Laki-laki itu masih ingat tatapan mereka di bandara, yang membuatnya jatuh cinta—mungkin.

“Hey, kita kan bisa bertemu lagi. Kita bisa saling tahu dan mengenal. Kita juga bisa menjadi teman. Ayo, kenalan dulu. Namaku Alex, kamu siapa?” kata laki-laki itu lembut, sambil mengulurkan tangannya.

Amel melihat tangan Alex yang putih dan besar. Amel menatapnya ragu, ia tidak tahu harus bersikap bagaimana. Ia merasa ada sesuatu yang mengganggu dari Alex, sesuatu yang membuatnya ingin menjauh. Namun, saat ia menatap Alex, Amel juga merasa ada sesuatu yang menggoda dari laki-laki itu.

“Amel!!!”

Terdengar suara Maya yang memanggilnya dari kejauhan. Amel menoleh menatap Maya sebentar, lalu dibuat terkejut saat tiba-tiba Alex menarik tangannya dan menjabatnya.

“Jadi, namamu Amel? Salam kenal ya, semoga kita menjadi akrab.”

Amel tertegun menatap tangan Alex yang menjabat tangannya, rasanya hangat. Amel merasakan hangat yang menjalar dari tangan Alex, ke lengan, ke dada dan ke hatinya. Amel merasakan sesuatu yang aneh dan asing. Ia merasakan sesuatu yang mengganggu, sesuatu yang membuatnya bingung dan ragu.

Bab terkait

  • 7 Days VS 7 Years   Bab 3

    Siang itu, Amel baru saja selesai bersiap-siap untuk keluar dari kamar hotel. Ia mengenakan pakaian sederhana, tapi modis, mini dress berwarna putih, dibalut kardigan merah muda dan sandal flatbed berwarna senada dengan mini dress-nya. Amel mengikat rambutnya kuncir kuda dan memperlihatkan leher jenjangnya.Harusnya hari ini Amel dan Maya pergi jalan-jalan, mengunjungi Pura Tanah Lot, dan mencoba makanan-makanan enak khas Bali. Sayangnya, Maya tiba-tiba sakit perut dan Amel terpaksa pergi sendiri. Ia harusnya juga sudah keluar sejak pagi, tapi karena tidak tega melihat wajah Maya yang lemas dan berwajah pucat Amel memutuskan menemani temannya dulu. Biar bagaimana pun, liburan ini adalah rencana Maya, rasanya tidak enak jika ia pergi bersenang-senang sendiri, sementara Maya terbaring sakit di kamar hotel.Setelah memastikan keadaan Maya membaik, barulah ia bisa keluar jalan-jalan dengan tenang. Amel berjalan keluar dari hotel sambil merapatkan kardigan yang ia pakai. Dia menghela napas

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-27
  • 7 Days VS 7 Years   Bab 4

    “Sampai jumpa besok,” ucap Alex sembari melambaikan tangan saat Amel keluar dari taksi.Amel memutar bola matanya lalu menarik kedua sudut bibirnya terpaksa. “Ya, terima kasih untuk hari ini.”Setelah taksi yang ditumpangi Alex melaju menjauh, barulah Amel melangkah masuk ke dalam area hotel tempatnya dan Maya menginap. Hari ini ia dan Alex menghabiskan waktu cukup lama di Tanah Lot, menikmati pemandangan matahari terbenam di sana, mereka juga makan malam di restoran sekitar sana sebelum memutuskan untuk pulang. Walau awalnya ia ragu untuk pergi berdua dengan Alex, tapi ternyata hari ini cukup menyenangkan.Amel melirik jam kulit cokelat di pergelangan tangan kirinya, waktu menunjukkan pukul 9 malam. Ia penasaran apakah Maya sudah tidur atau belum. Amel memang menikmati perjalanannya hari ini, tapi ia tetap khawatir pada keadaan Maya. Temannya itu terbaring lemah saat ia pergi siang tadi, jadi Amel memutuskan untuk melihat keadaan Maya lebih dulu.“Amel!”Amel yang hendak mengetuk pin

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-27
  • 7 Days VS 7 Years   Bab 5

    “Amel bilang kamu membelikan kalung ini untukku, terima kasih ya,” ujar Maya sambil memamerkan kalung mutiara yang melingkar di leher jenjangnya. “Kalung itu Amel yang memilihnya, aku hanya bantu membayar. Kalung itu terlihat cocok kamu pakai,” sahut Alex memuji Maya. Perempuan itu tersenyum senang mendengar pujian dari Alex. Amel memutar bola mata malas mendengar percakapan dua orang di depannya. Ia kemudian meneguk segelas es kelapa muda yang ia pesan tadi, rasanya lebih baik setelah ia meminumnya. Amel tadi nyaris muntah melihat Maya tersenyum genit karena pujian Alex. Setelah aksi gila Maya tadi pagi, mengiyakan ajakan Alex untuk makan siang bersama, mereka akhirnya ada di Warung Made, sebuah restoran yang terletak di jalan utama di pusat Kota Kuta, Bali. Restoran ini terkenal karena kelezatan masakan Bali autentiknya dan suasana tradisional restoran ini. “Aku nggak nyangka lho kalau kamu mau menerima ajakan makan siangku,” ujar Alex sembari tersenyum menatap Amel.Perempuan it

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-27
  • 7 Days VS 7 Years   Bab 6

    “Kamu yakin nggak mau makan yang lain?” tanya Alex menatap Amel yang sedang menyantap mie cup di depannya. “Kita makan di tempat lain saja. Di dekat sini ada restoran yang enak.”“Nggak perlu,” jawab Amel. “Ini sudah cukup.”“Kamu yakin?”Amel mengangguk. “Aku sudah sangat bersyukur kamu membayar mie dan minuman ini, jadi aku nggak perlu repot-repot balik ke hotel untuk mengambil dompet. Oh ya, kirimkan nomor rekeningmu, uangmu akan aku ganti setelah kembali ke hotel nanti.”“Kamu nggak perlu menggantinya, Mel.”Amel meletakkan cup mie instannya ke atas meja setelah memasukkan suapan terakhir ke dalam mulutnya. Ia lantas menyipitkan mata menatap Alex. “Aku nggak suka berhutang sama orang lain.”“Uangnya nggak seberapa, kamu nggak perlu menggantinya,” tegas Alex. “Lagi pula aku senang bisa membantu kamu.”“Tapi, aku nggak senang menerima bantuanmu dengan percuma.”“Kenapa? Bukankah teman biasa melakukan hal seperti ini?”“Kamu salah,” cetus Amel lalu meneguk minumannya . “Aku dan kamu

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-13
  • 7 Days VS 7 Years   Bab 7

    Tidak pernah ter bayangkan oleh Amel akan berteman dengan Alex, laki-laki asing yang baru ia kenal selama empat hari. Ini semua karena Alex dan kesepakatan konyolnya semalam. Harusnya Amel menolak kesepakatan itu mentah-mentah. Tapi, Amel justru dengan percaya dirinya menerima kesepakatan itu hanya karena ia percaya tidak akan bertemu dengan Alex hari ini.“Kamu bilang pengen makan pizza, tapi apa ini? Kamu bahkan nggak memakannya, Mel.”Amel mendelik menatap Maya. Selain salah Alex, ini juga salah Maya. Temannya itu sudah mengacaukan rencana sempurnanya. Jika Maya tidak menyeretnya keluar dengan iming-iming Roosterfish Beach Club, Amel pasti masih berbaring di kasur hotel yang nyaman dan tidak akan bertemu Alex hari ini.“Jangan-jangan kamu lagi mikirin si brengsek itu?” tuduh Maya.Amel mendesah pelan. Sebelah tangannya kemudian terulur mengambil sepotong pizza di piring. Ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan Evan, bahkan nama laki-laki itu tidak muncul di pikiran Amel hari i

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-14
  • 7 Days VS 7 Years   Bab 8

    “Hai, Mel!”Amel menarik napas panjang melihat Alex yang sudah ada di depan hotelnya. Sejenak Amel berpikir belum terlambat untuknya jika ingin kabur sekarang. Amel bisa saja bilang pada Alex kalau tiba-tiba perutnya sakit, dengan begitu mereka tidak akan pergi ke mana pun hari ini. Tapi, mengingat harga dirinya, Amel tentu tidak akan melakukannya. Amel tidak mau dianggap sebagai orang yang tidak bisa menepati janji.“Kita mau ke mana?” tanya Amel. Dia melihat sepeda motor di belakang Alex. Tidak terpikirkan oleh Amel, Alex akan menjemputnya dengan sepeda motor. Ia pikir mereka akan pergi naik taksi seperti yang terakhir kali. “Jadi ini alasan kamu menyuruhku untuk pakai celana?”“Bukankah ini kendaraan terbaik kalau kita mau jalan-jalan di Bali? Kita bisa menerobos kemacetan dengan mudah?”Alex benar, tapi Amel tidak suka dengan ide itu. Membayangkannya saja sudah membuat Amel merasa tidak nyaman. “Kamu pikir aku mau dibonceng sama kamu?”“Kenapa nggak? Atau jangan-jangan kamu takut

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-28
  • 7 Days VS 7 Years   Bab 9

    Bagaimana caranya meminta maaf pada Alex?Amel nyaris tidak tidur semalaman gara-gara memikirkan jawaban atas pertanyaan itu. Ia sempat berpikir untuk mengabaikan masalah ini. Amel tidak keberatan jika dirinya tidak bertemu lagi dengan Alex. Lagi pula setelah dia pulang ke Surabaya mereka tidak akan bertemu lagi. Namun Amel tidak bisa menyingkirkan rasa bersalahnya. Ia merasa terlalu ketus dan kasar saat bicara dengan Alex, padahal laki-laki itu bersikap sangat baik padanya. Lalu mata cokelat Alex yang tiba-tiba berubah dingin saat menatapnya, itu juga sangat mengganggu Amel.“Jadi aku harus gimana?” gumam Amel pelan sambil meremas rambutnya. Memikirkan cara untuk meminta maaf pada Alex membuat kepalanya sakit.“Jadi, kenapa kamu bergumam nggak jelas begitu?” tanya Maya yang berbaring di samping Amel. Setelah sarapan tadi, Maya memutuskan ikut masuk ke kamar Amel dengan alasan bosan. “Kamu kesambet atau apa?”“Menurutmu, apa aku ini orang yang kasar?” Amel balik bertanya. “Kemarin sep

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30
  • 7 Days VS 7 Years   Bab 10 ‐ Kiss -

    Sebelumnya pusat dari dunia Amel adalah Evan dan setelah laki-laki memutuskan hubungan tujuh tahun mereka, Amel kehilangan pusat dunianya. Amel merasa seperti bumi yang kehilangan orbitnya. Pusat dunianya tiba-tiba menghilang, meninggalkan kekosongan yang tak terbayangkan. Dia merasa seperti pecahan kaca yang tersebar di lantai, tak tahu bagaimana harus menyusun diri kembali.Namun, secara ajaib kekosongan yang selama ini Amel rasakan menghilang. Kekosongan itu terisi. Terisi penuh begitu saja. Dan semua itu karena Alex. Kehadiran laki-laki itu telah mengisi kekosongan yang selama ini Amel rasakan. Perasaan hangat yang sepertinya sudah lama tidak ia rasakan, mulai menjalar masuk ke dalam hatinya yang dingin. Dan untuk pertama kalinya setelah kisah cintanya berakhir dengan tragis, Amel tidak memikirkan Evan. Seolah-olah nama laki-laki itu menghilang dari pikirannya.“Hah...” Amel menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur sambil menarik napas panjang.Hari ini sangat menyenangkan. Mungkin ini

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-02

Bab terbaru

  • 7 Days VS 7 Years   Bab 10 ‐ Kiss -

    Sebelumnya pusat dari dunia Amel adalah Evan dan setelah laki-laki memutuskan hubungan tujuh tahun mereka, Amel kehilangan pusat dunianya. Amel merasa seperti bumi yang kehilangan orbitnya. Pusat dunianya tiba-tiba menghilang, meninggalkan kekosongan yang tak terbayangkan. Dia merasa seperti pecahan kaca yang tersebar di lantai, tak tahu bagaimana harus menyusun diri kembali.Namun, secara ajaib kekosongan yang selama ini Amel rasakan menghilang. Kekosongan itu terisi. Terisi penuh begitu saja. Dan semua itu karena Alex. Kehadiran laki-laki itu telah mengisi kekosongan yang selama ini Amel rasakan. Perasaan hangat yang sepertinya sudah lama tidak ia rasakan, mulai menjalar masuk ke dalam hatinya yang dingin. Dan untuk pertama kalinya setelah kisah cintanya berakhir dengan tragis, Amel tidak memikirkan Evan. Seolah-olah nama laki-laki itu menghilang dari pikirannya.“Hah...” Amel menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur sambil menarik napas panjang.Hari ini sangat menyenangkan. Mungkin ini

  • 7 Days VS 7 Years   Bab 9

    Bagaimana caranya meminta maaf pada Alex?Amel nyaris tidak tidur semalaman gara-gara memikirkan jawaban atas pertanyaan itu. Ia sempat berpikir untuk mengabaikan masalah ini. Amel tidak keberatan jika dirinya tidak bertemu lagi dengan Alex. Lagi pula setelah dia pulang ke Surabaya mereka tidak akan bertemu lagi. Namun Amel tidak bisa menyingkirkan rasa bersalahnya. Ia merasa terlalu ketus dan kasar saat bicara dengan Alex, padahal laki-laki itu bersikap sangat baik padanya. Lalu mata cokelat Alex yang tiba-tiba berubah dingin saat menatapnya, itu juga sangat mengganggu Amel.“Jadi aku harus gimana?” gumam Amel pelan sambil meremas rambutnya. Memikirkan cara untuk meminta maaf pada Alex membuat kepalanya sakit.“Jadi, kenapa kamu bergumam nggak jelas begitu?” tanya Maya yang berbaring di samping Amel. Setelah sarapan tadi, Maya memutuskan ikut masuk ke kamar Amel dengan alasan bosan. “Kamu kesambet atau apa?”“Menurutmu, apa aku ini orang yang kasar?” Amel balik bertanya. “Kemarin sep

  • 7 Days VS 7 Years   Bab 8

    “Hai, Mel!”Amel menarik napas panjang melihat Alex yang sudah ada di depan hotelnya. Sejenak Amel berpikir belum terlambat untuknya jika ingin kabur sekarang. Amel bisa saja bilang pada Alex kalau tiba-tiba perutnya sakit, dengan begitu mereka tidak akan pergi ke mana pun hari ini. Tapi, mengingat harga dirinya, Amel tentu tidak akan melakukannya. Amel tidak mau dianggap sebagai orang yang tidak bisa menepati janji.“Kita mau ke mana?” tanya Amel. Dia melihat sepeda motor di belakang Alex. Tidak terpikirkan oleh Amel, Alex akan menjemputnya dengan sepeda motor. Ia pikir mereka akan pergi naik taksi seperti yang terakhir kali. “Jadi ini alasan kamu menyuruhku untuk pakai celana?”“Bukankah ini kendaraan terbaik kalau kita mau jalan-jalan di Bali? Kita bisa menerobos kemacetan dengan mudah?”Alex benar, tapi Amel tidak suka dengan ide itu. Membayangkannya saja sudah membuat Amel merasa tidak nyaman. “Kamu pikir aku mau dibonceng sama kamu?”“Kenapa nggak? Atau jangan-jangan kamu takut

  • 7 Days VS 7 Years   Bab 7

    Tidak pernah ter bayangkan oleh Amel akan berteman dengan Alex, laki-laki asing yang baru ia kenal selama empat hari. Ini semua karena Alex dan kesepakatan konyolnya semalam. Harusnya Amel menolak kesepakatan itu mentah-mentah. Tapi, Amel justru dengan percaya dirinya menerima kesepakatan itu hanya karena ia percaya tidak akan bertemu dengan Alex hari ini.“Kamu bilang pengen makan pizza, tapi apa ini? Kamu bahkan nggak memakannya, Mel.”Amel mendelik menatap Maya. Selain salah Alex, ini juga salah Maya. Temannya itu sudah mengacaukan rencana sempurnanya. Jika Maya tidak menyeretnya keluar dengan iming-iming Roosterfish Beach Club, Amel pasti masih berbaring di kasur hotel yang nyaman dan tidak akan bertemu Alex hari ini.“Jangan-jangan kamu lagi mikirin si brengsek itu?” tuduh Maya.Amel mendesah pelan. Sebelah tangannya kemudian terulur mengambil sepotong pizza di piring. Ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan Evan, bahkan nama laki-laki itu tidak muncul di pikiran Amel hari i

  • 7 Days VS 7 Years   Bab 6

    “Kamu yakin nggak mau makan yang lain?” tanya Alex menatap Amel yang sedang menyantap mie cup di depannya. “Kita makan di tempat lain saja. Di dekat sini ada restoran yang enak.”“Nggak perlu,” jawab Amel. “Ini sudah cukup.”“Kamu yakin?”Amel mengangguk. “Aku sudah sangat bersyukur kamu membayar mie dan minuman ini, jadi aku nggak perlu repot-repot balik ke hotel untuk mengambil dompet. Oh ya, kirimkan nomor rekeningmu, uangmu akan aku ganti setelah kembali ke hotel nanti.”“Kamu nggak perlu menggantinya, Mel.”Amel meletakkan cup mie instannya ke atas meja setelah memasukkan suapan terakhir ke dalam mulutnya. Ia lantas menyipitkan mata menatap Alex. “Aku nggak suka berhutang sama orang lain.”“Uangnya nggak seberapa, kamu nggak perlu menggantinya,” tegas Alex. “Lagi pula aku senang bisa membantu kamu.”“Tapi, aku nggak senang menerima bantuanmu dengan percuma.”“Kenapa? Bukankah teman biasa melakukan hal seperti ini?”“Kamu salah,” cetus Amel lalu meneguk minumannya . “Aku dan kamu

  • 7 Days VS 7 Years   Bab 5

    “Amel bilang kamu membelikan kalung ini untukku, terima kasih ya,” ujar Maya sambil memamerkan kalung mutiara yang melingkar di leher jenjangnya. “Kalung itu Amel yang memilihnya, aku hanya bantu membayar. Kalung itu terlihat cocok kamu pakai,” sahut Alex memuji Maya. Perempuan itu tersenyum senang mendengar pujian dari Alex. Amel memutar bola mata malas mendengar percakapan dua orang di depannya. Ia kemudian meneguk segelas es kelapa muda yang ia pesan tadi, rasanya lebih baik setelah ia meminumnya. Amel tadi nyaris muntah melihat Maya tersenyum genit karena pujian Alex. Setelah aksi gila Maya tadi pagi, mengiyakan ajakan Alex untuk makan siang bersama, mereka akhirnya ada di Warung Made, sebuah restoran yang terletak di jalan utama di pusat Kota Kuta, Bali. Restoran ini terkenal karena kelezatan masakan Bali autentiknya dan suasana tradisional restoran ini. “Aku nggak nyangka lho kalau kamu mau menerima ajakan makan siangku,” ujar Alex sembari tersenyum menatap Amel.Perempuan it

  • 7 Days VS 7 Years   Bab 4

    “Sampai jumpa besok,” ucap Alex sembari melambaikan tangan saat Amel keluar dari taksi.Amel memutar bola matanya lalu menarik kedua sudut bibirnya terpaksa. “Ya, terima kasih untuk hari ini.”Setelah taksi yang ditumpangi Alex melaju menjauh, barulah Amel melangkah masuk ke dalam area hotel tempatnya dan Maya menginap. Hari ini ia dan Alex menghabiskan waktu cukup lama di Tanah Lot, menikmati pemandangan matahari terbenam di sana, mereka juga makan malam di restoran sekitar sana sebelum memutuskan untuk pulang. Walau awalnya ia ragu untuk pergi berdua dengan Alex, tapi ternyata hari ini cukup menyenangkan.Amel melirik jam kulit cokelat di pergelangan tangan kirinya, waktu menunjukkan pukul 9 malam. Ia penasaran apakah Maya sudah tidur atau belum. Amel memang menikmati perjalanannya hari ini, tapi ia tetap khawatir pada keadaan Maya. Temannya itu terbaring lemah saat ia pergi siang tadi, jadi Amel memutuskan untuk melihat keadaan Maya lebih dulu.“Amel!”Amel yang hendak mengetuk pin

  • 7 Days VS 7 Years   Bab 3

    Siang itu, Amel baru saja selesai bersiap-siap untuk keluar dari kamar hotel. Ia mengenakan pakaian sederhana, tapi modis, mini dress berwarna putih, dibalut kardigan merah muda dan sandal flatbed berwarna senada dengan mini dress-nya. Amel mengikat rambutnya kuncir kuda dan memperlihatkan leher jenjangnya.Harusnya hari ini Amel dan Maya pergi jalan-jalan, mengunjungi Pura Tanah Lot, dan mencoba makanan-makanan enak khas Bali. Sayangnya, Maya tiba-tiba sakit perut dan Amel terpaksa pergi sendiri. Ia harusnya juga sudah keluar sejak pagi, tapi karena tidak tega melihat wajah Maya yang lemas dan berwajah pucat Amel memutuskan menemani temannya dulu. Biar bagaimana pun, liburan ini adalah rencana Maya, rasanya tidak enak jika ia pergi bersenang-senang sendiri, sementara Maya terbaring sakit di kamar hotel.Setelah memastikan keadaan Maya membaik, barulah ia bisa keluar jalan-jalan dengan tenang. Amel berjalan keluar dari hotel sambil merapatkan kardigan yang ia pakai. Dia menghela napas

  • 7 Days VS 7 Years   Bab 2

    Sambil menggerutu Amel mengepak kopernya. Ini semua karena Maya dan rencananya yang serba mendadak. Amel harus mengepak kopernya di tengah malam. Meski sedikit kesal karena rencana Maya, tapi dalam hatinya Amel bersyukur karena Maya peduli padanya. Amel tahu Maya melakukan hal ini agar dirinya tidak berlarut-larut dalam kesedihan setelah putus dari Evan. Amel tahu jika Maya sangat peduli padanya, temannya itu rela menemaninya setiap malam setelah pulang bekerja, memastikan dirinya tidak merenung sendirian dan memikirkan Evan. Maya bilang, dia memilih Bali karena Pulau Dewata itu adalah tempat indah dan eksotis. Maya pikir Bali adalah tempat yang tepat untuk menyegarkan hati dan pikiran Amel, tempat yang bisa membuat Amel lupa akan Evan dan semua kesedihannya. Keesokan harinya, Amel dan Maya tiba di Bandara Juanda jam 7 pagi. Mereka mengenakan pakaian santai dan nyaman—hanya Amel, Maya lebih mirip seorang model yang akan berjalan di peragaan busana. Masing-masing dari mereka membawa

DMCA.com Protection Status