Theodor berdiri di depan pintu, mengintip Alice yang tengah terbaring tidur sendirian. Sejak membawa Alice ke rumah sakit, Theodor tidak lagi mencoba untuk mendekat dan menunjukan diri.Bukan karena tidak peduli, bukan karena tidak mengkhawatirkannya. Namun, kini semua orang sudah tahu tentag keadaan Alice yang sebenarnya seperti apa.Theodor percaya, bahwa Hayes dan Damian akan lebih menjaganya dengan baik. Mereka berdua jauh lebih berhak menjaga Alice karena Hayes suaminya dan Damian adalah ayah msertuanya.Theodor tertunduk melihat dua buah earphone di tangannya. Theodor ingin memberikan benda itu kepada Alice agar dia bisa mendengarkan musik untuk bisa mendapatkan ketenangan, namun Theodor segan untuk menemuinya.Theodor takut jika dia menemui Alice, dia tidak bisa meninggalkan Alice. Sangat sulit untuk mengabaikan gadis itu. “Dia sempat memanggil namamu ketika sadar,” ucap Calla yang ikut berdiri di samping Theodor.Bibir Theodor menekan menahan senyuman sedihnya. “Aku tidak mu
Ivana menelan salivanya dengan kesulitan. Ivana dan Hayes sudah sering terlibat banyak perdebatan, namun tidak pernah sekalipun Ivana mendengar Hayes berbicara kurang ajar seperti ini padanya.Apa yang sebenarnya telah terjadi? Perasaan Ivana menjadi tidak begitu baik.“Jaga kata-katamu Hayes,” bisik Ivana memperingatkan.Wajah Hayes menengadah, beberapa kali dia mengatur napasnya agar bisa tenang dan bisa berbicara dengan benar.Setelah mendengar semua cerita Damian, Hayes tidak lagi membuang waktu untuk bisa sampai di sini.“Aku tidak perlu lagi menjaga kata-kataku pada seseorang yang begitu munafik hingga membuatku bertanya-tanya, apakah masih pantas aku memanggil orang yang sudah melahirkanku dengan sebutan Ibu,” jawab Hayes dengan dingin.Cangkir teh di tangan Ivana langsung terjatuh dan pecah berantakan di lantai. “Apa maksudmu Hayes? Kenapa kau berani berbicara seperti itu pada ibumu sendiri?” tanya Ivana dengan pupil mata bergetar.Ivana mulai khawatir jika terjadi sesuatu yan
Cahaya matahari sudah tidak terlihat, Damian berjalan melintasi lorong rumah sakit. Seluruh beban yang selama ini dia tahan di pundak menghilang membawa kelegaan setelah dia membicarakan segalanya kepada Hayes.Setelah mendengar seluruh cerita Damian, Hayes tidak berbicara apapun, dia pergi meninggalkan Damian dengan langkah yang begitu berat.Damian tahu jika kini perasaan Hayes pasti hancur karena harus menerima kenyataan bahwa sebenarnya Damian adalah kakaknya. Selama ini Damian diam karena dia sudah terlanjur menyayangi Hayes meski dia putra dari hasil perselingkuhan ayahnya. Damian tidak pernah sekalipun membenci Hayes meski kehadiran Hayes sudah membuat ibu Damian terjatuh sakit hingga serangan jantung.Claud Borsman selalu tampil sebagai lakik-laki yang sempurna, setelah berpuluh-puluh tahun tinggal di Jepang. Setiap tahun dia datang ke Neydish hanya untuk merayakan ulang tahun pernikahannya.Orang-orang berpikir bahwa Claud Borsman adalah pria yang luar biasa.Tidak ada yang
“Sebaiknya kau menginap di hotel terdekat untuk beristirahat. Mengenai Alice, biar ayah yang menjaganya,” nasihat Damian melihat Hayes yang sejak tadi banyak diam dan melamun.Sepulang dari rumah, Hayes terlihat kian sumraut, beberapa kali Damian bisa mendengar suara napasnya yang memberat.“Aku akan menunggu disini,” jawab Hayes menantikan Alice keluar dari ruang pemeriksaan untuk melakukan di tes lab.“Kau terlihat sangat lelah,” komentar Damian memperhatikan kantung mata Hayes. “setidaknya tidurlah sejenak.”Hayes menggeleng, Hayes sudah cukup banyak melakukan kesalahan hingga tidak bisa menjaga Alice dengan benar, untuk kali ini dia tidak ingin meninggalkan Alice dan membuat gadis itu kembali berada dalam bahaya. Sebisa mungkin, Hayes akan tetap di samping Alice meski saat ini, jiwa dan raganya tengah lelah. Hayes menyandarkan bahunya pada tembok, suara helaan napasnya terdengar beberapa kali sebelum akhirnya sebuah kelimat terucap, “Aku sudah memutuskan untuk melaporkan ibu ata
Malam yang sudah larut dan tidak banyak orang yang berkeliaran membuat kepergian Alice tidak disadari siapapun. Alice terus melangkah pergi meninggalkan rumah sakit dan berjalan menyusuri bahu jalan dengan pakaian pasiennnya dan kaki yang tanpa alas. Hembusan kencang angin yang membawa dingin tidak menghentikan Alice untuk terus berjalan, Alice duduk di halte, menunggu sebuah bus yang akan datang.Kaki Alice bergerak menyapu kerikil yang terasa di telapak kakinya, rambut panjang yang terurai tersapu angin bergerak tidak beraturan.Sepuluh menit sudah Alice menunggu, bus yang ditunggu belum datang, hanya ada beberapa mobil dan taksi yang melintas di depan mata.Alice melihat ke sisi, memperhatikan bayangan dirinya di dinding kaca yang diterangi oleh lampu, menciptakan bayangan jelas wajahnya. Dulu Alice kesulitan untuk menangis, kini dia mulai kesulitan untuk menunjukan senyuman.Alice menghela napasnya dengan berat, gadis itu tertunduk melihat telapak tangannya sendiri. Masih bisa Al
“Kemana seharusnya aku mencari?” tanya Hayes terdengar putus asa. Sudah hampir satu jam Hayes menyusuri jalanana untuk mencari, namun dia tidak menemukan Alice.Setiap blok jalan sudah disusuri, kini Hayes bingung harus mencari kemana lagi.Sudah ada banyak orang yang ditugaskan berpencar mencari, tidak ada satupun dari mereka yang memberi kabar baik. Kemana sebenarnya Alice pergi? Hayes tidak memiliki petunjuk apapun.“Seharusnya kau tidak perlu tidur,” bisik Hayes penuh sesal. Hayes terlalu lelah, dia sampai ketiduran, andai dia tahu akan berakhir seperti ini, mungkin Hayes akan berusaha sebisa mungkin agar tetap terjaga.Apa yang sebenarnya membuat Alice pergi dari rumah sakit? Hayes memacu mobilnya lebih cepat, bergerak tanpa arah. Kepergian Alice seperti ini menyadarkan Hayes akan banyak hal. Hayes tidak benar-benar mengenal Alice, tidak mengetahui apa yang dia suka dan apa yang dia takuti, bahkan Hayes tidak tahu apa yang sebenarnya kini Alice inginkan dalam hidupnya.Hayes te
Tangan yang terpasang infusan menjadi pemandangan pertama yang Alice lihat ketika dia kembali mendapatkan kesadarannya. Gadis itu terbaring kehilangan banyak tenaga dan melihat ke penjuru arah, menyadari bahwa kini dia kembali berada di rumah sakit.Seharusnya Alice tidak berada di sini, ini bukan tempat tujuannya, seharusnya Alice sudah tidak ada di dunia lagi dan tenggelam di dalam lautan. ‘Siapa yang telah membawaku ke sini? Mengapa seseorang menyelamatkanku? Mengapa aku harus masih tetap hidup?’ Banyak pertanyaan muncul di kepala Alice, hingga tercetus sebuah pertanyaan lain. Jika dirinya masih hidup, scenario apa lagi yang Tuhan persiapkan dalam hidupnya?Suara orang yang berbicara terdengar seperti sebuah keributan, sorang dokter dan dua perawat datang dan melakukan sesuatu padanya. Setelah beberapa menit kembali mendapatkan kesadarannya hingga penglihatannya kembali jelas, Alice masih tidak berbicara apapun.Dalam diamnya, Alice hanya bisa menerka-nerka, apa yang sebenarnya
Alice termangu menatap Hayes yang kini tengah menunggu jawaban darinya.Pikiran Alice mulai berkecamuk. Alice tidak tahu, apa yang harus dia ucapkan sebagai jawaban, Alice tidak mengerti dengan perasaannya sendiri yang tersentuh namun juga tercekik rasa takut.Hayes bilang, dia sudah jatuh cinta kepada Alice.Tapi, Alice tidak memahami arti sebuah cinta. Apa itu cinta? Bagaimana rasanya?Sampai detik ini, bahkan Alice tidak tahu, perasaan dan ikatan apa yang dia miliki bersama Hayes.Alice menarik napasnya dalam-dalam. Segala hal yang Hayes ucapkan mengejutkan dirinya. Alice bingung dan bertanya-tanya di dalam hatinya, apa yang Hayes lihat dari diri Alice hingga ingin menjadikan Alice isterinya yang sesungguhnya? Jika Alice memberi kesempatan kedua, Hayes menjanjikan akan berubah dan memperbaiki apa yang telah terjadi. Tapi, apakah itu cukup layak untuk ditukarkan dengan sisa hidup Alice? Dan, fakta sebenarnya, sampai kapanpun, Alice yang sesungguhnya harus berubah karena semua hal