Dua orang penjaga yang telah dilumpuhkan oleh pria misterius, menemui Brian di sebuah cafe. Mereka melaporkan jika Keysa telah dibawa pergi oleh seseorang.
"Kalian ini bagaimana? masa menghadapi satu orang saja tidak bisa?" maki Brian.
"Ini diluar perkiraan kita berdua," ujar salah satu pria itu.
"Ah..percuma aku bayar mahal kalian berdua, sudah sana kalian pergi," Brian mengusir kedua pria itu. "Tidak berguna!" lanjutnya.
"Tapi bagaimana sisa bayaran kita?"ujar salah satu pria suruhan itu.
"Kalian masih berani minta sisa bayaran , dengan hasil kerja kalian? Mikir!" jawab Brian kesal.
"Sesuai perjanjian di awal kamu akan membayar penuh, atau mau kita bocork
Semenjak Keysa tidak masuk kerja, Keenan dan juga Rere, mereka terus menunggu dan mencari kabar tentang Keysa.Selama dua hari, Keysa tidak ada kabar sedikitpun, beberapa kali Keenan dan Rere menghubungi via ponselnya, namun tidak pernah tersambung."Aku nyesel kenapa hari itu tidak mengantar Keysa sampai di rumahnya, padahal firasatku sudah tidak nyaman ketika itu," Keenan terlihat putus asa dan menyesal."Sudahlah tidak perlu menyalahkan diri sendiri, waktu itu Keysa sendiri yang menolak untuk diantar karena dia akan singgah dulu ke panti asuhan kan?" Rere menatap Keenan dan mencoba menenangkannya."Apa kita datang ke rumahnya saja, mungkin dia ada disana?" usul Rere. "Mungkin dia ada masalah sama Om Billy terkait masalah Sherli sehingga Keysa di tahan sama dia." Lanjut Rere sambil memainkan ponselnya."Kalau memang seperti itu, Keysa pasti berusaha menghubungi kita, dan disana kan banyak pegawainya, dia pasti melawan dan beru
Setelah beberapa hari disekap oleh Nathan, Keysa kini mulai memahami bahwa Nathan bukanlah pria jahat yang sengaja menculiknya, tetapi justru Nathan menyelamatkannya. Bahkan kini tidak lagi di ikat seperti tahanan, Keysa tinggal dengan nyaman dan dilayani dengan baik oleh Nathan."Jadi orang yang kemarin menculik aku, itu orangnya Om Billy?" Keysa menatap tajam ke arah Nathan yang masih belum membuka jati dirinya secara utuh. Dia masih tetap menggunakan masker dan topi hitamnya."Iya, tapi dia disuruh Brian," ucap Nathan berusaha memalingkan pandangannya ke arah lain. Sejak awal dia menjaga pandangannya untuk Keysa, bahkan dia berusaha menjaga jarak dengan Keysa, justru Keysa yang berusaha mendekatinya karena merasa penasaran dengan sosok yang menurutnya masih misterius."Itu artinya dia menghianati Om Billy?" Keysa menelusuri semua yang berkaitan dengan yang telah dialaminya."Iya, namanya Doni, dia hanya mengambil keuntungan saja, Brian pasti member
Hari ke empat Keysa berada di rumahnya tua bersama Nathan.Malam ini hujan begitu lebat, seluruh pekarangan rumah terlihat basah, suasana begitu hening, hanya gemericik air yang terdengar. Daun-daun melambai menimbulkan kilatan kecil dari air hujan yang membasahi tersorot cahaya lampu di sepanjang jalan yang sempat dilalui Keysa. Sesekali suara binatang malam terdengar saling menyahut, membuat Keysa merinding."Ah menyeramkan sekali disini." Ujar Keysa sambil menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya yang terbaring ditempat tidur. Tiba-tiba pintu kamarnya ada yang mengetuk, Keysa terkejut dan semakin merapatkan tubuhnya dengan selimut. Namun suara ketukan pintu itu tidak berhenti."Siapa?" Keysa memberanikan diri, menanyakan siapa malam-malam begini mengetuk pintu, dia khawatir itu bukan Nathan.Belum juga ada jawaban, pintu kamarnya kembali ada yang mengetuk."Siapa?" Keysa meninggikan suaranya, berharap orang tersebut kini men
Seminggu Keysa ditahan oleh Nathan, kini dia diajak keliling area. Ini pertama kalinya Keysa melihat sekeliling area tersebut di siang hari. Suasana begitu damai di samping kiri rumah terdapat taman dan kolam, daerah itu tidak begitu asing bagi Keysa, seolah pernah mengunjungi tapi entah kapan. Keysa tidak berusaha untuk mengingatnya, dia fokus menikmati udara segar."Apa kamu tahu ini di daerahnya mana?" Nathan membuka pembicaraan setelah dia memperhatikan Keysa beberapa saat.Keysa hanya menggelengkan kepala sambil melirik Nathan. "Emangnya ini dimana?" kemudian tanya Keysa."Bogor,""Bogor?" Keysa mengulangi ucapan Nathan, dia tidak yakin jika selama ini ternyata tidak begitu jauh dari Ibukota."Iya, kamu kira kita dimana?" Nathan kembali bertanya tanpa menghiraukan ekspresi wajah Keysa yang heran."Ah kalau tau gitu, aku sudah dari kemarin pulang," ucap Keysa kesal karena baru tahu posisinya sekarang."Kamu m
Keysa langsung masuk kedalam kamar, dan menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur. Dia sentuh bibirnya, lalu tersenyum.Ini merupakan ciuman pertamanya, Keysa tidak pernah menyangka jika dirinya akan jatuh ke pelukan orang yang sudah menyekapnya."Nathan," bisiknya kemudian dia tersenyum. "Apa aku sedang jatuh cinta?" ucapnya sambil menggigit bibir. "Ah..gak mungkin," Keysa menggelengkan kepalanya dan berkali-kali mengayunkan kakinya.Dari balik pintu yang tidak ditutup rapat oleh Keysa, Nathan mengintip dan memperhatikan Keysa dari celah pintu itu, dia senyum-senyum melihat tingkah laku Keysa seperti anak kecil."Dasar manja," gumam Nathan sambil berlalu meninggalkan kamar Keysa.Malam semakin larut, Nathan yang ketika itu masih terjaga, dia masuk ke kamar Keysa dan mendapati Keysa sudah terlelap, Nathan kemudian menyelimuti Keysa, dan mematikan lampu kamar dan menggantinya dengan lampu tidur.Nathan kemb
Nathan memperhatikan wajah Keysa yang masih tertidur pulas di sampingnya. Perlahan dia menyumbang rambut Keysa dan menyentuh wajahnya dengan lembut.Mata Keysa perlahan terbuka, kemudian dia tersenyum sambil memandang wajah Nathan."Selamat pagi Nathan," bisiknya.Nathan hanya membalas Keysa dengan tersenyum , kemudian dia melirik jam dinding.Nathan bergegas bangkit dari tempat tidur dan mengenakan pakaiannya."Kamu bersiap, aku tunggu di luar," ucap Nathan tanpa menoleh ke arah Keysa."Aku malas pergi," suara Keysa terdengar lesu.Namun Nathan tak menghiraukannya lagi, Nathan berjalan ke arah pintu
Keysa tidak ingin larut dalam kesedihan mengingat perlakuan Elvina tadi malam.Pagi ini dia sudah bersiap untuk berangkat ke kantor, berharap bisa bertemu dengan Rere dan Keenan yang selama ini tak pernah ada kabarnya.Suasana kantor pagi ini terlihat seperti biasanya, tidak begitu ramai tidak juga terlalu sepi.Keenan sedang duduk mengamati beberapa berkas salah satu klien yang sedang ditangani kasusnya.Rere pun sibuk mengetik beberapa laporan perkembangan salah satu kasus dan persidangannya sedang berjalan."Selamat pagi!" suara Keysa membuyarkan konsentrasi mereka yang ada di ruangan lantai dua itu.Semua mata menoleh ke arah Keysa yang sedang berdiri di dekat tangga."Keysa!" Teriak Rere yang tidak begitu yakin jika itu Keysa. Rere langsung menghampiri dan meraba-raba tubuh Keysa."Ini beneran Keysa?" tanya Rere yang belum yakin jika itu sahabatnya yang selama ini dia nantikan kabarnya.
Lelaki yang mengintai Keysa dan secara diam-diam mengambil gambarnya, ternyata dia hanya lelaki yang memiliki kelainan seks. Didalam ponselnya banyak dipenuhi foto wanita yang dia ambil sebelum kepergok oleh Keysa. Dia mengaku jika semua foto itu hanya koleksi pribadinya untuk memenuhi hasrat seksualnya. Keenan melepaskan lelaki itu dan mengingatkan dia untuk tidak mengulanginya. Jika melanggar, dia akan dilaporkan ke pihak berwajib karena tindakannya meresahkan. "Sekarang tingkah orang makin aneh saja," ucap Keysa ketika sudah berada di tengah kumpulan rekannya yang lain. "Tapi Key, harusnya kamu juga waspada, jangan pergi sendiri seperti tadi, kalau sampai kamu di apa-apain gimana?" Rere terlihat khawatir karena tindakan Keysa.