Setelah seminggu tidak bertemu Bryan, Sherly sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya. Pagi sekali dia sudah menghubungi Brian dan memintanya untuk bertemu di kampus. Sherly sangat agresif di samping itu kedekatannya dengan Bryan sangat didukung oleh Elvina karena alasan bisnis.
Sampai di kampus, Sherly langsung menemui Brian yang sedang berkumpul sama temannya yang lain.
"Hai Bryan," sapa nya.
"Hai,"
"Kamu tidak rindu sama aku?"
"Rindulah, kenapa kamu tidak bilang kalau sudah selesai liburan, setidaknya aku bisa menjemputmu di bandara,"
"Kan sudah ada sopir yang menjemputku, aku membawakanmu sesuatu," ucap Sherly sambil mengeluarkan sesuatu
Pagi hari ketika yang lain masih terlelap, seperti biasa Keysa bangun untuk pergi berolahraga di sekitar rumah. Keysa memakai headset untuk mendengarkan musik melalui ponselnya, kemudian dia mengitari lapangan hingga beberapa kali. Ponselnya bergetar beberapa kali tak terasa olehnya, hingga kesekian kali nya dia baru menyadari, lalu Keysa merogoh saku celananya."Kamu harus waspada!"Sebuah pesan dari nomor tidak dikenal, terlihat di layar ponsel Keysa. Keysa mengerutkan keningnya dan berfikir siapakah yang mengirim pesan itu? Atau mungkin ini pesan dari layanan pelanggan? Sebuah pesan dari nomor 504 itu akhirnya dia abaikan. Kesya kemudian memasukan kembali ponselnya ke dalam saku dan melanjutkan olahraga. Sepuluh menit berlalu, Keysa menghentikan kegiatannya dan kembali ke rumah, dia melirik jam tangannya
Bab 31. Konferensi Pers Masalah Billy dengan warga ternyata belum juga usai, pelunasan atas pembelian rumah warga tidak pernah ia selesaikan. Karena hal itu kemarahan warga pun sudah tidak terbendung lagi, mereka sudah cukup lama bersabar menunggu janji Billy. Dan kini mereka bertindak sendiri dengan mendatangi area pembangunan dengan spanduk khas nya orang berdemo. Mereka untuk agar Billy segera melunasinya, jika tidak dilunasi mereka mengancam akan membongkar bangunan yang hampir selesai dibangun. Para pegawai Billy sudah berjajar menjaga area tersebut, untuk menahan warga supaya tidak bisa masuk ke dalam area, warga berusaha menerobos masuk, namun para penjaga dengan tubuhnya yang kekar, mereka pun tidak mau kalah dan berusaha menghadang warga. Beberapa warga terus berteriak sambil memanggil nama Billy.&n
Keysa terkejut ketika melihat wajah Billy terpampang di layar kaca, dia mengerutkan keningnya sambil menyimak siaran khusus yang dilakukan Billy untuk mengklarifikasi perihal berita yang beredar bersama para wartawan. "Kenapa pula Om Billy ini cari masalah, dia terlalu rakus sih," gerutu Keysa. Keysa hendak keluar dan melihat sekeliling ruangan, namun ia mendengar keributan di bawah seperti suara Billy yang sedang marah dan membanting beberapa barang yang ada disekitarnya. "Kurang ajar semua!" Teriak Billy dengan wajah memerah. "Sudahlah kamu tidak usah marah begitu, ini semua karena kamu sendiri tidak kamu prioritaskan dulu urusan dengan warga," Elvina berani menyalahkan Billy. "Aku yakin ini sengaja ada ora
Hari ini adalah hari pertama Keysa dan Rere mulai magang di kantor Keenan. Tidak seperti biasa, hari ini Keysa mengenakan blazer warna hitam, celana hitam dan sepatu hitam layaknya setelan orang masuk kantor. Tak lupa dia sarapan seperti biasa yang diantarkan oleh Imah ke kamarnya, melihat nona mudanya tidak seperti biasa, Imah sedikit ingin tahu dan penasaran. "Non mau kemana, tidak seperti biasa dandan seperti itu, kayak sedang berduka segala hitam?" Ucap Imah dengan matanya tidak berkedip karena sebenarnya dia kagum melihat Keysa yang terlihat begitu cantik. "Bibi mau tahu saja urusan anak muda," ucap Keysa santai sambil tersenyum melirik ke arah Imah yang masih mematung di sampingnya. "Non cantik banget, bibi hampir kaget dan tidak mengenali tadi," ucapnya.
Selesai mengikuti sidang, Keysa dan yang lainnya kembali ke kantor. Mereka langsung menuju lantai dua Dean dan kedua temannya memeriksa beberapa berkas. Keysa, Rere dan Keenan mereka duduk di sofa sambil menyandarkan tubuh mereka."Baru kali ini aku ikuti proses sidang sampai selesai, cukup melelahkan," ucap Keysa."Ini belum seberapa Key, ada juga yang proses lebih lama dan alot," Keenan menimpali."Wajarlah proses hukum ini bukan main-main, segala sesuatu nya harus detail," sahut Rere."Kalian mau makan apa? Mau pesan online atau kita cari tempat saja?" Tanya Keenan, mereka tadi tidak sempat singgah untuk makan karena sudah merasa lelah."Pesan online saja, kayaknya aku sudah tidak kuat lagi jalan-ja
Rasa penasaran Keysa kian hari semakin memuncak, setelah beberapa kali mendapat pesan misterius itu, dia terus berpikir dan berusaha memecahkan misteri yang selama ini dia ingin sekali tahu jawabannya.Pada akhirnya Keysa memutuskan untuk pergi ke Bali, menelusuri jejak dimana pertama kalinya dia kehilangan orang-orang yang sangat dia sayangi.Hari pertama Keysa datang , dia menginap disebuah Hotel yang tidak jauh dari kejadian kecelakaan yang menimpa keluarganya beberapa tahun yang lalu.Keysa mulai menyusuri setiap area dengan menggunakan taksi online dan rencananya dia akan mencarternya selama satu hari.Sebelum berangkat ke Bali, Keysa terlebih dahulu mengumpulkan informasi terkait jaringan perusahan keluarga Cashel disana. Selain itu dia juga
Beberapa hari di Bali, Keysa menghabiskan rasa penasarannya dengan terus mencari informasi yang sekiranya ada kaitan dengan kecelakaan orang tuanya. Semua tempat telah dia datangi, hingga dia merasa lelah dan kembali ke Hotel.Malam ini dia mulai mengemasi pakaiannya dan memesan tiket untuk kembali ke Jakarta. Meskipun masih berat untuk meninggalkan Bali, namun tidak ada jalan lain Keysa harus kembali dan meneruskan perjuangannya yang lain.Pagi harinya Keysa sudah berangkat ke Bandara, perjalanan melalui jalur udara pagi itu lancar, dan tak lama Keysa sudah tiba di Bandara Soekarno-Hatta.Keysa keluar dari Bandara menghampiri supirnya yang sudah menunggunya. Baru beberapa menit dia didalam mobil dan mengaktifkan ponselnya, sebuah panggilan masuk terlihat di layar ponselnya. Keysa bergegas menjawab
Mendengar berita tentang penangkapan kawan-kawannya, Brian terlihat begitu terkejut. Dia gelisah karena khawatir Jack dan lainnya akan memberitahu penyidik jika yang memberi obat terlarang itu Brian. Meskipun dia beruntung pada saat itu dia tidak berada dilokasi, karena dia sedang berada di hotel bersama Sherli.Brian sengaja mengajak Sherli agar dia leluasa menjebak Sherli untuk mengikuti semua keinginan Brian, termasuk mengkonsumsi barang terlarang itu.Suasana didalam apartemen kali terasa begitu sunyi, Brian duduk santai dengan kaki diangkat ke atas meja, perlahan dia menghisap rokoknya dengan pandangan menerawang ke langit-langit ruangan.Brian terlihat gelisah, namun dia berusaha menutupi kegelisahan, kemudian dia menyeruput wine sedikit demi sedikit.