Rasa penasaran Keysa kian hari semakin memuncak, setelah beberapa kali mendapat pesan misterius itu, dia terus berpikir dan berusaha memecahkan misteri yang selama ini dia ingin sekali tahu jawabannya.
Pada akhirnya Keysa memutuskan untuk pergi ke Bali, menelusuri jejak dimana pertama kalinya dia kehilangan orang-orang yang sangat dia sayangi.
Hari pertama Keysa datang , dia menginap disebuah Hotel yang tidak jauh dari kejadian kecelakaan yang menimpa keluarganya beberapa tahun yang lalu.
Keysa mulai menyusuri setiap area dengan menggunakan taksi online dan rencananya dia akan mencarternya selama satu hari.
Sebelum berangkat ke Bali, Keysa terlebih dahulu mengumpulkan informasi terkait jaringan perusahan keluarga Cashel disana. Selain itu dia juga
Beberapa hari di Bali, Keysa menghabiskan rasa penasarannya dengan terus mencari informasi yang sekiranya ada kaitan dengan kecelakaan orang tuanya. Semua tempat telah dia datangi, hingga dia merasa lelah dan kembali ke Hotel.Malam ini dia mulai mengemasi pakaiannya dan memesan tiket untuk kembali ke Jakarta. Meskipun masih berat untuk meninggalkan Bali, namun tidak ada jalan lain Keysa harus kembali dan meneruskan perjuangannya yang lain.Pagi harinya Keysa sudah berangkat ke Bandara, perjalanan melalui jalur udara pagi itu lancar, dan tak lama Keysa sudah tiba di Bandara Soekarno-Hatta.Keysa keluar dari Bandara menghampiri supirnya yang sudah menunggunya. Baru beberapa menit dia didalam mobil dan mengaktifkan ponselnya, sebuah panggilan masuk terlihat di layar ponselnya. Keysa bergegas menjawab
Mendengar berita tentang penangkapan kawan-kawannya, Brian terlihat begitu terkejut. Dia gelisah karena khawatir Jack dan lainnya akan memberitahu penyidik jika yang memberi obat terlarang itu Brian. Meskipun dia beruntung pada saat itu dia tidak berada dilokasi, karena dia sedang berada di hotel bersama Sherli.Brian sengaja mengajak Sherli agar dia leluasa menjebak Sherli untuk mengikuti semua keinginan Brian, termasuk mengkonsumsi barang terlarang itu.Suasana didalam apartemen kali terasa begitu sunyi, Brian duduk santai dengan kaki diangkat ke atas meja, perlahan dia menghisap rokoknya dengan pandangan menerawang ke langit-langit ruangan.Brian terlihat gelisah, namun dia berusaha menutupi kegelisahan, kemudian dia menyeruput wine sedikit demi sedikit.
Sehari tidak keluar dari apartemen, membuat Brian merasa sangat jenuh. Akhirnya dia memutuskan untuk keluar, dengan dalih mencari udara segar. Namun nyatanya dia menghubungi seseorang agar mengirimkan paket pesanannya.Lagi-lagi Brian mengkonsumsi barang itu tanpa merasa jera sedikitpun. Selesai melakukan transaksi, dia menghubungi Sherli dan mengajaknya ke sebuah hotel. Tak lama Sherli pun tiba dan langsung mencari nomor kamar sesuai yang dikirim oleh Brian melalui ponselnya.Sherli menghampiri Brian dan langsung memeluk serta menciumnya tanpa ragu. Sherli kini sikapnya sudah mulai berubah lebih berani dan sedikit agresif. Tidak seperti sebelumnya yang terlihat manja dan polos.Berada di dalam kamar hanya berdua dengan Sherli, membuat hasrat Brian memuncak ditambah lagi Sherli yang terus menggodan
Suasana pagi kali ini, tidak seperti biasanya Keysa sudah rapi dan begitu bersemangat untuk pergi. Keenan sudah berjanji akan menjemputnya, karena mereka akan bertemu klien. Keysa tidak mau membuat Keenan menunggu lama sehingga tiga puluh menit sebelum waktu penjemputan dia sudah siap, selain itu dia tidak mau mengecewakan Keenan, karena hari ini dia mendapat tugas untuk menghadapi kliennya. Keysa perlahan keluar dari kamarnya dan menuju lift menuju lantai satu. "Mau kemana kamu?" tanya Billy dengan suara ketus, ketika melihat Keysa berjalan melewati sofa tempat dimana Billy sedang duduk santai. "Hari ini aku ada pertemuan dengan klien," ucap Keysa jujur. "Kemana kamu beberapa hari tidak pulang?" tanpa merubah ekspresi wajahnya yang ketus, Bil
Keysa kembali ke rumah setelah menyelesaikan tugasnya di kantor. Kali ini Keenan mengantarnya hingga depan pintu karena Keenan merasa tak elok jika hanya mengantar sampai depan gerbang. "Ayo masuk dulu," ajak Keysa ketika hendak keluar dari mobil Keenan. "Lain kali saja ya, aku masih ada yang dikerjakan di kantor," ucap Keenan berbohong, sebenarnya dia ingin sekali masuk kedalam rumah mewah itu, karena dia merasa ada sesuatu disana. Namun Keenan tidak mau gegabah meskipun dia khawatir dengan keadaan Keysa. "Hai, malah bengong," ucap Keysa membuyarkan lamunan Keenan. " Ya sudah kalau begitu aku masuk dulu ya," lanjut Keysa sambil melambaikan tangannya. "Oke, aku pamit ya," jawab Keenan. Keysa
"Malam ini kita pesta!" Ujar Brian sambil mengangkat gelas berisi minuman soda di sebuah kafe. Brian seolah lupa jika Jack dan yang lainnya masih berada didalam sel. Dia juga tidak ada sedikitpun rasa prihatin ketika tahu bahwa Sherli kondisinya sedang tidak baik. Kini Brian telah menemukan kawan baru yang menemaninya berpesta. "Kamu santai saja disini aman," ucap Brian ketika memperhatikan kawan barunya terlihat tidak tenang. Laki-laki itu pun akhirnya mulai terlihat santai dan menikmati pestanya bersama Brian. "Hari ini aku happy banget, karena rencanaku berhasil." Ucap Brian kemudian dia merangkul pundak laki-laki itu. "Ini semua atas bantuan kamu juga," lanjutnya. "Bantuan apa?" tanya lelaki itu tidak mengerti maksud Brian.
Pagi hari, Billy dan Elvina sibuk untuk persiapan keberangkatan Sherli menuju tempat rehabilitasi. Keysa tidak mengetahui kapan Billy kembali setelah semalam dia keluar. Namun pagi ini dia terlihat sedang mengurus anaknya dengan wajah yang masih terlihat marah.Beberapa pegawai pun sibuk membantu persiapan termasuk membantu Elvina mengemasi barang milik Sherli. Keysa bukan tidak mau membantu, tetapi sejak semalam Billy maupun Elvina tidak mengajaknya bicara meskipun dia merupakan bagian dari keluarga itu. Keysa lebih memilih untuk diam dan bersiap untuk berangkat ke kantor.Sampai di kantor, Keysa berdiskusi panjang lebar dengan Keenan dan rekan lainnya."Nyambung berarti sekarang Key, yang aku lihat waktu itu benar mobil Brian, namun aku belum bisa memastikan, kita perlu bukti jika memang Brian te
Sepasang mata itu begitu tajam mengintai penjaga, dalam sekejap dia sudah berada di sekitar bangunan tua yang sudah lama tidak berpenghuni, tepat nya di belakang penjaga yang sedang menikmati segelas kopi. Dalam hitungan detik dia berhasil menyekap mulut pria yang berjaga dan membuatnya tak sadarkan diri. Hening tak bersuara. Pria dengan pakaian serba hitam itu tidak begitu jelas terlihat karena menggunakan masker dan topi hitam, kemudian perlahan dia menyelinap masuk. Dia mencari keberadaan Keysa, hingga akhirnya suara gerak langkah penjaga menuntunnya menemukan Keysa. Setelah dipastikan bahwa disana memang tempat dimana Keysa disekap, pria itu kemudian membuka pintunya dan mendapati Keysa masih dalam posisi tidak sadarkan diri. "Siapa kamu?" Penja