Bab 31. Konferensi Pers
Masalah Billy dengan warga ternyata belum juga usai, pelunasan atas pembelian rumah warga tidak pernah ia selesaikan. Karena hal itu kemarahan warga pun sudah tidak terbendung lagi, mereka sudah cukup lama bersabar menunggu janji Billy. Dan kini mereka bertindak sendiri dengan mendatangi area pembangunan dengan spanduk khas nya orang berdemo. Mereka untuk agar Billy segera melunasinya, jika tidak dilunasi mereka mengancam akan membongkar bangunan yang hampir selesai dibangun.
Para pegawai Billy sudah berjajar menjaga area tersebut, untuk menahan warga supaya tidak bisa masuk ke dalam area, warga berusaha menerobos masuk, namun para penjaga dengan tubuhnya yang kekar, mereka pun tidak mau kalah dan berusaha menghadang warga.
Beberapa warga terus berteriak sambil memanggil nama Billy.&n
Keysa terkejut ketika melihat wajah Billy terpampang di layar kaca, dia mengerutkan keningnya sambil menyimak siaran khusus yang dilakukan Billy untuk mengklarifikasi perihal berita yang beredar bersama para wartawan. "Kenapa pula Om Billy ini cari masalah, dia terlalu rakus sih," gerutu Keysa. Keysa hendak keluar dan melihat sekeliling ruangan, namun ia mendengar keributan di bawah seperti suara Billy yang sedang marah dan membanting beberapa barang yang ada disekitarnya. "Kurang ajar semua!" Teriak Billy dengan wajah memerah. "Sudahlah kamu tidak usah marah begitu, ini semua karena kamu sendiri tidak kamu prioritaskan dulu urusan dengan warga," Elvina berani menyalahkan Billy. "Aku yakin ini sengaja ada ora
Hari ini adalah hari pertama Keysa dan Rere mulai magang di kantor Keenan. Tidak seperti biasa, hari ini Keysa mengenakan blazer warna hitam, celana hitam dan sepatu hitam layaknya setelan orang masuk kantor. Tak lupa dia sarapan seperti biasa yang diantarkan oleh Imah ke kamarnya, melihat nona mudanya tidak seperti biasa, Imah sedikit ingin tahu dan penasaran. "Non mau kemana, tidak seperti biasa dandan seperti itu, kayak sedang berduka segala hitam?" Ucap Imah dengan matanya tidak berkedip karena sebenarnya dia kagum melihat Keysa yang terlihat begitu cantik. "Bibi mau tahu saja urusan anak muda," ucap Keysa santai sambil tersenyum melirik ke arah Imah yang masih mematung di sampingnya. "Non cantik banget, bibi hampir kaget dan tidak mengenali tadi," ucapnya.
Selesai mengikuti sidang, Keysa dan yang lainnya kembali ke kantor. Mereka langsung menuju lantai dua Dean dan kedua temannya memeriksa beberapa berkas. Keysa, Rere dan Keenan mereka duduk di sofa sambil menyandarkan tubuh mereka."Baru kali ini aku ikuti proses sidang sampai selesai, cukup melelahkan," ucap Keysa."Ini belum seberapa Key, ada juga yang proses lebih lama dan alot," Keenan menimpali."Wajarlah proses hukum ini bukan main-main, segala sesuatu nya harus detail," sahut Rere."Kalian mau makan apa? Mau pesan online atau kita cari tempat saja?" Tanya Keenan, mereka tadi tidak sempat singgah untuk makan karena sudah merasa lelah."Pesan online saja, kayaknya aku sudah tidak kuat lagi jalan-ja
Rasa penasaran Keysa kian hari semakin memuncak, setelah beberapa kali mendapat pesan misterius itu, dia terus berpikir dan berusaha memecahkan misteri yang selama ini dia ingin sekali tahu jawabannya.Pada akhirnya Keysa memutuskan untuk pergi ke Bali, menelusuri jejak dimana pertama kalinya dia kehilangan orang-orang yang sangat dia sayangi.Hari pertama Keysa datang , dia menginap disebuah Hotel yang tidak jauh dari kejadian kecelakaan yang menimpa keluarganya beberapa tahun yang lalu.Keysa mulai menyusuri setiap area dengan menggunakan taksi online dan rencananya dia akan mencarternya selama satu hari.Sebelum berangkat ke Bali, Keysa terlebih dahulu mengumpulkan informasi terkait jaringan perusahan keluarga Cashel disana. Selain itu dia juga
Beberapa hari di Bali, Keysa menghabiskan rasa penasarannya dengan terus mencari informasi yang sekiranya ada kaitan dengan kecelakaan orang tuanya. Semua tempat telah dia datangi, hingga dia merasa lelah dan kembali ke Hotel.Malam ini dia mulai mengemasi pakaiannya dan memesan tiket untuk kembali ke Jakarta. Meskipun masih berat untuk meninggalkan Bali, namun tidak ada jalan lain Keysa harus kembali dan meneruskan perjuangannya yang lain.Pagi harinya Keysa sudah berangkat ke Bandara, perjalanan melalui jalur udara pagi itu lancar, dan tak lama Keysa sudah tiba di Bandara Soekarno-Hatta.Keysa keluar dari Bandara menghampiri supirnya yang sudah menunggunya. Baru beberapa menit dia didalam mobil dan mengaktifkan ponselnya, sebuah panggilan masuk terlihat di layar ponselnya. Keysa bergegas menjawab
Mendengar berita tentang penangkapan kawan-kawannya, Brian terlihat begitu terkejut. Dia gelisah karena khawatir Jack dan lainnya akan memberitahu penyidik jika yang memberi obat terlarang itu Brian. Meskipun dia beruntung pada saat itu dia tidak berada dilokasi, karena dia sedang berada di hotel bersama Sherli.Brian sengaja mengajak Sherli agar dia leluasa menjebak Sherli untuk mengikuti semua keinginan Brian, termasuk mengkonsumsi barang terlarang itu.Suasana didalam apartemen kali terasa begitu sunyi, Brian duduk santai dengan kaki diangkat ke atas meja, perlahan dia menghisap rokoknya dengan pandangan menerawang ke langit-langit ruangan.Brian terlihat gelisah, namun dia berusaha menutupi kegelisahan, kemudian dia menyeruput wine sedikit demi sedikit.
Sehari tidak keluar dari apartemen, membuat Brian merasa sangat jenuh. Akhirnya dia memutuskan untuk keluar, dengan dalih mencari udara segar. Namun nyatanya dia menghubungi seseorang agar mengirimkan paket pesanannya.Lagi-lagi Brian mengkonsumsi barang itu tanpa merasa jera sedikitpun. Selesai melakukan transaksi, dia menghubungi Sherli dan mengajaknya ke sebuah hotel. Tak lama Sherli pun tiba dan langsung mencari nomor kamar sesuai yang dikirim oleh Brian melalui ponselnya.Sherli menghampiri Brian dan langsung memeluk serta menciumnya tanpa ragu. Sherli kini sikapnya sudah mulai berubah lebih berani dan sedikit agresif. Tidak seperti sebelumnya yang terlihat manja dan polos.Berada di dalam kamar hanya berdua dengan Sherli, membuat hasrat Brian memuncak ditambah lagi Sherli yang terus menggodan
Suasana pagi kali ini, tidak seperti biasanya Keysa sudah rapi dan begitu bersemangat untuk pergi. Keenan sudah berjanji akan menjemputnya, karena mereka akan bertemu klien. Keysa tidak mau membuat Keenan menunggu lama sehingga tiga puluh menit sebelum waktu penjemputan dia sudah siap, selain itu dia tidak mau mengecewakan Keenan, karena hari ini dia mendapat tugas untuk menghadapi kliennya. Keysa perlahan keluar dari kamarnya dan menuju lift menuju lantai satu. "Mau kemana kamu?" tanya Billy dengan suara ketus, ketika melihat Keysa berjalan melewati sofa tempat dimana Billy sedang duduk santai. "Hari ini aku ada pertemuan dengan klien," ucap Keysa jujur. "Kemana kamu beberapa hari tidak pulang?" tanpa merubah ekspresi wajahnya yang ketus, Bil
Keysa sedikit gemetar ketika dia melihat pria tampan di depannya, dengan pikiran yang terus berkecamuk. "Yakin kamu tidak mengenaliku?" Tanya Pria itu. Keysa hanya menggelengkan kepala. Keysa melihat ke sekeliling ruangan memperhatikan satu per satu orang yang dan di sana, tetapi semuanya bergeming. Mungkin semua orang yang ada disini berada dalam perintah lelaki yang kini dihadapannya. Lelaki itu kemudian mengeluarkan sebuah benda dari dalam pakaiannya, sebuah kalung. Kerja mengamati kalung itu, persis dengan yang dipakainya. Lalu Keysa pun mengeluarkan kalung itu dari balik pakaiannya. "Kau?" Keysa berusaha mengucapkan sebuah nama, tetapi dia takut jika orang yang dihadapannya bukanlah orang yang dimaksud. "Sudah ingat sekarang?" Tanya lelaki itu. "Aku tidak yakin," "Siapa yang kau pikirkan? Katakan," tanya lelaki itu penasaran. "Percuma juga disebutkan, kamu mungkin tidak mengenalnya," "Coba saja," "Danish," Keysa terdiam sejenak, lidahnya terasa menyebutkan nama itu. "D
Keesokan harinya.Keysa akhirnya luluh, dia mengikuti apa yang diminta oleh Nathan. Dia menunggu apapun yang akan terjadi kedepannya. Namun Keysa yakin ada sesuatu dibalik semua ini, tapi apa? "Kenapa misteri ini begitu panjang sehingga aku sulit menemukan jawabannya?" Keysa mengeluh, sambil duduk termenung sendiri di dalam kamar.Menjelang malam, beberapa kendaraan berdatangan, Keysa mengintip dari balik tirai, tapi dia tidak bisa melihat dengan jelas siapa orang-orang yang baru saja datang di rumah itu, karena suasana diluar begitu gelap."Siapa mereka, dan ada urusan mereka datang kesini," Keysa hendak keluar dari kamar, namun ternyata pintunya dikunci dari luar. "Sial, aku terkurung disini," ucapnya, tubuh Keysa terkulai kemudian terduduk dengan menyandarkan tubuhnya ke pintu.
Pagi hari, suara kicauan burung terdengar dari celah kamar. Keysa menggeliat seiring dengan geliat mentari pagi yang berusaha masuk ke dalam kamar. Keysa menatap langit langitnya, dia baru ingat jika semalam bersama Nathan. Dengan cepat dia beranjak dari tempat tidur dan keluar dari kamar."Oh rupanya aku di rumah ini," Keysa masih ingat suasana rumah yang pernah dia datangi dulu.Kemudian dia perlahan mencari sosok Nathan ke arah ruang tengah, namun Nathan tidak ditemukan. Keysa kembali berjalan menuju pantry, tak kunjung menemukannya juga. Keysa kemudian duduk di sofa ruang tengah, memikirkan apa yang harus dia lakukan sekarang.Suara pintu rumah terdengar ada yang membuka, Keysa menoleh ke arah pintu dan muncul Nathan dengan membawa beberapa kantong sayuran dan segala kebutuhannya.
Setelah beberapa bulan magang di kantor Keenan, kini Kesya telah menyelesaikan tugasnya dengan baik, begitu juga dengan Rere. Mereka sama-sama mendapat nilai yang sangat memuaskan."Selamat ya Key," ucap Rere ketika mereka berada di kampus, mengambil surat kelulusan."Kamu juga Re," balas Keysa, kemudian mereka saling berpelukan erat. "Mulai detik ini pertarungan kita dimulai, masa depan kita ada didepan, kita harus berjuang Re," lanjut Keysa."Apa yang akan kamu lakukan sekarang Key," tanya Rere.Keysa melepaskan pelukannya, kemudian dia menyandarkan tubuhnya ke dinding di depan ruangan Dosen. "Entahlah Re, aku ikuti arus saja," Keysa menghela nafas."Gimana kalau kita liburan?"
Siapa Sarah?" Ekspresi wajah Elvina berubah, yang awalnya terlihat bergairah, kini mengernyitkan dahi. Pernyataan Elvina sontak membuat Billy diam sejenak. Kemudian dia mengangkat tubuhnya dan berbaring disamping Elvina yang memandangnya aneh sambil menunggu jawaban.Billy yang awalnya begitu bersemangat, tiba-tiba kehilangan gairahnya, meskipun yang dipikirkan saat itu dia bersama Sarah.Sudah sejak lama dia tidak memiliki hasrat untuk bercumbu dengan Elvina, karena memang dia tidak begitu mencintai Elvina sejak awal menikah, ditambah lagi karena Elvina yang tidak begitu memperhatikannya, yang ada dipikiran Elvina uang dan bersenang-senang diluar."Kamu salah dengar," Billy akhirnya membuka suara. Dia mengutuk dirinya kenapa sampai menyebutkan nama itu.
Kabar mengenai musibah kebakaran itu menyebar ke semua rekan pengusaha, hingga beritanya muncul di media sosial. Billy maupun Elvina sangat terpukul dengan kejadian itu, apalagi ketika mereka mendapat kabar jika pihak asuransi tidak bersedia untuk mengeluarkan sedikitpun dana untuk mengganti kerugian perusahaannya."Sial!" Teriak Billy sambil membanting sesuatu yang ada didekatnya. "Bagaimana pihak asuransi tidak mau menanggung semua ini, sudah jelas ini semua murni, tanpa sengaja kebakaran, kamu pikir siapa yang sengaja membakar semua ini?" Billy memandang tajam ke arah Rama yang baru saja melaporkan terkait informasi dari pihak asuransi."Maaf Bos, informasinya mereka ada bukti bahwa itu bukan murni kebakaran," ucap Rama dengan kepala tertunduk."Bukti apa yang mereka temukan di lokasi?"
Pagi harinya Elvina terlihat sudah bangun, Sherli mengucek matanya yang masih merasa ngantuk. "Mama sudah bangun?" "Papa mu mana? Bagaimana keadaan disana?" Elvina langsung meluncurkan beberapa pertanyaan. "Mama sebaiknya tenang dulu, biarlah itu semua Papa yang urus," ucap Sherli berusaha menenangkan. "Mama harus melihatnya kesana," Elvina berusaha bangkit dari tempat tidur, tetapi Sherli segera menahannya. Keysa memicingkan matanya yang terlihat sangat mengantuk, namun telinganya mendengar obrolan Elvina dan Sherli. Dia langsung bangkit dari sofa. "Tante sebaiknya disini saja, biarkan Om Billy yang atur semua, jangan sampai Om Billy mala
Imah keluar dari kamar Keysa, dia langsung menuju kamarnya dan mencari sesuatu di dalam lemari pakaian, dan tak lama Imah mengeluarkan sebuah kotak kayu berukuran kecil, kotak itu sepertinya sudah lama berada di dalam lemari pakaian Imah.Imah mencari sesuatu dan akhirnya dia terlihat bibirnya tersenyum dan memegang selembar foto anak kecil.Tapi kemudian wajah Imah berubah sayu, dia seperti mengkhawatirkan sesuatu.'Apa aku ceritakan saja sama Non Keysa ya?'Beberapa detik Imah terdiam, dia sedang mempertimbangkan apa yang akan dilakukannya sekarang.Imah kemudian bergegas keluar dari kamarnya, dan kembali menuju kamar Keysa. Dia langsung disambut Keysa di depan pintu, Keysa dengan cepat m
Semua pandangan keluarga Cashel diruangan itu tertuju pada sepasang suami istri yang baru saja datang dan berdiri di hadapan mereka."Sarah?" Elvina yang pertama kali mengeluarkan suara dan memanggil nama Sarah yang sedang berdiri dengan senyumnya yang terlihat sedikit menggoda, ya... dia sedikit menggoda Billy yang terkejut juga ketika melihatnya, Sarah melirik Billy dan dia cukup paham sikap Billy yang sedikit panik. Sarah begitu senang karena berhasil membuat Elvina dan yang lainnya terkejut. "Hai Elvina," jawab Sarah santai.Sarah dan Febri kemudian menghampiri mereka dan mengulurkan tangannya. Elvina terlihat enggan menerima uluran tangan Sarah, selama ini Elvina merasa tersaingi oleh Sarah. Billy dan Sherli pun terlihat biasa saja menyambut kedatangan mereka. Tetapi Keysa dia mengerutkan dahinya, dia merasa pernah bertemu dengan Sarah, tapi Keysa lu