Selama seminggu suami Sarah pergi ke luar kota untuk urusan bisnis. Suaminya bukanlah pengusaha setingkat Billy, dia hanya mengerjakan proyek-proyek kecil dan sebagai agen travel perjalanan wisata.
Saat ini dia sedang ada proyek perumahan tipe cluster di daerah Bandung, dan hanya membangun sekitar dua puluh unit rumah. Suami Sarah yaitu Febri sudah sejak lama mencurigai istrinya, kalau istrinya ada hubungan khusus dengan lelaki lain dibelakangnya, karena dia heran Sarah sering belanja barang-barang mewah dan pergi keluar dengan alasan acara arisan sama temannya.
Selain itu belum lama ini Sarah mengganti mobilnya yang baru padahal uang yang diberikan Febri belum tentu cukup untuk membayar mobil itu. Ketika suami nya bertanya, Sarah selalu bilang jika dia menang arisan, arisannya sebesar apa sampai bisa beli mobil? Dan uang nya dari mana? Pertanyaa
Pagi menjelang, Febri dengan mata masih tertutup dia meraba-raba ke samping nya dia mendapati tidak ada Sarah disamping. Lalu perlahan membuka matanya, termenung sejenak mengumpul energi setelah tidur lelap. "Oh aku dikamar sebelah," gumamnya setelah mulai sadar. Febri bangun dan langsung menuju kamar mandi, setelah rapi dia ke pantry dan melihat isi kulkasnya, masih ada beberapa stok makanan yang dia beli seminggu yang lalu. Lalu dia pergi ke ruang tengah, melihat kamar Sarah masih tertutup. Febri rencananya akan menyiapkan sarapan untuk Sarah sebagai bentuk ucapan permintaan maaf untuk istrinya, dia sibuk menyiapkan beberapa bahan dan bumbu, sambil sesekali membuka ponsel dan melihat tutorialnya di media sosial. Matanya Febri melirik jam dinding yang ada di dekat pintu. "Masih ada waktu," gumamnya. Febri
Suasana kampus siang ini sedikit mendung. Para mahasiswa yang biasanya sibuk lalu lalang di sekitar halaman kampus kini tidak terlihat, mereka lebih memilih menikmati rintikan hujan dibalik jendela kampus. Keysa dan Rere lebih memilih duduk di cafe yang ada dibawah kampus. "Mau pesan apa Keysa?" Tanya Rere. "Aku cappucino saja" Lalu Rere memanggil pelayan cafe. Mereka menikmati hangatnya cappucino di tengah rintik hujan. Keysa mengarahkan pandangannya jauh, menembus tetesan air hujan. Sementara Rere tak lama ponselnya berbunyi. "Halo Re," ucap suara perempuan terdengar melalui ponsel Rere.
Setelah seminggu tidak mengunjungi Galerinya, Elvina langsung duduk didalam ruangan setelah sampai di galeri dan meminta laporan keuangan. Beberapa menit kemudian Sam memberikan apa yang dimintanya. "Ini laporan selama seminggu Nyonya," ucap Sam. Elvina lalu memeriksanya satu per satu. "Kenapa ini ada yang menurun pendapatannya?" "Kemarin ada beberapa klien yang membatalkan ordernya Nyonya," "Kenapa?" "Alasannya harga disini terlalu mahal," ucap Sam. "Ya harusnya kalau tidak punya uang, tidak usah belanja disini," ketus Elvina. "Mungkin mereka membandingkan dengan harga di tempat la
Sepeninggal Elvina, Zhelline atau jika disebut nama panjangnya Zara Zelline menghirup kembali minumannya sampai habis, kemudian dia tersenyum penuh kemenangan. Kali ini dia merasa puas dan sedikit lega karena rasa sakitnya atas perlakuan Elvina selama ini terhadapnya sedikit demi sedikit terbalaskan.Kenangan masa lalu yang pernah dirasakannya dan selalu melekat terbawa kemanapun dia pergi, rasa sakit itu begitu menusuk hatinya. Bagaimana tidak melekat? Kenangan buruk itu selalu menghantui pikirannya.Beberapa tahun lalu ketika Zelline masih sekolah tingkat atas, dia bersama orang tuanya tinggal disebuah rumah kecil dan sederhana, ayahnya sering sakit karena selalu kerja berat untuk membiaya sekolah dan kebutuhan hidup mereka. Ketika itu rumah Zelline dan Elvina berdekatan mereka satu komplek tetapi beda blok
Setelah keluar dari rumah Zelline, Elvina langsung masuk ke mobil dengan muka merah, dan sorot mata yang menakutkan. Bagaimana tidak marah? Hari ini dia sangat marah karena Zelline mempermainkan dia, bahkan mengancamnya, selain itu tidak mau keadaan jika Zelline sekarang sudah menjadi orang yang sangat kaya bahkan bisa melebihi kekayaannya. "Sepertinya suami Zelline bukanlah orang sembarangan?" Hatinya terus terus menggerutu. "Tapi tenang dulu, yang penting sekarang, dia harus membayar tiga kali lipat sesuai yang dia janjikan," Elvina tertawa lebar, sopir nya heran karena tidak tahu tiba-tiba majikan tertawa. "Kamu tidak bisa melangkahi ku Zelline, kamu tidak akan pernah berhasil mempermainkan aku, apalagi membalas perbuatan ku selama ini," "Elvina tidak
Setelah seminggu tidak bertemu Bryan, Sherly sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya. Pagi sekali dia sudah menghubungi Brian dan memintanya untuk bertemu di kampus. Sherly sangat agresif di samping itu kedekatannya dengan Bryan sangat didukung oleh Elvina karena alasan bisnis. Sampai di kampus, Sherly langsung menemui Brian yang sedang berkumpul sama temannya yang lain. "Hai Bryan," sapa nya. "Hai," "Kamu tidak rindu sama aku?" "Rindulah, kenapa kamu tidak bilang kalau sudah selesai liburan, setidaknya aku bisa menjemputmu di bandara," "Kan sudah ada sopir yang menjemputku, aku membawakanmu sesuatu," ucap Sherly sambil mengeluarkan sesuatu
Pagi hari ketika yang lain masih terlelap, seperti biasa Keysa bangun untuk pergi berolahraga di sekitar rumah. Keysa memakai headset untuk mendengarkan musik melalui ponselnya, kemudian dia mengitari lapangan hingga beberapa kali. Ponselnya bergetar beberapa kali tak terasa olehnya, hingga kesekian kali nya dia baru menyadari, lalu Keysa merogoh saku celananya."Kamu harus waspada!"Sebuah pesan dari nomor tidak dikenal, terlihat di layar ponsel Keysa. Keysa mengerutkan keningnya dan berfikir siapakah yang mengirim pesan itu? Atau mungkin ini pesan dari layanan pelanggan? Sebuah pesan dari nomor 504 itu akhirnya dia abaikan. Kesya kemudian memasukan kembali ponselnya ke dalam saku dan melanjutkan olahraga. Sepuluh menit berlalu, Keysa menghentikan kegiatannya dan kembali ke rumah, dia melirik jam tangannya
Bab 31. Konferensi Pers Masalah Billy dengan warga ternyata belum juga usai, pelunasan atas pembelian rumah warga tidak pernah ia selesaikan. Karena hal itu kemarahan warga pun sudah tidak terbendung lagi, mereka sudah cukup lama bersabar menunggu janji Billy. Dan kini mereka bertindak sendiri dengan mendatangi area pembangunan dengan spanduk khas nya orang berdemo. Mereka untuk agar Billy segera melunasinya, jika tidak dilunasi mereka mengancam akan membongkar bangunan yang hampir selesai dibangun. Para pegawai Billy sudah berjajar menjaga area tersebut, untuk menahan warga supaya tidak bisa masuk ke dalam area, warga berusaha menerobos masuk, namun para penjaga dengan tubuhnya yang kekar, mereka pun tidak mau kalah dan berusaha menghadang warga. Beberapa warga terus berteriak sambil memanggil nama Billy.&n