Setelah seminggu tidak mengunjungi Galerinya, Elvina langsung duduk didalam ruangan setelah sampai di galeri dan meminta laporan keuangan. Beberapa menit kemudian Sam memberikan apa yang dimintanya.
"Ini laporan selama seminggu Nyonya," ucap Sam.
Elvina lalu memeriksanya satu per satu.
"Kenapa ini ada yang menurun pendapatannya?"
"Kemarin ada beberapa klien yang membatalkan ordernya Nyonya,"
"Kenapa?"
"Alasannya harga disini terlalu mahal," ucap Sam.
"Ya harusnya kalau tidak punya uang, tidak usah belanja disini," ketus Elvina.
"Mungkin mereka membandingkan dengan harga di tempat la
Sepeninggal Elvina, Zhelline atau jika disebut nama panjangnya Zara Zelline menghirup kembali minumannya sampai habis, kemudian dia tersenyum penuh kemenangan. Kali ini dia merasa puas dan sedikit lega karena rasa sakitnya atas perlakuan Elvina selama ini terhadapnya sedikit demi sedikit terbalaskan.Kenangan masa lalu yang pernah dirasakannya dan selalu melekat terbawa kemanapun dia pergi, rasa sakit itu begitu menusuk hatinya. Bagaimana tidak melekat? Kenangan buruk itu selalu menghantui pikirannya.Beberapa tahun lalu ketika Zelline masih sekolah tingkat atas, dia bersama orang tuanya tinggal disebuah rumah kecil dan sederhana, ayahnya sering sakit karena selalu kerja berat untuk membiaya sekolah dan kebutuhan hidup mereka. Ketika itu rumah Zelline dan Elvina berdekatan mereka satu komplek tetapi beda blok
Setelah keluar dari rumah Zelline, Elvina langsung masuk ke mobil dengan muka merah, dan sorot mata yang menakutkan. Bagaimana tidak marah? Hari ini dia sangat marah karena Zelline mempermainkan dia, bahkan mengancamnya, selain itu tidak mau keadaan jika Zelline sekarang sudah menjadi orang yang sangat kaya bahkan bisa melebihi kekayaannya. "Sepertinya suami Zelline bukanlah orang sembarangan?" Hatinya terus terus menggerutu. "Tapi tenang dulu, yang penting sekarang, dia harus membayar tiga kali lipat sesuai yang dia janjikan," Elvina tertawa lebar, sopir nya heran karena tidak tahu tiba-tiba majikan tertawa. "Kamu tidak bisa melangkahi ku Zelline, kamu tidak akan pernah berhasil mempermainkan aku, apalagi membalas perbuatan ku selama ini," "Elvina tidak
Setelah seminggu tidak bertemu Bryan, Sherly sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya. Pagi sekali dia sudah menghubungi Brian dan memintanya untuk bertemu di kampus. Sherly sangat agresif di samping itu kedekatannya dengan Bryan sangat didukung oleh Elvina karena alasan bisnis. Sampai di kampus, Sherly langsung menemui Brian yang sedang berkumpul sama temannya yang lain. "Hai Bryan," sapa nya. "Hai," "Kamu tidak rindu sama aku?" "Rindulah, kenapa kamu tidak bilang kalau sudah selesai liburan, setidaknya aku bisa menjemputmu di bandara," "Kan sudah ada sopir yang menjemputku, aku membawakanmu sesuatu," ucap Sherly sambil mengeluarkan sesuatu
Pagi hari ketika yang lain masih terlelap, seperti biasa Keysa bangun untuk pergi berolahraga di sekitar rumah. Keysa memakai headset untuk mendengarkan musik melalui ponselnya, kemudian dia mengitari lapangan hingga beberapa kali. Ponselnya bergetar beberapa kali tak terasa olehnya, hingga kesekian kali nya dia baru menyadari, lalu Keysa merogoh saku celananya."Kamu harus waspada!"Sebuah pesan dari nomor tidak dikenal, terlihat di layar ponsel Keysa. Keysa mengerutkan keningnya dan berfikir siapakah yang mengirim pesan itu? Atau mungkin ini pesan dari layanan pelanggan? Sebuah pesan dari nomor 504 itu akhirnya dia abaikan. Kesya kemudian memasukan kembali ponselnya ke dalam saku dan melanjutkan olahraga. Sepuluh menit berlalu, Keysa menghentikan kegiatannya dan kembali ke rumah, dia melirik jam tangannya
Bab 31. Konferensi Pers Masalah Billy dengan warga ternyata belum juga usai, pelunasan atas pembelian rumah warga tidak pernah ia selesaikan. Karena hal itu kemarahan warga pun sudah tidak terbendung lagi, mereka sudah cukup lama bersabar menunggu janji Billy. Dan kini mereka bertindak sendiri dengan mendatangi area pembangunan dengan spanduk khas nya orang berdemo. Mereka untuk agar Billy segera melunasinya, jika tidak dilunasi mereka mengancam akan membongkar bangunan yang hampir selesai dibangun. Para pegawai Billy sudah berjajar menjaga area tersebut, untuk menahan warga supaya tidak bisa masuk ke dalam area, warga berusaha menerobos masuk, namun para penjaga dengan tubuhnya yang kekar, mereka pun tidak mau kalah dan berusaha menghadang warga. Beberapa warga terus berteriak sambil memanggil nama Billy.&n
Keysa terkejut ketika melihat wajah Billy terpampang di layar kaca, dia mengerutkan keningnya sambil menyimak siaran khusus yang dilakukan Billy untuk mengklarifikasi perihal berita yang beredar bersama para wartawan. "Kenapa pula Om Billy ini cari masalah, dia terlalu rakus sih," gerutu Keysa. Keysa hendak keluar dan melihat sekeliling ruangan, namun ia mendengar keributan di bawah seperti suara Billy yang sedang marah dan membanting beberapa barang yang ada disekitarnya. "Kurang ajar semua!" Teriak Billy dengan wajah memerah. "Sudahlah kamu tidak usah marah begitu, ini semua karena kamu sendiri tidak kamu prioritaskan dulu urusan dengan warga," Elvina berani menyalahkan Billy. "Aku yakin ini sengaja ada ora
Hari ini adalah hari pertama Keysa dan Rere mulai magang di kantor Keenan. Tidak seperti biasa, hari ini Keysa mengenakan blazer warna hitam, celana hitam dan sepatu hitam layaknya setelan orang masuk kantor. Tak lupa dia sarapan seperti biasa yang diantarkan oleh Imah ke kamarnya, melihat nona mudanya tidak seperti biasa, Imah sedikit ingin tahu dan penasaran. "Non mau kemana, tidak seperti biasa dandan seperti itu, kayak sedang berduka segala hitam?" Ucap Imah dengan matanya tidak berkedip karena sebenarnya dia kagum melihat Keysa yang terlihat begitu cantik. "Bibi mau tahu saja urusan anak muda," ucap Keysa santai sambil tersenyum melirik ke arah Imah yang masih mematung di sampingnya. "Non cantik banget, bibi hampir kaget dan tidak mengenali tadi," ucapnya.
Selesai mengikuti sidang, Keysa dan yang lainnya kembali ke kantor. Mereka langsung menuju lantai dua Dean dan kedua temannya memeriksa beberapa berkas. Keysa, Rere dan Keenan mereka duduk di sofa sambil menyandarkan tubuh mereka."Baru kali ini aku ikuti proses sidang sampai selesai, cukup melelahkan," ucap Keysa."Ini belum seberapa Key, ada juga yang proses lebih lama dan alot," Keenan menimpali."Wajarlah proses hukum ini bukan main-main, segala sesuatu nya harus detail," sahut Rere."Kalian mau makan apa? Mau pesan online atau kita cari tempat saja?" Tanya Keenan, mereka tadi tidak sempat singgah untuk makan karena sudah merasa lelah."Pesan online saja, kayaknya aku sudah tidak kuat lagi jalan-ja