Home / Pendekar / 4 PUSAKA PENAKLUK JAGAT / Bab 15 : Saling Tolong Menolong

Share

Bab 15 : Saling Tolong Menolong

Author: Adil Perwira
last update Last Updated: 2024-10-25 11:03:20

Jaka Purnama menjura hormat kepada dua orang pendekar yang telah membantunya itu. “Terimakasih banyak, Sobat berdua telah membantuku menghadapi para bromocorah tadi. Perkenalkan, namaku Jaka Purnama, dari Desa Tanjung Bambu.”

Sambil memegang pedang yang sudah tersarung, lelaki berbaju abu-abu dengan rambut panjang yang tersanggul di puncak kepalanya juga balas memberi hormat.

“Tidak perlu berterimakasih, Sobat. Sudah menjadi kewajiban kita para pendekar untuk menumpas kejahatan. Perkenalkan,. namaku Abirama, dan ini adalah adik kandungku, Alindra. Kami dari perguruan Teratai Jingga di balik Bukit Sarang Merpati.”

“Perguruan Teratai Jingga?” Sejenak Jaka Purnama mengerutkan dahi. Dia merasa pernah mendengar nama itu. “Oh, iya, aku baru ingat. Ternyata kalian adalah murid Nyai Maheswari. Beliau seorang tokoh pendekar wanita yang terkenal ahli dalam ilmu pengobatan.”

“Betul sekali, Kakang Pendekar,” ujar Alindra. “Rupanya Kakang juga mengetahui tentang guru kami.”

Abirama lalu bertanya,
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • 4 PUSAKA PENAKLUK JAGAT   Bab 16 : Makhluk Penjaga Lembah Cendana

    Bab 16 : Makhluk Penjaga Lembah CendanaBerminggu lamanya perjalanan panjang ditempuh, hutan dan tebing perbukitan telah dilewati, sungai-sungai telah diseberangi, dan segala rintangan maupun marabahaya sudah dihadapi. Ketika siang panas matahari menjilati kulit, dan saat malam tiba dinginnya udara menusuk ke tulang, namun apapun itu, tak dapat menyurutkan semangat Jaka Purnama.Kini tibalah dia di tempat yang menjadi tujuannya, yaitu Lembah Cendana. Kawasan ini dikelilingi oleh pegunungan yang terlatak pada empat penjuru mata angin.Di sebelah Timur tampaklah satu gunung yang paling tinggi. Setiap kali matahari terbit di waktu pagi, maka cahayanya akan terlihat terang benderang di puncak gunung itu, sehingga dinamakanlah ia sebagai Gunung Bhanurasmi, yaitu gunung matahari.Di sebelah Barat ada tiga barisan gunung yang bernama Bukit Tiga Baris, di sebelah Utara ada dua buah gunung yang rapat dan dinamai Gunung Bujang Dara, sedangkan di sebelah Selatan ada satu gunung yang paling kecil

    Last Updated : 2024-10-25
  • 4 PUSAKA PENAKLUK JAGAT   Bab 17 : Bertemu Sahabat Lama Guru

    Tak lama setelah perjumpaannya dengan siluman musang, tiba-tiba Jaka Purnama melihat lagi dari balik pohon muncul seorang lelaki tua berbaju hijau dengan rambut putih yang tersanggul. Dia berjalan menggunakan tongkat dan menghampiri Jaka Purnama.Orang tua itu berkumis tebal dan memiliki jenggot yang panjang hingga ke pusat, semuanya tampak putih, menandakan kalau usianya memang sudah sangat tua, hal itu dibuktikan pula dengan kulit wajahnya yang terlihat keriput dan bola matanya yang sudah kelabu.Jaka Purnama mundur beberapa langkah dan mengambil sikap waspada, namun orang tua itu mengisyaratkan dengan telapak tangan agar Jaka Purnama tidak usah takut. Dengan suara serak, dia berkata, “Tenanglah, Ki Sanak. Aku ini bukan orang dunia persilatan yang suka berkelahi. Kau tidak perlu waspada begitu melihatku.”Orang tua tersebut memang kelihatan lebih ramah dan bersahabat jika dibandingkan dengan siluman musang tadi. Jaka Purnama memberi hormat dengan menyatukan kedua tangan.Orang tua

    Last Updated : 2024-10-25
  • 4 PUSAKA PENAKLUK JAGAT   Bab 18 : Pertanyaan Penuh Hikmah

    Sangat berbeda dengan siluman beruang tadi, Janaloka muncul sebagai penghalang bukan untuk menguji ilmu kanuragan Jaka Purnama, melainkan untuk menguji wawasan dan juga kecerdasannya.Jaka Purnama memberi hormat dan membungkukkan badan. “Dengan pengetahuanku yang terbatas, aku akan berusaha menjawab ketiga pertanyaan itu. Silahkan Kakek ajukan.”Janaloka pun memulai dengan pertanyaan pertama. “Sebutkan padaku anjing apa yang paling buas, babi apa yang paling pemalas, dan harimau apa yang paling kuat?”Jaka Purnama merasa tidak asing saat mendengar pertanyaan tersebut. Ini adalah hal yang kerap dibahas oleh Mpu Seta saat dia menasehati Jaka Purnama dan Jagat Pramudita setiap kali selesai latihan. Tanpa butuh waktu lama, dia sudah mengerti maksud pertanyaan itu dan langsung bisa menjawabnya. Dengan yakin, Jaka Purnama menjawab, “Anjing yang paling buas adalah gejolak amarah dalam diri, babi yang paling pemalas adalah sifat kemelekatan terhadap hal duniawi, dan harimau yang paling kuat

    Last Updated : 2024-10-26
  • 4 PUSAKA PENAKLUK JAGAT   Bab 19 : Selesainya Semua Ujian

    Janaloka sejenak menarik nafas panjang dan lalu menghembuskannya. “Baiklah, sekarang tinggal satu pertanyaan lagi, jika kau berhasil menjawabnya, maka akan kuantarkan kau untuk bertemu dengan orang yang kau cari.”“Silahkan, Kek. Aku siap menyimak pertanyaan terakhirmu,” angguk Jaka Purnama.Janaloka pun berkata, “Beritahukan padaku tali apa yang paling rapuh, namun paling banyak dipegangi oleh orang-orang!”Awalnya Jaka Purnama menduga mungkin jawabannya adalah tali kekang kuda. Sebab tali itulah yang sering dipegang oleh banyak orang dari kalangan para penunggang kuda. Tapi Janaloka juga mensifatkannya mudah rapuh, atau mudah putus, berarti ada jawaban lain yang lebih tepat.“Maaf, Kek.” Jaka Purnama menjura hormat. “Apa Kakek berkenan memberiku sedikit bayangan. Pertanyaanmu yang satu ini agak sukar untuk kupahami.”“Baiklah, akan kuberikan untukmu satu bayangan saja,” ujar Janalok tersenyum. “Tapi bila jawabanmu ternyata salah, maka kau harus angkat kaki dari Lembah Cendana ini da

    Last Updated : 2024-10-26
  • 4 PUSAKA PENAKLUK JAGAT   Bab 20 : Anak Emas

    Setelah delapan belas tahun waktu berlalu, Jaka Purnama tak jua kembali dari Lembah Cendana, kini anak semata wayangnya yang dia titipkan kepada Jagat Pramudita telah tumbuh dewasa menjadi pemuda yang tampan dan gagah.Jaka Pramudita mendirikan perguruan silat di Desa Tanjung Bambu yang diberi nama Perguruan Rajawali Angkasa. Dia hidup membujang dan tidak memiliki pendamping hidup. Setiap hari kesibukkannya adalah melatih murid-murid agar menjadi para pendekar yang sanggup terjun ke dunia persilatan.Ada rasa kerinduan yang sangat dalam di hati Jagat Pramudita setelah sekian tahun tak pernah lagi melihat Jaka Purnama, namun walau demikian, bayangan sosok sahabatnya itu sangat jelas tergambar pada diri Giandra Lesmana, baik itu bentuk fisik maupun muka antara ayah dan anak ini mempunyai kemiripan.Jagat Pramudita telah menganggap anak sahabatnya itu seperti putra kandungnya sendiri. Seluruh kemampuan ilmu bela diri yang dia miliki telah diwariskannya kepada Giandra Lesmana. Anak itu ter

    Last Updated : 2024-10-26
  • 4 PUSAKA PENAKLUK JAGAT   Bab 21 : Terungkapnya Semua Cerita Lampau

    Dalam ruangan tempat penyimpanan lontar-lontat kuno, Jagat Pramudita dan Giandra duduk menghadapi sebuah kotak kayu yang tergeletak di atas meja.Pintu telah ditutup rapat, tidak lagi orang lain kecuali hanya mereka berdua di sini. Jagat Pramudita hendak menunjukkan kepada Giandra suatu hal besar yang selama ini menjadi rahasia perguruan Rjawali Angkasa.Jagat Pramudita mulai membuka tutup pada bagian atas dari kota tersebut. Dia lalu mengeluarkan sebuah gulungan lontar dari dalamnya.Jantung Giandra terasa berdegup. Dalam hati dia pun bertanya-tanya, rahasia besar apakah yang akan diungkapkan oleh sang guru kepadanya hari ini, bahkan sampai harus menutup pintu agar orang lain tidak ikut menyaksikan.Jagat Pramudita menggeser kotak itu ke tepi meja, dia kemudian membukan gulungan lontar tersebut secara membujur dan memperlihatkannya kepada Giandra.Giandra akhirnya tertarik untuk memperhatikan, pada gulungan lontar itu berisi tulisan dengan aksara

    Last Updated : 2024-10-27
  • 4 PUSAKA PENAKLUK JAGAT   Bab 22 : Munculnya Gerombolan Nogo Ireng

    “Giandra, coba kau berikan telapak tangan kananmu padaku.” Ujar Jagat Pramudita. “Kita akan coba membangkitkan Tenaga Dalam Inti Indurashmi yang sudah ada pada dirimu.Giandra tidak mengerti apa yang diinginkan oleh gurunya, tapi dia mengikuti perintah tersebut. Dia menyorongkan tangan kanannya ke depan.Jagat Pramudita pun menggenggam pergelangan tangan Giandra. “Sekarang tutup kedua belah matamu dan berkonsentrasilah. Tarik nafas yang dalam dan hentakkan ke arah pusat. Tarik sebuah kekuatan yang sangat kuat yang selama ini terpendam di tubuhmu. Usahakan agar cahayanya keluar melalui telapak tangan. Aku akan membantumu menariknya.”Giandra pun melakukan yang apa yang barusan disuruh oleh gurunya. Dia memejamkan mata dan mulai berkonsentrasi. Saat pikirannya telah mencapai keheningan, dia pun mulai menarik nafas panjang dan menghentakkannya ke perut.Dalam keadaan mata berpejam, Giandra menyaksikan ada pancaran sinar putih ya

    Last Updated : 2024-10-27
  • 4 PUSAKA PENAKLUK JAGAT   Bab 23 : Ilmu Meraga Sukma

    Tubagus Dharmasuri datang menghadap kepada Prabu Surya Buana. Kala itu sang prabu sedang duduk di atas singgana dan ditemani oleh dua orang punggawa yang juga duduk di bawah anak tangga.Di sebelah kanan ada Senopat Wibisana, usianya baru 35 tahunan, berkulit gelap, dan postur tubuhnya tidak terlalu tinggi namun sangat kekar. Dia adalah orang selalu menemani sang prabu setiap kali prabu akan pergi berburu ke hutan.Di sebelah kiri ada Senopati Taraka, umurnya sudah 40 tahunan, badannya jangkung, dan dia terkenal sebagai ahli memanah dan ahli dalam menyusun strategi perang.Sang Prabu duduk di singgasana dengan mengenakan jubah berwarna putih perak dan mahkota emas di kepalanya. Dia saat itu tengah asyik membolak-balikkan liontin pada kalung yang dia pakai. Liontin tersebut adalah berupa batu yang sangat indah dan diberi nama Mustika Permata Hijau. Semua orang di lingkungan sudah tahu kalau sang prabu selalu mengenakan kalung tersebut kemana pun dia pergi.

    Last Updated : 2024-10-27

Latest chapter

  • 4 PUSAKA PENAKLUK JAGAT   Bab 96 : Tiga Pemangku Adat Desa Baru Delima

    Sore hari di Desa Batu Delima para ketua adat dan juga pemuda-pemuda digemparkan oleh kedatangan Argani bersama rombonganya. Mereka kemari bertujuan mencari gadis-gadis perawan untuk menunaikan syarat dari Iblis Hitam.Dalam tradisi masyarat Desa Batu Delima ada tiga orang pria sepuh yang menduduki jabatan pemangku adat. Mereka dipilih karena dianggap sebagai tokoh yang paling dituakan, paling berilmu, dan paling bijaksana. Saat ini jabatan itu dipegang oleh Ki Kusuma, Ki Dharmawira, dan Ki Martadi.Yang usianya paling senja di antara tiga orang pemangku adat itu adalah Ki Martadi. Kakek tua ini berkepala botak, berkumis tebal dan berjenggot panjang yang sudah memutih bagaikan perak. Dia mengenakan jubah ungu dan berjalan memakai tongkat.“Kami sudah lama mendengar cerita tentang kelompok kalian. Kalian semua pasti adalah Persaudaraan Iblis yang kabarnya banyak membunuh pendekar aliran putih, benar begitukan? Kalian memang manusia-manusia jahat!” uja

  • 4 PUSAKA PENAKLUK JAGAT   Bab 95 : Diterimanya Damayanti Bergabung

    Prabu Surya Buana yang tadi hanya diam menonton kini sadar bahwa pertarungan dua orang ini sudah harus dihentikan sekarang. Sebab keduanya tampak akan saling mencelakai satu sama lain, tak mustahil kalau pertemuan dua jurus itu bisa membuat keduanya tewas!“Mpu Bhiantar, cepat hentikan mereka. Aku tidak ingin kalau dua pendekar ini jadi saling bunuh,” kata Prabu Surya Buana.Mpu Bhiantar pun segera melompat ke udara, dia lalu mendarat tepat di tengah Damayanti dan Patrioda yang akan saling beradu jurus maut.Pria tua itu langsung memukul bumi dengan telapak tangannya sambil bertariak, “Jurus Petir Memecah Bukit! Hiyaaa!”Cahaya kilat keemasan seketika menjalar di tanah, lalu terjadilah sebuah ledakan! Patrioda dan Damayanti sontak langsung menarik pukulan mereka dan bersalto ke belakang untuk menyelamatkan diri.Mpu Bhiantar menghela nafas. Dia menurunkan kembali tenaga dalamnya. Sekarang Damayanti dan Patrioda sudah berhent

  • 4 PUSAKA PENAKLUK JAGAT   Bab 94 : Beradu Jurus Pamungkas

    Seorang prajurit tiba-tiba datang dari balik pintu. Dia berjalan melewati semua orang, lalu berdiri tegak di depan Prabu Surya Buana dan menjura hormat.“Ampun beribu ampun, Gusti,” kata si pengawal itu berucap. “Di depan ada seorang pendekar wanita yang ingin memaksa masuk ke dalam istana. Para prajurit berusaha untuk mengusirnya, namun dia sangat kuat!”Prabu Surya Buana menarik badannya dari sandaran. “Seorang pendekar wanita? Apa dia datang dengan membawa surat undangan?”“Tidak, Gusti,” jawab si pengawal. “Pendekar wanita itu tidak membawa surat undangan, makanya kami berusaha mengusirnya, tapi dia melawan dan ingin tetap masuk. Wajahnya tertutup dengan cadar putih, dan dia juga membawa busur serta panah.”Patrioda lalu langsung berkata, “Bisa jadi itu adalah salah satu anggota Persaudaraan Iblis!” Dengan sangat yakin akan kehebatan dirinya, dia pun menjura hormat pada sang prabu. “Hamba akan menghadapi pendekar bajingan itu, Gusti. Bajingan itu tidak akan lolos dari hamba.”“Ber

  • 4 PUSAKA PENAKLUK JAGAT   Bab 93 : Suasana Panas di Ruangan Sang Prabu

    Ekspresi wajah Alindra tampak tidak suka melihat Patrioda yang baru datang dengan gaya selangit begitu. Dalam hati dia berucap, “Orang ini sok sekali, apa dia tidak merasa malu di hadapan prabu dan para senopatinya?”Prabu Surya Buana mengangguk. Dia tersenyum maklum melihat gaya Patioda, menurutnya ini adalah hal yang wajar karena usia Patrioda yang masih sangat muda.“Selamat datang Istana kerajaan Jayakasatara, Patrioda. Kuucapkan terimakasih karena kau telah bergabung bersama kami,” kata Prabu Surya Buana“Suatu kehormatan bagiku bisa membantu kerajaan,” ujar Patrioda seraya menundukkan kepala.Senopati Wibisana yang juga hadir di ruangan itu memangku tangan. Dia ikut jengkel melihat gaya Patrioda yang kelihatan sangat ingin cari muka di depan Prabu Surya Buana.Senopati Wibisana merasa kalau dia akan kesulitan bila harus menerima pemuda seperti Patrioda ini, sebab dari sikap badan Patrioda saja yang membusung angkuh sudah menunjukkan kalau dia akan jadi prajurit yang susah diatur

  • 4 PUSAKA PENAKLUK JAGAT   Bab 92 : Suara dari Luar Pintu

    Mpu Bhiantar datang dari balik pintu dan menghadap kepada Prabu Surya Buana. Dia langsung menjura hormat dan menundukkan pandangan. Ternyata di tempat itu hanya ada sang prabu bersama dengan dua orang senopatinya, sedangkan Patih Tubagus Dharmasuri masih belum kembali dari Desa Tanjung Bambu.Abirama dan Alindra ikut masuk bersama Mpu Bhiantar, keduanya pun berdiri tegak di belakang pria tua itu. mereka juga turut menjura hormat dan menundukkan kepala.“Semoga kesejahteraan dan kedamaian selalu terlimpah atas Gusti Prabu yang agung,” kata Mpu Bhiantar mengucap doa sebelum akan memperkenalkan para pendekar yang datang bersamanya.Prabu Surya Buana yang duduk di atas singgasana lalu menangkupkan telapak tangan. “Terimakasih atas doamu, Mpu Bhiantar. Siapakah dua orang yang kaubawa ini?”Senopati Taraka dan Senopati Wibisana yang tadi duduk di bawah anak tangga lalu bangkit berdiri untuk menghargai tamu kerajaan. Mereka tahu bahwa yan

  • 4 PUSAKA PENAKLUK JAGAT   Bab 91 : Senyuman Yang Tak Dibalas

    Pagi ini adalah pertamakalinya Patrioda datang ke ibu kota sendirian dengan mengendarai kuda. Sebelumnya dia sama sekali belum pernah menginjak wilayah tersebut.Tempat ini sangat ramai dan banyak para pedagang. Patrio da terus membawa kudanya berjalan ke depan sambil menikmati pemandangan di sekelilingnya.Satu minggu sudah lamanya perjalanan yang Patrioda tempuh, dari mulai menyeberangi Sungai Pinang Muda, melewati beberapa kadipaten, menembus belantara yang liar, dan hingga sampailah juga dirinya di tempat yang sangat dia dambakan itu, yakni Istana Kerjaan Jayakastara.Baru melihat pintu gerbang saja pikiran Patrioda sudah mulai mengkhayal jauh, dia membayangkan kalau suatu saat dirinya bisa memiliki kedudukan di istana ini sebagai panglima perang, tentulah dengan begitu derajatnya akan naik, dan nama Perguruan Lenggo Geni juga akan ikut terangkat.Salah satu dari dua pengawal yang menjaga pintu gerbang bertanya pada Patrioda, “Ada urusan apa kaudatang kemari?”Sambil membusungkan

  • 4 PUSAKA PENAKLUK JAGAT   Bab 90 : Tabib Istana Yang Awet Muda

    Setelah Abirama dan Alindra menempuh perjalanan panjang yang cukup jauh, akhirnya kakak dan adik itu tiba juga di Istana Kerajaan Jayakastara pada waktu pagi hari.Karena mereka sudah membawa surat undangan, maka mereka pun diizinkan masuk oleh para pengawal yang menjaga pintu gerbang.Baru beberapa langkah saja keduanya berjalan, kedatangan mereka langsung disambut hangat oleh Mpu Bhiantar. Dia sudah tahu dari Senopati Taraka kalau dua orang murid Nyai Maheswari ini akan bergabung dengan kerajaan. Mpu Bhiantar sangat senang bisa berjumpa mereka.“Selamat datang, Anak-anakku. Sudah begitu lama aku tak pernah lagi melihat kalian. Akhirnya sekarang kita bisa bertemu lagi,” kata Mpu Bhiantar sambil tersenyum.Abirama dan Alindra pun juga balas tersenyum dan menjura hormat. Wajah Mpu Bhiantar terlihat awet sangat muda bagai tak pernah berubah dari dulu. Dia berkulit putih tanpa jenggot atau pun kumis. Rambutnya hitam lurus dan panjang tanpa ditumb

  • 4 PUSAKA PENAKLUK JAGAT   Bab 89 : Cahaya Jati Diri

    Siang hari di dalam hutan yang tertutup pohon-pohon kayu ara, Giandra sedang berlatih ajian Tatapan Rajawali Menembus dibawah bimbingan Tubagus Dharmasuri. Dia sudah berhasil mencapai tingkatan kedelapan, hanya tinggal satu langkah lagi baginya untuk menyempurnakan sampai tingkat kesembilan.Di atas sebuah batu besar, Giandra bersila dan berkonstrasi, berusaha menghidupkan setiap pusaran tenaga dalam pada dirinya. Ini adalah proses penyatuan antara buana alit dan buana agung supaya dapat menyelaraskan jiwa dengan alam semesta.Tubagus Dharmasuri terus memperhatikan Giandra. Lelaki tua itu hanya diam sambil memangku tangannya ke belakang. Dia melihat bahwa peningkatan Giandra cukup bagus dari hari ke hari . Berbagai latihan yang sulit telah berhasil Giandra lewati hingga akhirnya sampai ke titik ini.“Rasakanlah pusaran kekuatan yang berkobar dalam dirimu. Bayangankan setiap pintu tenaga dalam di tubuhmu laksana roda yang berputar, pancaran tenaganya menjad

  • 4 PUSAKA PENAKLUK JAGAT   Bab 88 : Lima Jari Penghancur Tengkorak

    Persaudaraan Iblis telah berhasil mengumpulkan dua belas mayat anak kecil dan mengumpulkannya dalam sebuah gubuk tua. Anak-anak itu diculik secara paksa, lalu dibunuh dengan sangat kejam dan mayatnya dibawa ke tempat ini.Sebentar lagi Argani akan membelah dada mereka dan memakan jantung anak-anak itu. Karena demikianlah syarat yang diperintahkan oleh Iblis Hitam.Sebelum Argani akan melakukan perbuatan terkutuknya, tiba-tiba Panglima Sanca baru kembali setelah tadi sempat dicari-cari oleh yang lain. Dia datang sambil menggendong Aryajanggala yang dalam keadaan sekarat.Bayu Halimun langsung bertanya, “Ada apa lagi ini? Apa yang terjadi pada Taring Beruang?”Panglima Sanca menurunkan lelaki itu ke lantai dan menyandarkan tubuhnya ke dinding. Dia kemudian menatap pada semua orang di gubuk tersebut. “Taring Beruang telah terkena panah beracun. Dia harus secepatnya diobati, kalau tidak, dia bisa tewas.”Manik Maya pun mendekati

DMCA.com Protection Status