Gea hanya bisa pasrah saja saat di make up, dan di minta berganti pakaian. Semua kostum dan tukang make up sudah di siapkan oleh keluarga Geo yang super kaya itu.
"Semoga nggak ada adegan mesra-mesraan sama itu cowok tengil," batin Gea.Di waktu yang cukup singkat itu, mereka melakukan dua sesi foto prewedding. Yang pertama yaitu, menggunakan pakaian casual. Beruntungnya Gea dapat melakukan arah sang fotografer dengan baik. Dia membuang semua raut kesal dan jengkelnya, agar acara foto prewedding itu bisa cepat selesai.Dan sama halnya dengan Geo, dia juga bisa mengikuti arahan tersebut. Andai saja Geo tidak bisa mengikuti dan harus mengulang-ulang adegan berfoto, Mungkin Gea akan langsung menjambak-jambak rambut calon suaminya itu.Sesi foto kedua, Gea menggunakan gaun berwarna putih tanpa lengan, dengan rambutnya yang di biarkan tergerai. Sedangkan Geo menggunakan setelan tuxedo berwarna hitam, membuatnya semakin terlihat gagah.Mereka di pertemukan dan beradegan saling menatap penuh cinta, dengan tangan Geo yang melingkar di pinggang Gea. Awalnya Gea ingin protes, namun dirinya bisa apa? Dia masih sangat membutuhkan uang dari keluarga Geo."Senyum," desis Geo saat mereka berhadapan."Ogah!" balas Gea, namun tidak sesuai dengan apa yang di ucapkan oleh bibirnya. Dia kesal namun menatap Geo dengan tatapan penuh cinta."Perfect, keep it like that," puji sang fotografer.Gea hanya bisa menghela nafas panjang. Ini memang takdirnya, menjadi calon istri orang super kaya dan harus menuruti apa yang diinginkan oleh keluarga Geo. Ia hanya berharap semoga pernikahan ini tidak akan menjadi mimpi buruk baginya.Setelah selesai sesi foto prewedding, Gea akhirnya bisa sedikit lega. Dia segera berganti pakaian dan mempersiapkan diri untuk pulang. Namun, sebelum pulang, Geo mendekatinya."Biar gue yang anterin loe pulang," ucap Geo."Ogah! Gue bisa pulang sendiri. Udah sana-sana loe pergi," tolak Gea."Loe yakin? Di depan masih ada mama Gue, ntar di kira gue calon suami yang nggak perhatian."Dan benar saja, mama Alya datang menghampiri mereka berdua untuk berpamitan pulang lebih dulu."Mama pulang duluan, ya. Kasian papa udah nungguin di rumah. Geo, kamu anter Gea pulang di apartemen yang di jalan manggis ya. Mamanya Gea dan adiknya juga udah di sana kok.""Iya ma, siap.""A-aku pulang ke rumah aja tan-.""Eh, mama. Aku kan belum bawa pakaian ganti dan sebagainya. Aku juga bisa pulang sendiri kok, nggak usah repot-repot di anterin.""Nggak bisa gitu, Gea. Ini udah malem, biar Geo yang anterin kamu. Sebentar lagi kan kalian berduakan juga udah mau nikah, jadi nggak apa-apa selain biar makin akrab. Kamu nggak perlu bawa baju ganti, semua udah mama siapin di apartemen. Mama dan adikmu kan udah stay di sana. Karena acara pernikahannya nanti bakal di adain di gedung deket situ," jelas mama Alya.Lagi-lagi, Gea pasrah menuruti semua perintah calon mama mertuanya.Geo akhirnya membawa Gea pulang ke apartemen dengan diam-diam tersenyum. Gea hanya bisa menghela nafas panjang, dia sebenernya males banget jika harus berduaan saja dengan Geo.Di sepanjang perjalanan, Gea memilih diam dan menatap keluar jendela mobil. Pikiran melayang ke hari esok. Statusnya akan berubah menjadi seorang istri, dari laki-laki yang sangat di bencinya."Loe lagi mikirin apa?" tanya Geo yang memperhatikan Gea sejak tadi."Nggak usah kepo!" jawabnya ketus."Kalo loe ada masalah sama pernikahan ini, loe ngomong aja. Loe masih ada waktu buat ngebatalin ini semua."Namun Gea tidak menanggapi ucapan Geo tersebut. Dirinya tidak mungkin bisa membatalkan pernikahannya ini. Karena itu sama saja menghentikan pengobatan untuk Ayahnya.Sesampainya di apartemen, Gea terkejut melihat semua baju ganti dan keperluannya sudah disiapkan dengan rapi."Kamu sudah pulang, Kak? Lihatlah, ini semua dari calon suamimu itu. Sepertinya dia orang kaya raya, ya?" sambut adik Gea yang belum tahu siapa pria yang akan menjadi suaminya nanti."Kamu bisa periksa dulu, Nak. Ibu Alya tadi berpesan, kalau masih ada yang kurang atau ketinggalan, tinggal bilang saja. Nanti mereka akan bawakan semua ke sini," pinta ibu."Nggak perlu, bu. Badan Gea lengket dan capek, Gea mau langsung mandi terus tidur aja," tolak Gea.Hati Gea semakin gudah, melihat semua barang-barang yang akan dia gunakan besok di pernikahan. Gea langsung masuk ke kamar mandi tanpa ingin memeriksa semua barang-barang pemberian dari keluarga Geo.Apartemen yang Gea dan keluarganya tempati memiliki tiga yang berbeda. Satu di lantai atas, dan dua di lantai bawah. Mama Alya bilang, kamarnya untuknya berada di lantai atas.Begitu Gea membuka kamarnya, sudah terdapat dua manequin yang terpasang dua gaun pengantin yang di cobanya tadi sore."Orang kaya memang beda. Dalam hitungan jam saja sudah bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan," gumamnya.Di dalam kamar mandi, Gea melepaskan semua rasa penatnya dengan berendam di bathup, dengan aroma terapi untuk merilekskan otaknya. Kurang lebih hampir satu jam, Gea menyelesaikan ritual mandinya. Lalu beranjak untuk segera tidur."Gila! kenapa gue jadi deg-degan gini? Apa kaya gini ya, rasanya orang mau menikah? Tapi kan gue gak suka nikah sama Geo," umpatnya tidak bisa tidur malam itu.Dia meraih ponselnya, dan mencoba menghubungi Dinda, sahabatnya sejak di bangku SMA untuk jadi temen curhatnya.Tuuttt... Tuuuttt... Tuutt...Panggilan Gea tidak terjawab. "Tumben tuh anak jam segini udah molor," gumam Gea. Dia mencobanya sekali lagi, siapa tau Dinda terbangun dan mengangkat telponnya."Hallo?" sapa orang di balik ponsel dengan suara khas orang yang baru bangun tidur."Din, bangun woiyy.""Gea? Ngapain loe telpon gue malem-malem begini? ganggu orang lagi tidur aja loe," gerutunya sambil setengah merem."Loe itu yang tumben. Jam 11 udah tidur aja loe. Biasanya jam 2 baru selesai maraton drakor, baru tidur loe," balas Gea."Hari ini gue capek banget, Ge. Betewe, loe mau ngapain telpon gue malem-malem gini?""Gue lagi pusing nggak bisa tidur, Din.""Emang lagi pusing mikirin apa sih? Ayah loe baik-baik aja kan di rumah sakit?" tanya Dinda khawatir."Iya, Ayahku baik-baik aja. Besok loe bisa dateng ke tempat gue gak? ntar gue kirim alamatnya.""Emang loe lagi di mana nyet?" tanya Dinda.Tapi kamu janji jangan kaget dan teriak ya, kalau gue kasih tau?" pinta Gea."Emang di mana sih? Bikin penasaran aja.""Di apartemen calon suami gue, Din.""Whattttt?" pekik Anis nggak percaya."Ngigo loe ya? Jangan bercanda, deh! malem-malem telpon gue, tiba-tiba Besok bilang di apartemen calon suami," cibir Dinda setengah berteriak. Sampai Gea yang berada di ujung telepon menjauhkan ponselnya dari telinga."Gue bilang jangan teriak, malah loe teriak beneran. Iya seriusan, bentar lagi gue bakalan menikah, Dinda!" tandas Gea."Sejak kapan loe pacaran sama cowok? Setau gue loe kan gak punya cowok, kenapa tiba-tiba langsung mau nikah aja?""Ceritanya panjang, Din. Pokoknya besok loe dateng temenin gue ya?""K*mpr*t loe, ya! Bikin gue penasaran gak bisa tidur aja loe. "Pagi-pagi sekali Dinda sudah berangkat ke alamat apartemen yang di kirimkan Gea semalam."Wahh, gila. Ini kan apartemen orang-orang kaya," gumamnya.Sesampainya di lobby, Dinda langsung lapor ke tempat security perihal tujuannya. Namun sebelumnya Gea juga sudah memberitahukan perihal kedatangan Dinda kepada security apartemen tersebut.Setelah mendapatkan akses masuk, Dinda masuk kedalam lift menuju lantai tiga gedung, tempat dimana Gea beserta keluarganya berada.Ting tong... Ting tong..."Lama banget sih, Gea bukannya. Ini bener nomor 201 kamarnya, gak salah," gerutu Dinda.Ceklek...Kepala Gea menyembul keluar dari balik pintu. "Ayo buruan masuk."Dinda di buat takjub dengan design apartemen mewah yang Gea tempati saat ini. "Gila loe, Ge. Ini apartemen kan mahal banget, lihat aja dalemnya mewah kaya gini.""Nenek-nenek peyot juga tau kali, kalo apartemen ini mewah dan mahal. Ini semua punya calon suami gue," tandas Gea."Buset! Yang bener loe, Ge. Sekarang loe jelasin ke gue kenapa
Pagi-pagi sekali Dinda sudah berangkat ke alamat apartemen yang di kirimkan Gea semalam."Wahh, gila. Ini kan apartemen orang-orang kaya," gumamnya.Sesampainya di lobby, Dinda langsung lapor ke tempat security perihal tujuannya. Namun sebelumnya Gea juga sudah memberitahukan perihal kedatangan Dinda kepada security apartemen tersebut.Setelah mendapatkan akses masuk, Dinda masuk kedalam lift menuju lantai tiga gedung, tempat dimana Gea beserta keluarganya berada.Ting tong... Ting tong..."Lama banget sih, Gea bukannya. Ini bener nomor 201 kamarnya, gak salah," gerutu Dinda.Ceklek...Kepala Gea menyembul keluar dari balik pintu. "Ayo buruan masuk."Dinda di buat takjub dengan design apartemen mewah yang Gea tempati saat ini. "Gila loe, Ge. Ini apartemen kan mahal banget, lihat aja dalemnya mewah kaya gini.""Nenek-nenek peyot juga tau kali, kalo apartemen ini mewah dan mahal. Ini semua punya calon suami gue," tandas Gea."Buset! Yang bener loe, Ge. Sekarang loe jelasin ke gue kenapa
"Gea?" panggil ibunya.Gea menoleh ke sumber suara, yang mana terlihat ibunya yang baru datang berjalan ke arahnya."Gimana, bu? Apa Pakdhe mau bantu pinjemin uang?"Wanita paruh baya yang di penuhi guratan kesedihan itu pun duduk di samping putrinya, sebelum membuka mulutnya."Gea, Pakdhe Rio nggak bisa bantu kita. Karena jumlah uang yang kita butuhkan sangatlah besar nominalnya. Pakdhe nggak punya uang sebanyak itu."Mendengar ucapan ibunya itu, tubuh Gea seketika lemas, luruh dalam keputusasaan. Kemana lagi mereka harus mencari uang, untuk membayar tagihan rumah sakit ini. Apa bila mereka tidak bisa mendapatkan uang itu, maka nyawa ayahnya tidak bisa di selamatkan lagi."Tapi-" Ibu Gea nampak ragu untuk melanjutkan ucapannya."Tapi apa, Bu?" tanya Gea penasaran."Tadi Pak Mahendra telepon ibu.""Pak Mahendra itu siapa, Bu?""Temen Ayah, waktu sekolah. Dia dulu pernah membantu Ayah saat keluarga kita ini sedang terkena masalah.""Lalu?""Dia bilang, dia bisa membantu keadaan kita, t
Geo begitu lelah mencari keberadaan kekasihnya, Jeslyn. Tepat di hari pernikahannya, gadis itu menghilang entah ke mana.Orang-orang bayarannya pulang tidak membawakan hasil sedikitpun. Bahkan jejak-jejak kepergian Jeslyn begitu mulus tidak terendus sama sekali.Yang membuat Geo semakin kecewa dan hancur berkeping-keping adalah, sepucuk surat yang merupakan pesan terakhir Jeslyn sebelum pergi meninggalkan Geo."Maaf, Geo. Aku nggak bisa nelanjutkan pernikahan kita."Tertulis di bagian akhir surat itu, yang di tulis sendiri oleh Jeslyn.Geo bingung dan tidak mengerti kenapa wanita yang sangat di cintainya itu tega melakukan hal itu kepadanya?Sebenarnya apa kesalahan yang sudah ia perbuat?Sebab, selama ini hubungannya dengan Jeslyn sangat baik-baik saja. Tidak pernah ada masalah sedikitpun di antara dirinya dan Jeslyn. Bahkan, seingatnya, Jeslyn sangat bahagia dan antusias sekali dalam mempersiapkan pesta pernikahan mereka.Geo kembali masuk kedalam mobil, dan melirik ke arah jam tang
"Ge?""Geo, sini!" panggil Mama Alya yang menyadarkan Geo dari lamunannya.Perlahan, Geo mendekat. Mama Alya memperkenalkan Gea kepadanya. Keduanya pun sama-sama berpura-pura tidak saling mengenal."Geo.""Gea.""Wahh, sepertinya kalian memang ditadirkan jodoh. Secara dari nama saja kalian udah mirip," celetuk Mama Alya membuat Gea menahan rona merah di pipinya.Padahal mereka berdua sudah saling kenal, dan sempat berpacaran. Kalau kedua orang tuanya tau, mereka pastu akan kaget sekaget-kagetnya.Makan malam berjalan sangat lancar. Setelah itu, mereka berdua diberi waktu untuk saling, walaupun waktu yang di maksud tidak akan cukup. lima hari lagi mereka berdua sudah akan melangsungkan pernikahan. Dan besok pagi, Gea sudah harus fitting ulang baju pengantinnya.Geo dan Gea duduk di teras dekat taman bunga milik Mama Alya. Cukup lama keduanya saling bungkam dan tenggelam dalam pikiran masing-masing.Tidak tau apa yang harus mereka bicarakan. Syok itu sudah pasti. Dunia ini terkadang luc
Keadaan di rumah besar keluarga Mahendra terasa sangat tegang. Semua orang di dalamnya terlihat sangat marah dan kecewa."Nggak ada satu pun orang yang tau ke mana perginya Jeslyn," kata Gading yang merupakan kakak dari Geo Mahendra, sedang berdiri di samping kedua orang tuanya yang duduk di sofa.Sedangkan di sisi lain sofa di ruangan tersebut, terlihat seorang pria yang lebih muda dari Gading terduduk lesu, sambil menunduk memegangi kepalanya. "Aku akan mencoba mencarinya lagi," ucap Geo sambil beranjak dari sofa."Kembali ke tempat dudukmu!" cegah Gading."Kau gila, ya? Untuk apa merendahkan dirimu, hanya untuk wanita yang jelas-jelas sudah tidak mau menikah denganmu."Geo semakin tidak bisa berbuat apa-apa, setelah ucapan kakaknya telak menampar harga dirinya. Wanita yang sudah sangat ia kenal dan sudah ia pacari sejak bangku kuliah di luar negeri itu kabur meninggalkan pernikahannya tanpa kejelasan apapun. Bak ditelan bumi, kepergian wanita itu tak ada satu pun yang tau, termasu
Pagi-pagi sekali Dinda sudah berangkat ke alamat apartemen yang di kirimkan Gea semalam."Wahh, gila. Ini kan apartemen orang-orang kaya," gumamnya.Sesampainya di lobby, Dinda langsung lapor ke tempat security perihal tujuannya. Namun sebelumnya Gea juga sudah memberitahukan perihal kedatangan Dinda kepada security apartemen tersebut.Setelah mendapatkan akses masuk, Dinda masuk kedalam lift menuju lantai tiga gedung, tempat dimana Gea beserta keluarganya berada.Ting tong... Ting tong..."Lama banget sih, Gea bukannya. Ini bener nomor 201 kamarnya, gak salah," gerutu Dinda.Ceklek...Kepala Gea menyembul keluar dari balik pintu. "Ayo buruan masuk."Dinda di buat takjub dengan design apartemen mewah yang Gea tempati saat ini. "Gila loe, Ge. Ini apartemen kan mahal banget, lihat aja dalemnya mewah kaya gini.""Nenek-nenek peyot juga tau kali, kalo apartemen ini mewah dan mahal. Ini semua punya calon suami gue," tandas Gea."Buset! Yang bener loe, Ge. Sekarang loe jelasin ke gue kenapa
Pagi-pagi sekali Dinda sudah berangkat ke alamat apartemen yang di kirimkan Gea semalam."Wahh, gila. Ini kan apartemen orang-orang kaya," gumamnya.Sesampainya di lobby, Dinda langsung lapor ke tempat security perihal tujuannya. Namun sebelumnya Gea juga sudah memberitahukan perihal kedatangan Dinda kepada security apartemen tersebut.Setelah mendapatkan akses masuk, Dinda masuk kedalam lift menuju lantai tiga gedung, tempat dimana Gea beserta keluarganya berada.Ting tong... Ting tong..."Lama banget sih, Gea bukannya. Ini bener nomor 201 kamarnya, gak salah," gerutu Dinda.Ceklek...Kepala Gea menyembul keluar dari balik pintu. "Ayo buruan masuk."Dinda di buat takjub dengan design apartemen mewah yang Gea tempati saat ini. "Gila loe, Ge. Ini apartemen kan mahal banget, lihat aja dalemnya mewah kaya gini.""Nenek-nenek peyot juga tau kali, kalo apartemen ini mewah dan mahal. Ini semua punya calon suami gue," tandas Gea."Buset! Yang bener loe, Ge. Sekarang loe jelasin ke gue kenapa
Gea hanya bisa pasrah saja saat di make up, dan di minta berganti pakaian. Semua kostum dan tukang make up sudah di siapkan oleh keluarga Geo yang super kaya itu."Semoga nggak ada adegan mesra-mesraan sama itu cowok tengil," batin Gea.Di waktu yang cukup singkat itu, mereka melakukan dua sesi foto prewedding. Yang pertama yaitu, menggunakan pakaian casual. Beruntungnya Gea dapat melakukan arah sang fotografer dengan baik. Dia membuang semua raut kesal dan jengkelnya, agar acara foto prewedding itu bisa cepat selesai.Dan sama halnya dengan Geo, dia juga bisa mengikuti arahan tersebut. Andai saja Geo tidak bisa mengikuti dan harus mengulang-ulang adegan berfoto, Mungkin Gea akan langsung menjambak-jambak rambut calon suaminya itu.Sesi foto kedua, Gea menggunakan gaun berwarna putih tanpa lengan, dengan rambutnya yang di biarkan tergerai. Sedangkan Geo menggunakan setelan tuxedo berwarna hitam, membuatnya semakin terlihat gagah.Mereka di pertemukan dan beradegan saling menatap penuh
Keadaan di rumah besar keluarga Mahendra terasa sangat tegang. Semua orang di dalamnya terlihat sangat marah dan kecewa."Nggak ada satu pun orang yang tau ke mana perginya Jeslyn," kata Gading yang merupakan kakak dari Geo Mahendra, sedang berdiri di samping kedua orang tuanya yang duduk di sofa.Sedangkan di sisi lain sofa di ruangan tersebut, terlihat seorang pria yang lebih muda dari Gading terduduk lesu, sambil menunduk memegangi kepalanya. "Aku akan mencoba mencarinya lagi," ucap Geo sambil beranjak dari sofa."Kembali ke tempat dudukmu!" cegah Gading."Kau gila, ya? Untuk apa merendahkan dirimu, hanya untuk wanita yang jelas-jelas sudah tidak mau menikah denganmu."Geo semakin tidak bisa berbuat apa-apa, setelah ucapan kakaknya telak menampar harga dirinya. Wanita yang sudah sangat ia kenal dan sudah ia pacari sejak bangku kuliah di luar negeri itu kabur meninggalkan pernikahannya tanpa kejelasan apapun. Bak ditelan bumi, kepergian wanita itu tak ada satu pun yang tau, termasu
"Ge?""Geo, sini!" panggil Mama Alya yang menyadarkan Geo dari lamunannya.Perlahan, Geo mendekat. Mama Alya memperkenalkan Gea kepadanya. Keduanya pun sama-sama berpura-pura tidak saling mengenal."Geo.""Gea.""Wahh, sepertinya kalian memang ditadirkan jodoh. Secara dari nama saja kalian udah mirip," celetuk Mama Alya membuat Gea menahan rona merah di pipinya.Padahal mereka berdua sudah saling kenal, dan sempat berpacaran. Kalau kedua orang tuanya tau, mereka pastu akan kaget sekaget-kagetnya.Makan malam berjalan sangat lancar. Setelah itu, mereka berdua diberi waktu untuk saling, walaupun waktu yang di maksud tidak akan cukup. lima hari lagi mereka berdua sudah akan melangsungkan pernikahan. Dan besok pagi, Gea sudah harus fitting ulang baju pengantinnya.Geo dan Gea duduk di teras dekat taman bunga milik Mama Alya. Cukup lama keduanya saling bungkam dan tenggelam dalam pikiran masing-masing.Tidak tau apa yang harus mereka bicarakan. Syok itu sudah pasti. Dunia ini terkadang luc
Geo begitu lelah mencari keberadaan kekasihnya, Jeslyn. Tepat di hari pernikahannya, gadis itu menghilang entah ke mana.Orang-orang bayarannya pulang tidak membawakan hasil sedikitpun. Bahkan jejak-jejak kepergian Jeslyn begitu mulus tidak terendus sama sekali.Yang membuat Geo semakin kecewa dan hancur berkeping-keping adalah, sepucuk surat yang merupakan pesan terakhir Jeslyn sebelum pergi meninggalkan Geo."Maaf, Geo. Aku nggak bisa nelanjutkan pernikahan kita."Tertulis di bagian akhir surat itu, yang di tulis sendiri oleh Jeslyn.Geo bingung dan tidak mengerti kenapa wanita yang sangat di cintainya itu tega melakukan hal itu kepadanya?Sebenarnya apa kesalahan yang sudah ia perbuat?Sebab, selama ini hubungannya dengan Jeslyn sangat baik-baik saja. Tidak pernah ada masalah sedikitpun di antara dirinya dan Jeslyn. Bahkan, seingatnya, Jeslyn sangat bahagia dan antusias sekali dalam mempersiapkan pesta pernikahan mereka.Geo kembali masuk kedalam mobil, dan melirik ke arah jam tang
"Gea?" panggil ibunya.Gea menoleh ke sumber suara, yang mana terlihat ibunya yang baru datang berjalan ke arahnya."Gimana, bu? Apa Pakdhe mau bantu pinjemin uang?"Wanita paruh baya yang di penuhi guratan kesedihan itu pun duduk di samping putrinya, sebelum membuka mulutnya."Gea, Pakdhe Rio nggak bisa bantu kita. Karena jumlah uang yang kita butuhkan sangatlah besar nominalnya. Pakdhe nggak punya uang sebanyak itu."Mendengar ucapan ibunya itu, tubuh Gea seketika lemas, luruh dalam keputusasaan. Kemana lagi mereka harus mencari uang, untuk membayar tagihan rumah sakit ini. Apa bila mereka tidak bisa mendapatkan uang itu, maka nyawa ayahnya tidak bisa di selamatkan lagi."Tapi-" Ibu Gea nampak ragu untuk melanjutkan ucapannya."Tapi apa, Bu?" tanya Gea penasaran."Tadi Pak Mahendra telepon ibu.""Pak Mahendra itu siapa, Bu?""Temen Ayah, waktu sekolah. Dia dulu pernah membantu Ayah saat keluarga kita ini sedang terkena masalah.""Lalu?""Dia bilang, dia bisa membantu keadaan kita, t