Geo begitu lelah mencari keberadaan kekasihnya, Jeslyn. Tepat di hari pernikahannya, gadis itu menghilang entah ke mana.
Orang-orang bayarannya pulang tidak membawakan hasil sedikitpun. Bahkan jejak-jejak kepergian Jeslyn begitu mulus tidak terendus sama sekali.
Yang membuat Geo semakin kecewa dan hancur berkeping-keping adalah, sepucuk surat yang merupakan pesan terakhir Jeslyn sebelum pergi meninggalkan Geo.
"Maaf, Geo. Aku nggak bisa nelanjutkan pernikahan kita."
Tertulis di bagian akhir surat itu, yang di tulis sendiri oleh Jeslyn.
Geo bingung dan tidak mengerti kenapa wanita yang sangat di cintainya itu tega melakukan hal itu kepadanya?
Sebenarnya apa kesalahan yang sudah ia perbuat?
Sebab, selama ini hubungannya dengan Jeslyn sangat baik-baik saja. Tidak pernah ada masalah sedikitpun di antara dirinya dan Jeslyn. Bahkan, seingatnya, Jeslyn sangat bahagia dan antusias sekali dalam mempersiapkan pesta pernikahan mereka.
Karena tentunya, malam ini sedang ada acara makan malam untuk mempertemukan dirinya dan calon istrinya yang baru. Semenjak pernikahannya batal, orangtuanya malah menjodohkan Geo dengan gadis lain.
"Siapa juga yang mau menikahi orang asing!" geram Geo begitu kesal hingga memukul-mukul kemudi mobil.
Hatinya sudah hancur berkeping-keping. Pikirannya begitu kacau, kecewa dan sedih mengobrak-abrik hatinya hingga menyayatkan sebuah luka.Kekasih yang begitu ia cintai, sayangi, bahkan percayai begitu tega memberikan luka kepadanya.Tanpa memberitahukan apa salahnya sebenarnya. Kalau pun Jeslyn sudah bosan kepadanya dan tidak ingin melanjutkan pernikahan mereka, seharusnya dia tidak pergi begitu saja.Drrttt... drrrtt....Geo sadar dari lamunan memilukan itu, saat melihat ponselnya bergetar, tertera nama Dion di sana."Loe lagi di mana?" tanya orang di balik ponsel sana."Cari angin," balas Geo malas."Gila! harusnya loe udah ada di rumah. Bukan kabur-kaburan cari angin segala."Tidak sepatah kata pun Geo ucapkan untuk membalas ucapan sepupu sekaligus kawan satu genknya sejak kecil."Bukannya seharusnya loe ketemu sama calon istri loe, kan?"Geo kembali bungkam, dengan helaan nafas yang terdengar hingga di seberang sana. Dion pun memahami perasaan Geo saat ini."Sekarang, mending loe pulang aja dulu. Mama Alya sama Papa Gared pasti udah cemas nungguin loe. Begitu pula sama... C-calon loe."Geo semakin malas mendengar ucapan sepupunya itu."Tadi gue udah ketemu calon istri loe, tau. Dia cantiiikkk banget. Tapi, agak galak dikit, sih." Dion terkekeh "Gue yakin loe bakalan suka sama dia."Geo memutar bola matanya malas, karena ocehan Dion yang semakin tidak penting menurutnya."Gue sama Kak Gading udah on the way ke Bali, nih. Tapi tenang aja, kita bakalan pulang pas hari pernikahanmu nan-"Geo langsung memutus panggilan tersebut, karena malas mendengar ocehan dari Dion.Baru lima detik Geo mematikan panggilan dari Dion, ponselnya kembali bergetar. Dan ternyata, itu adalah panggilan telpon dari mamanya.Geo membuang nafasnya kasar. Karena jujur saja, untuk pertama kali dalam hidupnya, dia malas mengangkat telpon dari mamanya.Tapi, jika dirinya tidak mengangkat telpon tersebut. Pasti Mama dan Papanya akan marah besar dan menguruh banyak bodyguardnya untuk mencari dan menyeretnya kembali pulang.
Begitu Geo mengangkat panggilan dari mamanya, semua dugaan-dugaannya benar semua. Mamanya marah-marah dan memintanya untuk segera pulang.Perjalanan pulang ke rumah sekitar dua puluh menit, dan akhirnya Geo memasuki halaman rumahnya dengan malas. Dengan langkah gontai, dia masuk ke dalam rumah yang megah tersebut."Mas Geo, Nyonya berpesan untuk langsung datang ke ruang makan saja," ujar kepala pelayan di rumah itu, yang kebetulan berpapasan di ruang depan.Geo berbelok lalu berjalan menuju ruang makan. Di dalam ruangan itu, terlihat keluarga besarnya sedang menikmati makan malam sambil berbincang dengan wanita, yang kemungkinan adalah calon istrinya.Sayangnya, wanita itu duduj membelakangi Geo. Memperlihatkan rambut panjangnya yang hitam legam."Wahh, itu dia Geo udah dateng," ucap Mama Alya begitu melihat kedatangan putranya.Wanita di depan mama Alya itu menoleh, dan keduanya pun sama-sama terkejut.Geo tidak pernah membayangkan bila calon istri yang di tentukan Mama dan Papanya itu adalah Gea Marisa. Mantanya pacarnya sewaktu masih di bangku SMA.Sementara itu Gea merasa seperti terkena kesialan, sebab calon suaminya tersebut adalah Geo Mahendra. Jadi, Pak Mahendra itu adalah Papa dari Geo Mahendra? Laki-laki yang selama ini sangat ia benci sampai ke ulu hati.Gea jadi mengingat kilasan masa lalunya waktu SMA dulu. Gea keheranan kepada teman-temannya, yang begitu tergila-gila dan mengagumi Geo Mahendra.Cowok tengil yang menurut Gea penampilannya biasa-biasa saja, namun terlihat bak pangeran Yunani di mata semua cewek di sekolahannya.
Setiap jam istirahat, Gea duduk di bangku taman sekolahan bersama Dinda. Menyibukkan diri dengan membaca komik terbaru di yang baru saja di belinya. Sedangkan Dinda sibuk stalking sosmed milik Geo, cowok paling populer di sekolahan.Mata Gea tak sengaja melirik ke arah lapangan, yang sudah banyak di kerumuni cewek-cewek caper, meneriaki nama Geo yang berhasil mencetak poin, saat bermain basket."Emang sih, di antara ke empat genknya, Geo gantengnya nggak ada obat," ucap Dinda senyum-senyum sendiri sambil terus memandangi foto Geo di ponselnya.Gea memutar bola matanya malas saat mendengarnya.Dari tengah-tengah lapangan basket, Geo bisa melihat Gea dan Dinda sedang duduk di bangku-bangku taman sekolah."Loe liatin apaan sih, Ge?" tanya Dion yang mencari arah fokus mata Geo."Enggak ada. Gue nggak liatin apa-apa." Bohong Geo."Alah, jangan bohong loe. Loe lagi liatin Gea di sana, kan?" goda Dion sambil menaik turunkan alis tebalnya.Bukannya jawaban yang di dapatkan Dion, tapi sepupunya itu malah menoyor kepalanya hingga hampir terjengkang.Ketenaran Geo semakin lama semakin mengganggu aktifitasnya di sekolahan. Seperti saat di kantin, dirinya tidak bisa makan dengan tenang. Karena banyak sekali cewek yang datang mengerubungi dirinya.Dari hal-hal kecil seperti sapa-sapa manja, memberi hadiah, sampai maksa buat jadi pacarnya.Geo hanya bisa menahan rasa kesal dan amarahnya di dalam hati. yang mana apabila dia meluapkan rasa kesalnya itu, hanya akan membuat citranya menjadi buruk.Kalau sampai hal itu terjadi dan terdengar sampai ke telinga Mama dan Papanya. Sudah di pastikan, dirinya akan di kirimkan ke Eropa untuk tinggal bersama Eyangnya. Dan Geo tidak mau hal itu terjadi.
"Makanya, loe secepatnya harus punya cewek," saran Derrel sambil menyantap bakso yang di belinya."Bener juga di apa kata loe." Derrel menyetujui ucapan Dion. "Tapi beda cerita lagi, kalau Geo punya cewek yang beda sekolahan sama kita."Dion tidak sependapat dengan usulan sahabatnya itu."Sia-sia dong b*g*. Cewek-cewek caper itu bakalan terus ngejar-ngejar Geo. Emang bagusnya itu, Geo pacaran sama cewek yang satu sekolahan sama kita.""Iya juga, sih. Tapi kan, semua cewek di sekolah ini pada mau pacaran sama Geo. Gue yakin sih, kalau Geo beneran pacaran sama cewek di sekolahan ini, bakalan ada perang dunia ketiga sih, ini.""Lagian mana ada cewek kaya gitu di sekolahan kita?" tandas Dion"Pasti ada. Yang jelas, cewek itu harus nggak suka sama Geo.""Ape loe bilang? Di sekolah ini mana ada yang nggak suka sama Geo?" ucap Derrel."Ada dong.""Siape?" tanya Derrel sambil terkekeh."Gea Marisa.""Gile loe ye,,, Maksud loe si emak lampir galak itu? Mana mau dia sama Geo? Dimimpiin Geo aja palingan dia juga kagak mau. Yang ada, Geo bakalan di bejek-bejek sama dia.""Eithh, belum tentu. Cewek kaya Gea itu bisa aja jinak kalau ada pawangnya. Tapi ya gitu, kesehatan mental harus tetap terjaga." Dion tergelak di sambung oleh kawan-kawannya."Bener juga tuh, Ge. Kalau elo pacaran sama Gea, cewek-cewek caper itu udah nggak bakalan berani ngedeketin elo. Dan, kalaupun Gea kena bully, pasti dia tahan banting dan bakal nyerang balik cewek-cewek itu. Secara, Gea kan bar-bar banget kalau udah kesenggol dikit.""That's trus. Makanya, mending Geo pacaran sama Gea. Lagian-" Dion tidak melanjutkan ucapannya."Lagian apa, Nyet?" tanya Derrel."Si Geo demen sama Gea," bisik Dion."Ge?""Geo, sini!" panggil Mama Alya yang menyadarkan Geo dari lamunannya.Perlahan, Geo mendekat. Mama Alya memperkenalkan Gea kepadanya. Keduanya pun sama-sama berpura-pura tidak saling mengenal."Geo.""Gea.""Wahh, sepertinya kalian memang ditadirkan jodoh. Secara dari nama saja kalian udah mirip," celetuk Mama Alya membuat Gea menahan rona merah di pipinya.Padahal mereka berdua sudah saling kenal, dan sempat berpacaran. Kalau kedua orang tuanya tau, mereka pastu akan kaget sekaget-kagetnya.Makan malam berjalan sangat lancar. Setelah itu, mereka berdua diberi waktu untuk saling, walaupun waktu yang di maksud tidak akan cukup. lima hari lagi mereka berdua sudah akan melangsungkan pernikahan. Dan besok pagi, Gea sudah harus fitting ulang baju pengantinnya.Geo dan Gea duduk di teras dekat taman bunga milik Mama Alya. Cukup lama keduanya saling bungkam dan tenggelam dalam pikiran masing-masing.Tidak tau apa yang harus mereka bicarakan. Syok itu sudah pasti. Dunia ini terkadang luc
Keadaan di rumah besar keluarga Mahendra terasa sangat tegang. Semua orang di dalamnya terlihat sangat marah dan kecewa."Nggak ada satu pun orang yang tau ke mana perginya Jeslyn," kata Gading yang merupakan kakak dari Geo Mahendra, sedang berdiri di samping kedua orang tuanya yang duduk di sofa.Sedangkan di sisi lain sofa di ruangan tersebut, terlihat seorang pria yang lebih muda dari Gading terduduk lesu, sambil menunduk memegangi kepalanya. "Aku akan mencoba mencarinya lagi," ucap Geo sambil beranjak dari sofa."Kembali ke tempat dudukmu!" cegah Gading."Kau gila, ya? Untuk apa merendahkan dirimu, hanya untuk wanita yang jelas-jelas sudah tidak mau menikah denganmu."Geo semakin tidak bisa berbuat apa-apa, setelah ucapan kakaknya telak menampar harga dirinya. Wanita yang sudah sangat ia kenal dan sudah ia pacari sejak bangku kuliah di luar negeri itu kabur meninggalkan pernikahannya tanpa kejelasan apapun. Bak ditelan bumi, kepergian wanita itu tak ada satu pun yang tau, termasu
Gea hanya bisa pasrah saja saat di make up, dan di minta berganti pakaian. Semua kostum dan tukang make up sudah di siapkan oleh keluarga Geo yang super kaya itu."Semoga nggak ada adegan mesra-mesraan sama itu cowok tengil," batin Gea.Di waktu yang cukup singkat itu, mereka melakukan dua sesi foto prewedding. Yang pertama yaitu, menggunakan pakaian casual. Beruntungnya Gea dapat melakukan arah sang fotografer dengan baik. Dia membuang semua raut kesal dan jengkelnya, agar acara foto prewedding itu bisa cepat selesai.Dan sama halnya dengan Geo, dia juga bisa mengikuti arahan tersebut. Andai saja Geo tidak bisa mengikuti dan harus mengulang-ulang adegan berfoto, Mungkin Gea akan langsung menjambak-jambak rambut calon suaminya itu.Sesi foto kedua, Gea menggunakan gaun berwarna putih tanpa lengan, dengan rambutnya yang di biarkan tergerai. Sedangkan Geo menggunakan setelan tuxedo berwarna hitam, membuatnya semakin terlihat gagah.Mereka di pertemukan dan beradegan saling menatap penuh
Pagi-pagi sekali Dinda sudah berangkat ke alamat apartemen yang di kirimkan Gea semalam."Wahh, gila. Ini kan apartemen orang-orang kaya," gumamnya.Sesampainya di lobby, Dinda langsung lapor ke tempat security perihal tujuannya. Namun sebelumnya Gea juga sudah memberitahukan perihal kedatangan Dinda kepada security apartemen tersebut.Setelah mendapatkan akses masuk, Dinda masuk kedalam lift menuju lantai tiga gedung, tempat dimana Gea beserta keluarganya berada.Ting tong... Ting tong..."Lama banget sih, Gea bukannya. Ini bener nomor 201 kamarnya, gak salah," gerutu Dinda.Ceklek...Kepala Gea menyembul keluar dari balik pintu. "Ayo buruan masuk."Dinda di buat takjub dengan design apartemen mewah yang Gea tempati saat ini. "Gila loe, Ge. Ini apartemen kan mahal banget, lihat aja dalemnya mewah kaya gini.""Nenek-nenek peyot juga tau kali, kalo apartemen ini mewah dan mahal. Ini semua punya calon suami gue," tandas Gea."Buset! Yang bener loe, Ge. Sekarang loe jelasin ke gue kenapa
Pagi-pagi sekali Dinda sudah berangkat ke alamat apartemen yang di kirimkan Gea semalam."Wahh, gila. Ini kan apartemen orang-orang kaya," gumamnya.Sesampainya di lobby, Dinda langsung lapor ke tempat security perihal tujuannya. Namun sebelumnya Gea juga sudah memberitahukan perihal kedatangan Dinda kepada security apartemen tersebut.Setelah mendapatkan akses masuk, Dinda masuk kedalam lift menuju lantai tiga gedung, tempat dimana Gea beserta keluarganya berada.Ting tong... Ting tong..."Lama banget sih, Gea bukannya. Ini bener nomor 201 kamarnya, gak salah," gerutu Dinda.Ceklek...Kepala Gea menyembul keluar dari balik pintu. "Ayo buruan masuk."Dinda di buat takjub dengan design apartemen mewah yang Gea tempati saat ini. "Gila loe, Ge. Ini apartemen kan mahal banget, lihat aja dalemnya mewah kaya gini.""Nenek-nenek peyot juga tau kali, kalo apartemen ini mewah dan mahal. Ini semua punya calon suami gue," tandas Gea."Buset! Yang bener loe, Ge. Sekarang loe jelasin ke gue kenapa
"Gea?" panggil ibunya.Gea menoleh ke sumber suara, yang mana terlihat ibunya yang baru datang berjalan ke arahnya."Gimana, bu? Apa Pakdhe mau bantu pinjemin uang?"Wanita paruh baya yang di penuhi guratan kesedihan itu pun duduk di samping putrinya, sebelum membuka mulutnya."Gea, Pakdhe Rio nggak bisa bantu kita. Karena jumlah uang yang kita butuhkan sangatlah besar nominalnya. Pakdhe nggak punya uang sebanyak itu."Mendengar ucapan ibunya itu, tubuh Gea seketika lemas, luruh dalam keputusasaan. Kemana lagi mereka harus mencari uang, untuk membayar tagihan rumah sakit ini. Apa bila mereka tidak bisa mendapatkan uang itu, maka nyawa ayahnya tidak bisa di selamatkan lagi."Tapi-" Ibu Gea nampak ragu untuk melanjutkan ucapannya."Tapi apa, Bu?" tanya Gea penasaran."Tadi Pak Mahendra telepon ibu.""Pak Mahendra itu siapa, Bu?""Temen Ayah, waktu sekolah. Dia dulu pernah membantu Ayah saat keluarga kita ini sedang terkena masalah.""Lalu?""Dia bilang, dia bisa membantu keadaan kita, t
Pagi-pagi sekali Dinda sudah berangkat ke alamat apartemen yang di kirimkan Gea semalam."Wahh, gila. Ini kan apartemen orang-orang kaya," gumamnya.Sesampainya di lobby, Dinda langsung lapor ke tempat security perihal tujuannya. Namun sebelumnya Gea juga sudah memberitahukan perihal kedatangan Dinda kepada security apartemen tersebut.Setelah mendapatkan akses masuk, Dinda masuk kedalam lift menuju lantai tiga gedung, tempat dimana Gea beserta keluarganya berada.Ting tong... Ting tong..."Lama banget sih, Gea bukannya. Ini bener nomor 201 kamarnya, gak salah," gerutu Dinda.Ceklek...Kepala Gea menyembul keluar dari balik pintu. "Ayo buruan masuk."Dinda di buat takjub dengan design apartemen mewah yang Gea tempati saat ini. "Gila loe, Ge. Ini apartemen kan mahal banget, lihat aja dalemnya mewah kaya gini.""Nenek-nenek peyot juga tau kali, kalo apartemen ini mewah dan mahal. Ini semua punya calon suami gue," tandas Gea."Buset! Yang bener loe, Ge. Sekarang loe jelasin ke gue kenapa
Pagi-pagi sekali Dinda sudah berangkat ke alamat apartemen yang di kirimkan Gea semalam."Wahh, gila. Ini kan apartemen orang-orang kaya," gumamnya.Sesampainya di lobby, Dinda langsung lapor ke tempat security perihal tujuannya. Namun sebelumnya Gea juga sudah memberitahukan perihal kedatangan Dinda kepada security apartemen tersebut.Setelah mendapatkan akses masuk, Dinda masuk kedalam lift menuju lantai tiga gedung, tempat dimana Gea beserta keluarganya berada.Ting tong... Ting tong..."Lama banget sih, Gea bukannya. Ini bener nomor 201 kamarnya, gak salah," gerutu Dinda.Ceklek...Kepala Gea menyembul keluar dari balik pintu. "Ayo buruan masuk."Dinda di buat takjub dengan design apartemen mewah yang Gea tempati saat ini. "Gila loe, Ge. Ini apartemen kan mahal banget, lihat aja dalemnya mewah kaya gini.""Nenek-nenek peyot juga tau kali, kalo apartemen ini mewah dan mahal. Ini semua punya calon suami gue," tandas Gea."Buset! Yang bener loe, Ge. Sekarang loe jelasin ke gue kenapa
Gea hanya bisa pasrah saja saat di make up, dan di minta berganti pakaian. Semua kostum dan tukang make up sudah di siapkan oleh keluarga Geo yang super kaya itu."Semoga nggak ada adegan mesra-mesraan sama itu cowok tengil," batin Gea.Di waktu yang cukup singkat itu, mereka melakukan dua sesi foto prewedding. Yang pertama yaitu, menggunakan pakaian casual. Beruntungnya Gea dapat melakukan arah sang fotografer dengan baik. Dia membuang semua raut kesal dan jengkelnya, agar acara foto prewedding itu bisa cepat selesai.Dan sama halnya dengan Geo, dia juga bisa mengikuti arahan tersebut. Andai saja Geo tidak bisa mengikuti dan harus mengulang-ulang adegan berfoto, Mungkin Gea akan langsung menjambak-jambak rambut calon suaminya itu.Sesi foto kedua, Gea menggunakan gaun berwarna putih tanpa lengan, dengan rambutnya yang di biarkan tergerai. Sedangkan Geo menggunakan setelan tuxedo berwarna hitam, membuatnya semakin terlihat gagah.Mereka di pertemukan dan beradegan saling menatap penuh
Keadaan di rumah besar keluarga Mahendra terasa sangat tegang. Semua orang di dalamnya terlihat sangat marah dan kecewa."Nggak ada satu pun orang yang tau ke mana perginya Jeslyn," kata Gading yang merupakan kakak dari Geo Mahendra, sedang berdiri di samping kedua orang tuanya yang duduk di sofa.Sedangkan di sisi lain sofa di ruangan tersebut, terlihat seorang pria yang lebih muda dari Gading terduduk lesu, sambil menunduk memegangi kepalanya. "Aku akan mencoba mencarinya lagi," ucap Geo sambil beranjak dari sofa."Kembali ke tempat dudukmu!" cegah Gading."Kau gila, ya? Untuk apa merendahkan dirimu, hanya untuk wanita yang jelas-jelas sudah tidak mau menikah denganmu."Geo semakin tidak bisa berbuat apa-apa, setelah ucapan kakaknya telak menampar harga dirinya. Wanita yang sudah sangat ia kenal dan sudah ia pacari sejak bangku kuliah di luar negeri itu kabur meninggalkan pernikahannya tanpa kejelasan apapun. Bak ditelan bumi, kepergian wanita itu tak ada satu pun yang tau, termasu
"Ge?""Geo, sini!" panggil Mama Alya yang menyadarkan Geo dari lamunannya.Perlahan, Geo mendekat. Mama Alya memperkenalkan Gea kepadanya. Keduanya pun sama-sama berpura-pura tidak saling mengenal."Geo.""Gea.""Wahh, sepertinya kalian memang ditadirkan jodoh. Secara dari nama saja kalian udah mirip," celetuk Mama Alya membuat Gea menahan rona merah di pipinya.Padahal mereka berdua sudah saling kenal, dan sempat berpacaran. Kalau kedua orang tuanya tau, mereka pastu akan kaget sekaget-kagetnya.Makan malam berjalan sangat lancar. Setelah itu, mereka berdua diberi waktu untuk saling, walaupun waktu yang di maksud tidak akan cukup. lima hari lagi mereka berdua sudah akan melangsungkan pernikahan. Dan besok pagi, Gea sudah harus fitting ulang baju pengantinnya.Geo dan Gea duduk di teras dekat taman bunga milik Mama Alya. Cukup lama keduanya saling bungkam dan tenggelam dalam pikiran masing-masing.Tidak tau apa yang harus mereka bicarakan. Syok itu sudah pasti. Dunia ini terkadang luc
Geo begitu lelah mencari keberadaan kekasihnya, Jeslyn. Tepat di hari pernikahannya, gadis itu menghilang entah ke mana.Orang-orang bayarannya pulang tidak membawakan hasil sedikitpun. Bahkan jejak-jejak kepergian Jeslyn begitu mulus tidak terendus sama sekali.Yang membuat Geo semakin kecewa dan hancur berkeping-keping adalah, sepucuk surat yang merupakan pesan terakhir Jeslyn sebelum pergi meninggalkan Geo."Maaf, Geo. Aku nggak bisa nelanjutkan pernikahan kita."Tertulis di bagian akhir surat itu, yang di tulis sendiri oleh Jeslyn.Geo bingung dan tidak mengerti kenapa wanita yang sangat di cintainya itu tega melakukan hal itu kepadanya?Sebenarnya apa kesalahan yang sudah ia perbuat?Sebab, selama ini hubungannya dengan Jeslyn sangat baik-baik saja. Tidak pernah ada masalah sedikitpun di antara dirinya dan Jeslyn. Bahkan, seingatnya, Jeslyn sangat bahagia dan antusias sekali dalam mempersiapkan pesta pernikahan mereka.Geo kembali masuk kedalam mobil, dan melirik ke arah jam tang
"Gea?" panggil ibunya.Gea menoleh ke sumber suara, yang mana terlihat ibunya yang baru datang berjalan ke arahnya."Gimana, bu? Apa Pakdhe mau bantu pinjemin uang?"Wanita paruh baya yang di penuhi guratan kesedihan itu pun duduk di samping putrinya, sebelum membuka mulutnya."Gea, Pakdhe Rio nggak bisa bantu kita. Karena jumlah uang yang kita butuhkan sangatlah besar nominalnya. Pakdhe nggak punya uang sebanyak itu."Mendengar ucapan ibunya itu, tubuh Gea seketika lemas, luruh dalam keputusasaan. Kemana lagi mereka harus mencari uang, untuk membayar tagihan rumah sakit ini. Apa bila mereka tidak bisa mendapatkan uang itu, maka nyawa ayahnya tidak bisa di selamatkan lagi."Tapi-" Ibu Gea nampak ragu untuk melanjutkan ucapannya."Tapi apa, Bu?" tanya Gea penasaran."Tadi Pak Mahendra telepon ibu.""Pak Mahendra itu siapa, Bu?""Temen Ayah, waktu sekolah. Dia dulu pernah membantu Ayah saat keluarga kita ini sedang terkena masalah.""Lalu?""Dia bilang, dia bisa membantu keadaan kita, t