Share

Pacar Bayaran

Author: Little Basti
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Ge?"

"Geo, sini!" panggil Mama Alya yang menyadarkan Geo dari lamunannya.

Perlahan, Geo mendekat. Mama Alya memperkenalkan Gea kepadanya. Keduanya pun sama-sama berpura-pura tidak saling mengenal.

"Geo."

"Gea."

"Wahh, sepertinya kalian memang ditadirkan jodoh. Secara dari nama saja kalian udah mirip," celetuk Mama Alya membuat Gea menahan rona merah di pipinya.

Padahal mereka berdua sudah saling kenal, dan sempat berpacaran. Kalau kedua orang tuanya tau, mereka pastu akan kaget sekaget-kagetnya.

Makan malam berjalan sangat lancar. Setelah itu, mereka berdua diberi waktu untuk saling, walaupun waktu yang di maksud tidak akan cukup.

lima hari lagi mereka berdua sudah akan melangsungkan pernikahan. Dan besok pagi, Gea sudah harus fitting ulang baju pengantinnya.

Geo dan Gea duduk di teras dekat taman bunga milik Mama Alya. Cukup lama keduanya saling bungkam dan tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Tidak tau apa yang harus mereka bicarakan. Syok itu sudah pasti. Dunia ini terkadang lucu dan ngajak bercanda.

"G-gue nggak nyangka, ternyata kamu orangnya," ucap Geo kaku membuka pembicaraan.

Gea hanya bisa menghela nafasnya panjang. Dirinya juga merasa keheranan. Kenapa dari berjuta-juta penduduk Jakarta, tapi kenapa harus Geo yang akan jadi calon suaminya.

"Aku juga," balas Gea singkat.

Kemudian kembali hening cukup lama. Geo dan Gea mati kutu, tidak tau harus berbicara apa? Mereka memang saling kenal, temen SMA, dan mantan pacar juga. Tapi hubungan mereka selama ini tidak pernah baik-baik saja.

"Kenapa kamu mau menerima tawaran orangtuaku?" tanya Geo memecah keheningan lagi.

"Ya apalagi, kalau bukan uang?" jawab Gea terus terang.

"Emang dari dulu kamu sama aja," ejek Geo.

Bodo amat apa kata Geo. Toh, Gea juga nggak peduli jika laki-laki yang akan di nikahinya ini memberikan cap mata duitan kepada dirinya.

Dia harus realistis. Kalau mau menuruti keinginannya, Gea jelas akan menolak semua tawaran ini. Tapi apalah daya, demi Ayahnya yang sangat membutuhkan uang untuk biaya operasi dan perawatan di rumah sakit.

"Terserah kamu mau ngatain aku kayak apa."

Kemudian Geo melirik ke arah Gea, memperhatikan gadis yang duduk di seberangnya. Keduanya hanya berjarak satu meter oleh meja kecil di tengahnya.

Gadis yang akan di nikahi Geo itu terlihat lebih cantik dari yang Geo ingat dulu. Rambutnya hitam legam dan lebih panjang, serta tubuhnya yang semakin aduhai bak gitar Spanyol.

Dulu jaman SMA, Gea termasuk cewek yang nggak suka berdandan. Beda jauh sama temen-temen cewek yang dulu sering ngejar-ngejar dia, mereka pasti selalu berdandan. Tapi, walaupun begitu, Gea tetap terlihat sangat cantik.

"Besok kata Mama kamu, kita bakalan fitting baju pengantin." Gea mulai bersuara lagi.

Keheningan dan kecanggungan terasa mencekiknya. Sebenarnya ada banyak sekali yang ingin Gea tanyakan kepada laki-laki yang duduk bersamanya ini. Kenapa keluarganya sampai harus mencari pengantin pengganti seperti dirinya saat ini?.

"Ok," jawab Geo.

"Kita bisa pergi setelah pulang kerja."

"Emang kamu kerja di mana?"

"Di perusahaan MHN Grup."

"Oh."

MHN Grup adalah salah satu anak perusahaan milik keluarga Geo, yang berada di bawah kepemimpinan kakaknya, Gading. Tapi Geo memilih tidak mengatakan hal itu.

Dan sepertinya Gea juga tidak mengetahui hal itu.

Dari Mamanya, Geo hanya tau kalau Gea adalah anak dari sahabat Papanya.

"Kalau udah nggak ada yang mau di bicarakan, aku mau pulang sekarang," kata Gea.

"Ok, pertemuan kali ini sepertinya cukup." Geo menyetujui hal itu.

Maunya Gea semoga nggak ada lagi pertemuan kedua, ketiga, dan seterusnya. Tapi hal itu hanya bisa terjadi dalam mimpinya.

"Aku mau pamitan dulu sama Om dan Tante dulu."

"Iya. Abis itu aku yang akan anter kamu pulang."

"Enggak!" Tolak Gea keras hingga Geo pun ikut terkaget.

"Buset. Kenapa emang?"

"Aku bisa pulang sendiri."

"Ini kan udah malem. Nggak baik buat cewek pulang sendirian."

"Kamu pikir, aku nggak bisa pulang sendiri?"

"Nggak usah keras kepala deh, Gea."

"Makasih atas tawarannya, tapi aku menolak." Gea langsung berdiri dari tempat duduknya, meninggalkan Geo yang masih bengong melihat dirinya.

"Dasar, nenek lampir kepala batu!" gumam Geo yang masih terdengar hingga ke telinga Gea.

"Dasar curut bau!" balas Gea tak mau kalah.

------------------

Hari ini Gea masuk kerja sekaligus ingin mengajukan cuti untuk beberapa hari. Pernikahannya yang hanya tinggal menghitung hari itu, membuat dirinya tidak bisa fokus bekerja untuk beberapa hari, bahkan tidak sempat menengok ayahnya di rumah sakit.

Pernikahan yang tidak pernah di sangka-sangka sebelumnya, yaitu dengan mantan kekasih Gea waktu SMA. Meskipun waktu pacaran Gea dan Geo hanya singkat, itu pun karena di dasari dengan uang dan rasa terpaksa.

Gea kembali mengingat saat-saat Gea pertama kali mengajaknya untuk pacaran.

Di lorong sekolahan yang sedang sepi, Geo menyudutkan Gea di tembok dekat gudang sekolah. Kedua tangan cowok itu pun mengurung tubuh kecil Gea.

"Ayo ngomong. Cepetan kalau mau ngomong! Kalau nggak ngomong-ngomong gue mau pergi sekarang!" ucap Gea jutek.

"Astaga, Gea. Gue aja belum ngomong."

"Ya, udah cepetan ngomong. Lama amat s-."

"Gue mau loe jadi pacar Gue."

Mata Gea membulat sempurna dengan telinga yang terus berdengung cukuo lama, menerima informasi mengejutkan yang baru saja di dapat. Apa tadi? Geo bilang apa? Geo mau jadiin dia pacarnya? Gila...!

"Loe pasti lagi mabok, ya?"

"Enggak."

"Loe pasti abis kebentur sesuatu gitu?"

"Enggak."

"Kesambet demit?"

"Enggak juga, Gea."

"Terus ngapain loe ngomong kaya gitu ke gue?"

"Ya, soalnya gue mau elo jadi pacar gue sekarang."

"Gila!" Gea sampe kehilangan akal sehatnya. "Kenapa juga gue harus mau jadi pacar loe?"

"Ya, karena cuma elo yang cocok buat jadi pacar gue," ucap Geo. Dirinya tidak mungkin mengakui perasaannya kalau ia menyukai Gea. "Cuma elo yang nggak pernah suka dan tertarik sama gue."

"Hah? waras loe? alasan macam apa itu?"

Menurut Gea, itu adalah jawaban teraneh yabg pernah ia dengar saat cowok ngajak pacaran seorang cewek. Bagaimana bisa, dua orang yang nggak saling suka bisa bersatu dan berpacaran.

"Enggak-enggak-enggak... Gue nggak mau!"

"Ayolah Gea, Please. Kita pacaran. Jadi pacar gue."

"Enggak. Gue nggak mau."

"Yakin? Masih mau nolak kalau gue maksa elo?"

"Elo nggak bakalan berani."

"Siapa bilang? Loe pikir gue nggak berani?"

Tiba-tiba bulu kuduk Gea berdiri, merasa takut dengan gertakan Geo. Gea takut kalau cowok di hadapannya ini bakal berbuat yang aneh-aneh.

Geo menyeringai lalu mendekatkan wajahnya, yang hanya berjarak satu jengkal dengan wajah Gea. Membuat Gea langsung memalingkan wajahnya. Melihat hal itu, Geo tersenyum sambil berbisik ke telinga Gea.

"Loe bakalan gue bayar kalau elo mau jadi pacar gue."

Gea yang sedang memejamkan mata itu langsung melotot tidak percaya. Dirinya tidak menyangka kalau Geo akan mengatakan hal tersebut.

Tadinya ia sudah perpikir hal yang macam-macam dengan Geo. Kini, tawaran Geo sangat menggiurkan baginya. Lumayan lah bisa dapat duit juga selama jadi pacar Geo. Setidaknya dirinya nggak perlu minta uang jajan kepada orang tuanya.

"Mau bayar berapa loe?"

Geo tersenyum samar mendengar pertanyaan Gea.

"Satu juta untuk satu minggu." Bagi Geo, uang satu juta tidak ada apa-apanya asal bisa dapetin Gea buat jadi pacarnya.

Mengetahui jumlah yang akan dia dapatkan, membuat Gea semakin melebarkan matanya. Bagi Gea, satu juta dalam seminggu itu sangatlah banyak.

"Deal."

**

"Whoooyy..." Anis mengagetkan Gea yang sedari tadi diam melamun.

"Astaga! Anis. Kalau jantung gue copot gimana?" gerutu Gea.

"Nggak mungkin jantung loe copot. Biasanya juga elo yang bikin jantung orang copot," bantah Anis teman satu devisinya.

Gea bekerja di perusahaan MHN grup. Di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang periklanan. Sedangkan Gea sendiri bekerja di bidang administrasi.

Anis sedang berdiri di batas kubikel yang membatasi meja kerja mereka. Memperhatikan Gea yang tidak seperti biasanya. Dia mengetahui kalau ayah rekan kerjanya itu sedang sakit di rumah sakit, dan membutuhkan biaya yang cukup besar.

Namun anehnya, Gea terlihat sangat murung lebih dari biasanya. Seperti sedang memiliki beban tambahan yang sangat berat yang gadis itu pikul.

Anis berniat mengajak Gea untuk makan bakso saat pulang kerja nanti, untuk menghibur rekan kerjanya itu.

"Ge, ntar pulang kerja kita makan bakso bareng, yuk. Gue yang traktir," ajak Anis.

"Sorry, Nis. Gue nggak bisa," jawab Gea langsung.

Tumben sekali Gea menolak ajakannya. Apalagi kalau ada kata 'Gratis'.

Anis mengerutkan dahinya. "Kenapa? Tumben?"

"Gue aja janji sama orang."

"Siapa? Klien?"

"Bukan. Ada pokoknya, elo nggak perlu tau." Gea mengibaskan tangannya.

Gea nggak mungkin juga jujur sama Anis. Kalau dirinya jujur sama Anis, bisa-bisa jantung rekan kerjanya itu copot beneran kalau tau besok dirinya bakalan menikah.

Selain orangtuanya, tidak ada yang tahu soal pernikahan ini. Karena acaranya mendadak, lebih baik kalau Gea memang menghindari gosip yang tidak-tidak.

"Sama Jerry," ucap Gea bohong pada akhirnya.

Jerry adalah adik Gea yang masih bersekolah di bangku SMA. Anis juga beberapa kali bertemu dengannya.

"Mau ke mana kalian?" tanya Anis.

"Jenguk ayah di rumah sakit."

"Oh. Ya udah kalau gitu. Besok aja kita makan baksonya."

Gea menggoyangkan tangannya dengan cepat. "E-enggak bisa juga. Besok gue cuti kerja."

"Hah, cuti? Mau ke mana loe cuti-cuti segala?" tanya Anis heran. Matanya menatap Gea penuh curiga.

"Nggak papa, pengen aja gitu nemenin Ayah di rumah sakit untuk beberapa hari tanpa pusing mikirin kerjaan di kantor," alasan Gea.

Related chapters

  • 30 Hari Pernikahan   Batal Menikah

    Keadaan di rumah besar keluarga Mahendra terasa sangat tegang. Semua orang di dalamnya terlihat sangat marah dan kecewa."Nggak ada satu pun orang yang tau ke mana perginya Jeslyn," kata Gading yang merupakan kakak dari Geo Mahendra, sedang berdiri di samping kedua orang tuanya yang duduk di sofa.Sedangkan di sisi lain sofa di ruangan tersebut, terlihat seorang pria yang lebih muda dari Gading terduduk lesu, sambil menunduk memegangi kepalanya. "Aku akan mencoba mencarinya lagi," ucap Geo sambil beranjak dari sofa."Kembali ke tempat dudukmu!" cegah Gading."Kau gila, ya? Untuk apa merendahkan dirimu, hanya untuk wanita yang jelas-jelas sudah tidak mau menikah denganmu."Geo semakin tidak bisa berbuat apa-apa, setelah ucapan kakaknya telak menampar harga dirinya. Wanita yang sudah sangat ia kenal dan sudah ia pacari sejak bangku kuliah di luar negeri itu kabur meninggalkan pernikahannya tanpa kejelasan apapun. Bak ditelan bumi, kepergian wanita itu tak ada satu pun yang tau, termasu

  • 30 Hari Pernikahan   Foto prewedding

    Gea hanya bisa pasrah saja saat di make up, dan di minta berganti pakaian. Semua kostum dan tukang make up sudah di siapkan oleh keluarga Geo yang super kaya itu."Semoga nggak ada adegan mesra-mesraan sama itu cowok tengil," batin Gea.Di waktu yang cukup singkat itu, mereka melakukan dua sesi foto prewedding. Yang pertama yaitu, menggunakan pakaian casual. Beruntungnya Gea dapat melakukan arah sang fotografer dengan baik. Dia membuang semua raut kesal dan jengkelnya, agar acara foto prewedding itu bisa cepat selesai.Dan sama halnya dengan Geo, dia juga bisa mengikuti arahan tersebut. Andai saja Geo tidak bisa mengikuti dan harus mengulang-ulang adegan berfoto, Mungkin Gea akan langsung menjambak-jambak rambut calon suaminya itu.Sesi foto kedua, Gea menggunakan gaun berwarna putih tanpa lengan, dengan rambutnya yang di biarkan tergerai. Sedangkan Geo menggunakan setelan tuxedo berwarna hitam, membuatnya semakin terlihat gagah.Mereka di pertemukan dan beradegan saling menatap penuh

  • 30 Hari Pernikahan   Curhat

    Pagi-pagi sekali Dinda sudah berangkat ke alamat apartemen yang di kirimkan Gea semalam."Wahh, gila. Ini kan apartemen orang-orang kaya," gumamnya.Sesampainya di lobby, Dinda langsung lapor ke tempat security perihal tujuannya. Namun sebelumnya Gea juga sudah memberitahukan perihal kedatangan Dinda kepada security apartemen tersebut.Setelah mendapatkan akses masuk, Dinda masuk kedalam lift menuju lantai tiga gedung, tempat dimana Gea beserta keluarganya berada.Ting tong... Ting tong..."Lama banget sih, Gea bukannya. Ini bener nomor 201 kamarnya, gak salah," gerutu Dinda.Ceklek...Kepala Gea menyembul keluar dari balik pintu. "Ayo buruan masuk."Dinda di buat takjub dengan design apartemen mewah yang Gea tempati saat ini. "Gila loe, Ge. Ini apartemen kan mahal banget, lihat aja dalemnya mewah kaya gini.""Nenek-nenek peyot juga tau kali, kalo apartemen ini mewah dan mahal. Ini semua punya calon suami gue," tandas Gea."Buset! Yang bener loe, Ge. Sekarang loe jelasin ke gue kenapa

  • 30 Hari Pernikahan   Curhat.

    Pagi-pagi sekali Dinda sudah berangkat ke alamat apartemen yang di kirimkan Gea semalam."Wahh, gila. Ini kan apartemen orang-orang kaya," gumamnya.Sesampainya di lobby, Dinda langsung lapor ke tempat security perihal tujuannya. Namun sebelumnya Gea juga sudah memberitahukan perihal kedatangan Dinda kepada security apartemen tersebut.Setelah mendapatkan akses masuk, Dinda masuk kedalam lift menuju lantai tiga gedung, tempat dimana Gea beserta keluarganya berada.Ting tong... Ting tong..."Lama banget sih, Gea bukannya. Ini bener nomor 201 kamarnya, gak salah," gerutu Dinda.Ceklek...Kepala Gea menyembul keluar dari balik pintu. "Ayo buruan masuk."Dinda di buat takjub dengan design apartemen mewah yang Gea tempati saat ini. "Gila loe, Ge. Ini apartemen kan mahal banget, lihat aja dalemnya mewah kaya gini.""Nenek-nenek peyot juga tau kali, kalo apartemen ini mewah dan mahal. Ini semua punya calon suami gue," tandas Gea."Buset! Yang bener loe, Ge. Sekarang loe jelasin ke gue kenapa

  • 30 Hari Pernikahan   Kesulitan Gea

    "Gea?" panggil ibunya.Gea menoleh ke sumber suara, yang mana terlihat ibunya yang baru datang berjalan ke arahnya."Gimana, bu? Apa Pakdhe mau bantu pinjemin uang?"Wanita paruh baya yang di penuhi guratan kesedihan itu pun duduk di samping putrinya, sebelum membuka mulutnya."Gea, Pakdhe Rio nggak bisa bantu kita. Karena jumlah uang yang kita butuhkan sangatlah besar nominalnya. Pakdhe nggak punya uang sebanyak itu."Mendengar ucapan ibunya itu, tubuh Gea seketika lemas, luruh dalam keputusasaan. Kemana lagi mereka harus mencari uang, untuk membayar tagihan rumah sakit ini. Apa bila mereka tidak bisa mendapatkan uang itu, maka nyawa ayahnya tidak bisa di selamatkan lagi."Tapi-" Ibu Gea nampak ragu untuk melanjutkan ucapannya."Tapi apa, Bu?" tanya Gea penasaran."Tadi Pak Mahendra telepon ibu.""Pak Mahendra itu siapa, Bu?""Temen Ayah, waktu sekolah. Dia dulu pernah membantu Ayah saat keluarga kita ini sedang terkena masalah.""Lalu?""Dia bilang, dia bisa membantu keadaan kita, t

  • 30 Hari Pernikahan   Mantan Pacar

    Geo begitu lelah mencari keberadaan kekasihnya, Jeslyn. Tepat di hari pernikahannya, gadis itu menghilang entah ke mana.Orang-orang bayarannya pulang tidak membawakan hasil sedikitpun. Bahkan jejak-jejak kepergian Jeslyn begitu mulus tidak terendus sama sekali.Yang membuat Geo semakin kecewa dan hancur berkeping-keping adalah, sepucuk surat yang merupakan pesan terakhir Jeslyn sebelum pergi meninggalkan Geo."Maaf, Geo. Aku nggak bisa nelanjutkan pernikahan kita."Tertulis di bagian akhir surat itu, yang di tulis sendiri oleh Jeslyn.Geo bingung dan tidak mengerti kenapa wanita yang sangat di cintainya itu tega melakukan hal itu kepadanya?Sebenarnya apa kesalahan yang sudah ia perbuat?Sebab, selama ini hubungannya dengan Jeslyn sangat baik-baik saja. Tidak pernah ada masalah sedikitpun di antara dirinya dan Jeslyn. Bahkan, seingatnya, Jeslyn sangat bahagia dan antusias sekali dalam mempersiapkan pesta pernikahan mereka.Geo kembali masuk kedalam mobil, dan melirik ke arah jam tang

Latest chapter

  • 30 Hari Pernikahan   Curhat.

    Pagi-pagi sekali Dinda sudah berangkat ke alamat apartemen yang di kirimkan Gea semalam."Wahh, gila. Ini kan apartemen orang-orang kaya," gumamnya.Sesampainya di lobby, Dinda langsung lapor ke tempat security perihal tujuannya. Namun sebelumnya Gea juga sudah memberitahukan perihal kedatangan Dinda kepada security apartemen tersebut.Setelah mendapatkan akses masuk, Dinda masuk kedalam lift menuju lantai tiga gedung, tempat dimana Gea beserta keluarganya berada.Ting tong... Ting tong..."Lama banget sih, Gea bukannya. Ini bener nomor 201 kamarnya, gak salah," gerutu Dinda.Ceklek...Kepala Gea menyembul keluar dari balik pintu. "Ayo buruan masuk."Dinda di buat takjub dengan design apartemen mewah yang Gea tempati saat ini. "Gila loe, Ge. Ini apartemen kan mahal banget, lihat aja dalemnya mewah kaya gini.""Nenek-nenek peyot juga tau kali, kalo apartemen ini mewah dan mahal. Ini semua punya calon suami gue," tandas Gea."Buset! Yang bener loe, Ge. Sekarang loe jelasin ke gue kenapa

  • 30 Hari Pernikahan   Curhat

    Pagi-pagi sekali Dinda sudah berangkat ke alamat apartemen yang di kirimkan Gea semalam."Wahh, gila. Ini kan apartemen orang-orang kaya," gumamnya.Sesampainya di lobby, Dinda langsung lapor ke tempat security perihal tujuannya. Namun sebelumnya Gea juga sudah memberitahukan perihal kedatangan Dinda kepada security apartemen tersebut.Setelah mendapatkan akses masuk, Dinda masuk kedalam lift menuju lantai tiga gedung, tempat dimana Gea beserta keluarganya berada.Ting tong... Ting tong..."Lama banget sih, Gea bukannya. Ini bener nomor 201 kamarnya, gak salah," gerutu Dinda.Ceklek...Kepala Gea menyembul keluar dari balik pintu. "Ayo buruan masuk."Dinda di buat takjub dengan design apartemen mewah yang Gea tempati saat ini. "Gila loe, Ge. Ini apartemen kan mahal banget, lihat aja dalemnya mewah kaya gini.""Nenek-nenek peyot juga tau kali, kalo apartemen ini mewah dan mahal. Ini semua punya calon suami gue," tandas Gea."Buset! Yang bener loe, Ge. Sekarang loe jelasin ke gue kenapa

  • 30 Hari Pernikahan   Foto prewedding

    Gea hanya bisa pasrah saja saat di make up, dan di minta berganti pakaian. Semua kostum dan tukang make up sudah di siapkan oleh keluarga Geo yang super kaya itu."Semoga nggak ada adegan mesra-mesraan sama itu cowok tengil," batin Gea.Di waktu yang cukup singkat itu, mereka melakukan dua sesi foto prewedding. Yang pertama yaitu, menggunakan pakaian casual. Beruntungnya Gea dapat melakukan arah sang fotografer dengan baik. Dia membuang semua raut kesal dan jengkelnya, agar acara foto prewedding itu bisa cepat selesai.Dan sama halnya dengan Geo, dia juga bisa mengikuti arahan tersebut. Andai saja Geo tidak bisa mengikuti dan harus mengulang-ulang adegan berfoto, Mungkin Gea akan langsung menjambak-jambak rambut calon suaminya itu.Sesi foto kedua, Gea menggunakan gaun berwarna putih tanpa lengan, dengan rambutnya yang di biarkan tergerai. Sedangkan Geo menggunakan setelan tuxedo berwarna hitam, membuatnya semakin terlihat gagah.Mereka di pertemukan dan beradegan saling menatap penuh

  • 30 Hari Pernikahan   Batal Menikah

    Keadaan di rumah besar keluarga Mahendra terasa sangat tegang. Semua orang di dalamnya terlihat sangat marah dan kecewa."Nggak ada satu pun orang yang tau ke mana perginya Jeslyn," kata Gading yang merupakan kakak dari Geo Mahendra, sedang berdiri di samping kedua orang tuanya yang duduk di sofa.Sedangkan di sisi lain sofa di ruangan tersebut, terlihat seorang pria yang lebih muda dari Gading terduduk lesu, sambil menunduk memegangi kepalanya. "Aku akan mencoba mencarinya lagi," ucap Geo sambil beranjak dari sofa."Kembali ke tempat dudukmu!" cegah Gading."Kau gila, ya? Untuk apa merendahkan dirimu, hanya untuk wanita yang jelas-jelas sudah tidak mau menikah denganmu."Geo semakin tidak bisa berbuat apa-apa, setelah ucapan kakaknya telak menampar harga dirinya. Wanita yang sudah sangat ia kenal dan sudah ia pacari sejak bangku kuliah di luar negeri itu kabur meninggalkan pernikahannya tanpa kejelasan apapun. Bak ditelan bumi, kepergian wanita itu tak ada satu pun yang tau, termasu

  • 30 Hari Pernikahan   Pacar Bayaran

    "Ge?""Geo, sini!" panggil Mama Alya yang menyadarkan Geo dari lamunannya.Perlahan, Geo mendekat. Mama Alya memperkenalkan Gea kepadanya. Keduanya pun sama-sama berpura-pura tidak saling mengenal."Geo.""Gea.""Wahh, sepertinya kalian memang ditadirkan jodoh. Secara dari nama saja kalian udah mirip," celetuk Mama Alya membuat Gea menahan rona merah di pipinya.Padahal mereka berdua sudah saling kenal, dan sempat berpacaran. Kalau kedua orang tuanya tau, mereka pastu akan kaget sekaget-kagetnya.Makan malam berjalan sangat lancar. Setelah itu, mereka berdua diberi waktu untuk saling, walaupun waktu yang di maksud tidak akan cukup. lima hari lagi mereka berdua sudah akan melangsungkan pernikahan. Dan besok pagi, Gea sudah harus fitting ulang baju pengantinnya.Geo dan Gea duduk di teras dekat taman bunga milik Mama Alya. Cukup lama keduanya saling bungkam dan tenggelam dalam pikiran masing-masing.Tidak tau apa yang harus mereka bicarakan. Syok itu sudah pasti. Dunia ini terkadang luc

  • 30 Hari Pernikahan   Mantan Pacar

    Geo begitu lelah mencari keberadaan kekasihnya, Jeslyn. Tepat di hari pernikahannya, gadis itu menghilang entah ke mana.Orang-orang bayarannya pulang tidak membawakan hasil sedikitpun. Bahkan jejak-jejak kepergian Jeslyn begitu mulus tidak terendus sama sekali.Yang membuat Geo semakin kecewa dan hancur berkeping-keping adalah, sepucuk surat yang merupakan pesan terakhir Jeslyn sebelum pergi meninggalkan Geo."Maaf, Geo. Aku nggak bisa nelanjutkan pernikahan kita."Tertulis di bagian akhir surat itu, yang di tulis sendiri oleh Jeslyn.Geo bingung dan tidak mengerti kenapa wanita yang sangat di cintainya itu tega melakukan hal itu kepadanya?Sebenarnya apa kesalahan yang sudah ia perbuat?Sebab, selama ini hubungannya dengan Jeslyn sangat baik-baik saja. Tidak pernah ada masalah sedikitpun di antara dirinya dan Jeslyn. Bahkan, seingatnya, Jeslyn sangat bahagia dan antusias sekali dalam mempersiapkan pesta pernikahan mereka.Geo kembali masuk kedalam mobil, dan melirik ke arah jam tang

  • 30 Hari Pernikahan   Kesulitan Gea

    "Gea?" panggil ibunya.Gea menoleh ke sumber suara, yang mana terlihat ibunya yang baru datang berjalan ke arahnya."Gimana, bu? Apa Pakdhe mau bantu pinjemin uang?"Wanita paruh baya yang di penuhi guratan kesedihan itu pun duduk di samping putrinya, sebelum membuka mulutnya."Gea, Pakdhe Rio nggak bisa bantu kita. Karena jumlah uang yang kita butuhkan sangatlah besar nominalnya. Pakdhe nggak punya uang sebanyak itu."Mendengar ucapan ibunya itu, tubuh Gea seketika lemas, luruh dalam keputusasaan. Kemana lagi mereka harus mencari uang, untuk membayar tagihan rumah sakit ini. Apa bila mereka tidak bisa mendapatkan uang itu, maka nyawa ayahnya tidak bisa di selamatkan lagi."Tapi-" Ibu Gea nampak ragu untuk melanjutkan ucapannya."Tapi apa, Bu?" tanya Gea penasaran."Tadi Pak Mahendra telepon ibu.""Pak Mahendra itu siapa, Bu?""Temen Ayah, waktu sekolah. Dia dulu pernah membantu Ayah saat keluarga kita ini sedang terkena masalah.""Lalu?""Dia bilang, dia bisa membantu keadaan kita, t

DMCA.com Protection Status