Aleeka terbangun, dia mengerjapkan matanya, kepalanya terasa berat, entah berapa lama dia tertidur atau mungkin pingsan. Karena saat ini dia merasa terbangun di tempat asing. Hal terakhir yang dia ingat adalah dia dibawa ke sebuah rumah besar dan mewah yang merupakan kediaman utama keluarga Genaaro di Sisilia. Aleeka juga ingta bahwa dia ditempatkan di sebuah kamar tamu yang lumayan besar, kamar yang di dominasi warna putih dan cream. Namun saat ini dia terbangun di kamar berbeda, Aleeka juga tidak mengingat kapan dia pindah kamar.“Dimana aku?” gumamnya.Bau desinfektan yang kuat kini tercium olehnya, Aleeka pun langsung mengedarkan pandanganya ke seluruh ruangan.“Ini? seperti ruangan di rumah sakit”Aleeka masih berusaha mengingat apa yang terjadi sebelum ini terhadap dirinya, namun dia hanya tau bahwa hal terakhir yang diingatnya adalah dia sedang beristirahat di salah satu kamar tamu di mansion keluarga Genaaro.“Kenapa aku berada di rumah sakit sekarang? apa yang terjadi dengank
Sudah 3 hari Aleeka di rumah sakit tanpa ada sanak keluarga yang menjenguknya, sedangkan dia tau bahwa Felisha dan Darius hampir setiap hari datang untuk melihat keadaan Aqeela yang dirawat di sebelah ruanganya. Aleeka juga yakin bahwa kedua orangtuanya mengetahui bahwa dirinya pun di rawat di rumah sakit yang sama denga kakak kembarnya, karena rumah sakit ini milik ayahnya, dan ibunya adalah salah seorang dokter disana.Aleeka beberapa kali mencoba menghubungi Nancy, namun sayang nomornya selalu tidak aktip, hanya petugas operator yang selalu menjawab panggilanya.“Apa Nancy baik-baik saja? aku sangat mengkhawatirkan keadaanmu Nancy, please jawab panggilanku”Saat dirinya hampir putus asa karena tak dapat menghubungi Nancy, sosok yang sudah dia anggap seperti ibu kandungnya sendiri, pintu ruangan Aleeka tiba-tiba saja terbuka. Suara langkah sepatu wanita yang beradu dengan lantai pun bergema memenuhi ruangan yang selalu sunyi itu.“Aleeka!”Aleeka memejamkan matanya, dan menarik napa
Disebuah gedung pencakar langit, tepatnya di satu ruangan mewah, dua orang pria tengah bercakap cakap. Satu dari mereka dengan posisi duduk di kursi layaknya seorang bos, dan pria satunya berdiri menjawab semua pertanyaan dari pria yang sedang duduk.“Informasi apa yang kau dapatkan?” tanya pria yang duduk membelakangi pria yang berdiri dengan sikap segan dan menghormatinya.“Tuan besar, Klan Genaaro saat ini sedang mengalami krisis, mungkin sebentar lagi di Sisilia akan terjadi perubahan”“Apa kau sudah tau siapa yang menyebabkan klan terkuat itu menjadi tak berdaya untuk saat ini?”“Kami masih menyelidiki hal ini tuan besar, tapi sepertinya ini adalah ulah dari orang dalam mereka sendiri”“Hahaha... Ini cukup menarik. Saat ini klan terkuat masih dipegang oleh keluarga Genaaro, yang hampir menguasai seluruh aspek perdagangan ilegal disana, bahkan mereka juga mendapat dukungan dari pemerintah setempat, aku jadi penasaran siapa yang telah menggoyahkan posisi William”“Anda benar sekali
Sean menarik napasnya lega, dia keluar dari tempat persembunyianya, Jerome tak menyadari bahwa kakaknya menyusup kedalam pesawatnya dan ikut keluar dari pulau rahasia keluarga mereka. Sean merasa dia harus turun tangan, terutama untuk masalah Aleeka, hanya saja dia ingin tak ada seorang pun yang mengetahui bahwa dia akan pergi ke Indonesia.Diam-diam Seam melakukan penyamaran, sama seperti Jerome, dengan menyusup ke dalam pesawat yang membawa adiknya itu, Sean pun kini berhasil tiba di bandara dan secara rahasia bertemu dengan Arik yang memberikanya dokumen jatidirinya yang baru.“Terimakasih Arik, kau memang selalu bisa diandalkan”“Hei, kita sudah berteman lama, tak perlu mengucapkan terimakasih, tapi... sebenarnya apa yang ingin kau lakukan Sean? Bukankah cukup aku dan Jerome saja yang menangani masalah disini? apa kau tidak emmpercayai kami?”“Bukan begitu Arik, aku harus ke Indonesia, ada hal yang harus kuluruskan disana”“Apa ini tentang Gibran dan Aleeka?”“Kurang lebih”“Baikl
Gibran tak menjawab pertanyaan Aleeka, dia hanya berlalu keluar ruangan untuk memanggil dokter, karena dia khawatir akan kondisi kehamilan Aqeela.Diamnya Gibran diartikan oleh Aleeka bahwa Aqeela memang benar hamil anaknya Sean, hati Aleeka terasa perih bagai teriris pisau. Kini Sean benar-benar akan menikah dengan Aqeela, bukankah memang mereka adalah pasangan yang dijodohkan oleh keluarga yang sesugguhnya? Dan kini dengan kehamilan Aqeela, sudah pasti pernikahan antara Sean dan Aqeela hanya tinggal menunggu waktu.Aleeka berjalan menghampiri Aqeela yang terbaring diatas brankar.“Aqeela, apa itu anaknya Sean?” tanyanya dengan tatapan sendu.“Kau pikir saja sendiri, selama ini aku tinggal di rumah keluarga Genaaro, dan hampir setiap hari bahkan setiap saat aku menghabiskan waktu bersama Sean, memangnya kenapa jika aku mengandung anak Sean?” Aqeela duduk bersandar dan mengangkat dagunya saat menjawab pertanyaan Aleeka.Setengah mati Aleeka menahan cairan bening yang terus mendesak ke
Aleeka memejamkan matanya, dan menghirup udara Singapura. Saat ini kakinya baru saja menginjakan tangga terakhir pesawatnya yang barusan landing di Changi Airport. Bisa kembali ke Singapura rasanya seperti pulang kampung bagi Aleeka. Diluar sebuah mobil sedan hitam telah menunggunya.Begitu Aleeka terlihat berjalan mendekati mobil, Richard yang duduk di kursi pengemudi itu langsung keluar dan menyambut Aleeka.“Wellcomeback baby, aku senang sekali saat kau menelponku dan mengatakan bahwa kau akan kembali kesini”“Terimakasih kau sudah repot-repot mau menjemputku Richi”Keduanya nampak berpelukan, Richard mengusap punggung Aleeka lembut, diam-diam dia mengusap ujung matanya yang terasa basah.“Hei, itu memang sudah tugasku, kau adalah satu-satunya sahabat dan saudara bagiku”Aleeka mengurai pelukan mereka. “Ouwh Richi... aku merasa tersanjung”Richard membukakan pintu mobil untuk Aleeka.“Masuklah baby, aku akan mengantarmu kemanapun yang kau inginkan” ucapnya.Aleeka menuruti perkataa
Jakarta.Aqeela kembali ke rumah orangtuanya setelah dokter menyatakan bahwa dia sudah boleh pulang, dia tak mengerti mengapa rumah keluarga Genaaro tampak sepi, tak ada satu orang pun disana, bahkan Liliana pun tak diketahui kabarnya, seolah semua orang telah menghilang bak ditelan bumi.Saat ini Aqeela sedang berada di dalam kamarnya, ditemani Felisha. Keduanya sedang asik memakan rujak.“Mommy, mengapa aku tidak boleh tinggal lagi di rumah Sean? Mengapa mommy membawaku ke rumah?” tanya Aqeela.“Saat ini rumah mereka dalam keadaan kosong Aqeela, tapi beberapa minggu lagi juga semua akan normal kembali, kau sudah bisa bertemu lagi dengan Sean”Aqeela mengerutkan dahinya, ingin bertanya lebih lanjut, tetapi kemudian diurungkanya niatnya itu, karena dia berpikir mungkin saat ini lebih baik baginya untuk menjauh dulu dari Sean.Saat masih berada di rumah sakit, Aqeela dibuat bimbang dengan ancaman Gibran. Pria itu ngotot mengklaim bahwa bayi yang dikandung Aqeela adalah anaknya, meskipu
Sean menjauhkan kembali tubuhnya, dan berjalan ke arah meja makan, dengan sekali ayun dia telah duduk di atas meja, mengambil apel dari tempat buah yang ada tak jauh darinya. Dengan tatapan mata masih terpaku pada wajah Aleeka, Sean menggigit apelnya.“Ss... Sean, kau tidak seharusnya berada disini”Dengan susah payah Aleeka berusaha menetralkan debaran jantungnya, tatapan mata Sean kali ini berbeda. Aleeka tak dapat menebaknya tetapi dia merasa ada yang lain dari Sean kali ini.“Lalu seharusnya aku berada dimana Aleeka? hmm?”Aleeka semakin gugup mendapat pertanyaan demikian dari Sean. Kembali Aleeka teringat pada ucapan Aqeela yang mengatakan bahwa dirinya saat itu sedang hamil anak Sean. Ada sesak yang dirasakanya, hatinya seakan tercubit mengetahui bahwa dia bukanlah satu-satunya wanita bagi Sean.Tiba-tiba saja Aleeka merasa matanya memanas, dia pun menengadahkan wajahnya dan menarik napas dalam guna mencegah airmatanya keluar. untuk mengalihkan pikiranya, kemudian Aleeka melangk
Jakarta.Felisha berteriak marah saat dirinya diusir dari rumah sakit. dia baru saja kembali dari bepergian keluar negeri. Saat itu memang Felisha mematikan ponselnya agar tak ada yang mengganggunya.“Apa-apaan ini?! mengapa kalian mengusirku? Mengapa barang-barangku semuanya berada diluar ruangan?!” dengan wajah merah padam Felisha berteriak dan memanggil semua orang bawahanya.“Maaf dok, kami hanya melaksanakan perintah atasan” ucap seorang karyawan rumah sakit yang diketahui adalah manager personalia.“Apa katamu?! Coba ulangi lagi!”Mendengar perkataan sang manager, Felisha pun bertambah berang, dia adalahistri dari pemilik rumah sakit tersebut, dan selama ini dialah yang berkuasa disana, tak ada seorang pun yang berani melawanya. Namun kini dia seolah di usir dari istananya sendiri.Sang manager mengusap keringat yang mulai muncul di area dahi denga punggung tanganya. “Kami... hanya menjalankan perintah dari atasan dok” ulangnya.Plak.Felisha langsung menampar sang manager itu.
Disaat Prabhu tenggelam dalam ingatan akan masa lalunya, pintu ruanganya terbuka dan seorang wanita paruh baya namun masih terlihat cantik melangkah masuk ke dalam ruangan tersebut.“Prabhu, kukira kau sedang sibuk disini, ternyata kau malah sedang melamun” keluhnya.Sesaat Prabhu terlihat kaget namun detik berikutnya wajahnya kembali normal dan tersenyum.“Aku sedang memikirkan nasib kedua keponakanku Hana, karena aku mendapat laporan bahwa salah satu keponakanku dibawa kabur oleh pria bernama Seanders Genaaro”“Genaaro? Apa dia masih ada kekerabatan dengan Samuel?”“Entahlah Han, tapi aku sudah menyuruh orangku untuk menyelidiki lebih lanjut”“Lalu kapan kau akan menjemput Rulita untuk pulang kembali kesini? Aku sudah rindu bercengkrama dengan adik iparku itu”Mendengar permintaan Hana yang tak lain adalah istrinya itu, Prabhu pun tersenyum dan teringat akan jawaban Rulita saat dia menghubungi adiknya itu untuk menyuruhnya pulang ke Indonesia.“Aku sudah meminta adiku itu untuk pula
Beberapa saat kemudian Arik sudah kembali dengan membawa obat yang dibelinya di apotek. “Nona, ini obatnya, dan ini saya juga membelikan beberapa roti untuk anda makan sebelum minum obat”Aleeka tersenyum pada Arik dan mengucapkan terimakasih, karena memang saat ini dia merasa lapar kembali. Arik melirik dan memperhatikan Aleeka yang duduk tak jauh dari brankar sambil memakan rotinya, setelahnya dia menyodorkan segelas air putih dan meminta Aleeka untuk meminum vitamin yang sudah di belinya di apotek tadi.Setelah merasa cukup kenyang dan meminum obat, Aleeka pun menyandarkan punggungnya dan menguap. “Apakah anda mengantuk Nona Aleeka? Anda bisa rebahan saja di ranjang satu lagi dan tidur sejenak, biar saya yang menjaga Tuan Muda Sean” Arik merapikan ranjang pasien yang kosong yang berada di samping ranjang Sean, karena memang merasa amat mengantuk, Aleeka pun menuruti permintaan Arik dan merebahkan tubuhnya diatas ranjang tersebut, dan tak berapa lama dia pun sudah terlelap.“Ayo
Sisilia, Italia.Disebuah rumah sakit, tepatnya di taman saping rumah sakit terbesar disana. Dua orang wanita sedang duduk bersantai sambil menikmati secangkir teh hangat di tanganya masing-masing.“Jadi selama ini kau berada di Italia? Mengapa kau tak pernah sekalipun menelponku?”“Ini karena perintah kakak kandungku, Prabhu. Dia menyuruhku untuk memutuskan seluruh komunikasi dengan semua orang, karena Darius sudah mengumumkan berita kematianku pasca melahirkan ke publik, jadi mau tak mau aku harus bersembunyi, jika tidak Felisha dan antek-anteknya tetap akan mencariku serta berusaha membunuhku lagi”“Kau tau Rulita? Hingga detik ini aku sama sekali tak habis pikir dengan kelakuan suamimu itu, Darius sangat bodoh menyia-nyiakan istrinya dan bahkan menganggapmu berselingkuh, padahal kala itu Samuel hanya bermaksud menolongmu, terlebih dia juga sudah menikah dan amat mencintai istrinya”Kedua wanita berusia 45 tahun itu yang tak lain adalah Nancy dan Rulita sedang mengobrol sambil meng
“Apa?! Aleeka tidak ada? Apa kau sudah mencarinya ke semua tempat? Barangkali dia pindah ke tempat lain untuk membeli sesuatu”Daniel nampak cemas saat dia mendapat telpon dari supir pribadinya yang mengabarkan bahwa Aleeka tidak ada di restoran tempat terakhir kali dia meninggalkanya, dengan tergesa-gesa dia pun berjalan hendak kembali ke restoran tadi. Daniel merasa menyesal bahwa dia telah meninggalkan Aleeka seorang diri disana, terlebih hal penting yang dibicarakan oleh ayahnya adalah perjodohanya dengan putri dari sahabat ayahnya demi kepentingan bisnis.“Tetap disana dan cari ke semua tempat” ucap Daniel sebelum dia menutup telpon dan bergegas pergi, hingga melupakan ponselnya yang di lemparkanya ke atas ranjang saat meraih kunci mobil dan mengenakan kembali kemejanya.Ayah Daniel yang melihat putranya hendak kembali meninggalkan rumah berusaha menahan kepergian putra semata wayangnya itu, dan terjadi perdebatan antara ayah dan anak.“Apa susahnya kau menuruti omongan orangtua
Daniel pun melihat ke belakang melalui kaca spion. “Benarkah? Aku tidak memperhatikan, tetapi mungkin saja hanya kebetulan, kau jangan terlalu parno Aleeka”Sesaat Aleeka pun bernapas lega, karena melihat mobil yang dicurigainya berbelok arah, tak lagi berada di belakang mobil mereka.“See.. kau lihat kan? mereka hanya kebetulan saja satu arah dengan kita tadi, dan sekarang mereka mengambil jalan menuju tujuan mereka sendiri”Aleeka tak menimpali ucapan Daniel, harus dia akui semenjak dirinya sering menghadapi kasus penculikan, kini dia selalu mencurigai apapun, bahkan terkadang dia mencurigai orang-orang yang tak dikenalnya.Tiba di tempat makan, Aleeka pun sudah melupakan persoalan mobil yang membuntuti perjalananya, bersama Daniel dia ikut mengantri. Karena itu bukanlah restoran mewah yang bisa melakukan reservasi sebelumnya. Makanan yang diinginkan Aleeka adalah tempat makan di sebuah ruko kecil namun ramai pengunjung karena beritanya yang viral. Setelah beberapa saat, akhirnya ke
Darius menatap keseluruhan sudut apartemen yang tidak pernah sekalipun ditinggalinya itu. dia membeli apartemen itu dengan uang hasil jerih payahnya sendiri, tanpa sedikitpun bantuan dana dari kedua orangtua angkatnya yang telah membesarkanya seperti anak kandung mereka sendiri.“Mengapa kau tega sekali berkhianat di belakangku Rulita? Mengapa?”Pria paruh baya itu duduk di lantai bersandar pada ranjang, ditanganya memegang sebuah botol minuman. Darius mengenang kembali moment indah yang dia lalui dengan istri pertamanya yang merupakan cinta sejatinya.Dia mengakui bahwa dia telah keterlaluan memperlakukan Rulita kala itu. Setelah mengetahui Rulita hamil, Darius pun membawa Felisha untuk tinggal di rumah mereka, dan mengusir Rulita dari kamar utama.Rulita yang tengah hamil harus menyaksikan sahabat dan suaminya bermesraan didepan matanya, dan setiap malam dia juga harus mendengar desahan dari kamar yang dulu ditempatinya bersama Darius.Dengan kejam Darius menyuruh Rulita pindah ke k
Tanpa Darius ketahui, ternyata Prabhu menyelamatkan nyawa adik kandungnya dan membawa pergi jauh dari Darius, suami yang selalu menyiksa mental dan fisiknya itu. Namun Prabhu tak bisa membawa serta kedua bayi yang dilahirkan Rulita karena secara hukum bayi-bayi itu adalah sah anak dari Darius.Setelah membawa Rulita pergi jauh dan merawatnya, karena hebat pasca melahirkan, Rulita mengalami pendarahan, yang menyebabkanya dalam keadaan koma selama tiga bulan.Prabhu pun kembali menemui Darius saat Rulita baru tersadar dari komanya, namun saat itu Darius sudah menikahi Felisha dan mengukuhkan hak perwalian atas bayi Rulita, sehingga Prabhu pun tak bisa berbuat apa-apa.Beberapa tahun berlalu, Prabhu memfokuskan diri pada kesembuhan adiknya, dan tetap merahasiakan bahwa Rulita masih hidup, hingga adiknya itu bisa bangkit kembali, setelah itu Prabhu kembali untuk mengambil si kembar, namun saat dia datang, Prabhu hanya melihat satu orang anak perempuan saja di rumah Darius.Beberapa hari d
Jerome tersenyum, karena dia tau bahwa keterpurukan keluarga Genaaro tidak akan lama, dia dan Sean bisa membuat kebangkitan kembali Klan Genaaro.Bagi klan besar seperti keluarga Genaaro memang telah memiliki akar yang kuat, sehingga tiupan badai hanya akan membuat oleng puncaknya saja, tidak sampai keakarnya. Hanya saja kali ini William sedang bersabar dan mengalah, namun bukan berarti mereka tidak bisa menghimpun kekuatan untuk menyerang balik. Entah apa yang sedang direncanakan oleh William.Baik Jerome maupun Sean tak ada yang bisa menebak jalan pemikiran ayah mereka saat ini, karena keputusan yang diambil oleh William sangat berbeda jauh dari sifat dan kepribadian dia sehari-hari.“John, apa kau tau sedekat apa hubungan dad dengan orang yang bernama Ardian ini? Mengapa dad terkesan sangat bersabar sekali menghadapi orang ini?”“Saya juga tidak tau hubungan tuan besar dan ayahnya Tuan Gibran seperti apa pada masa muda mereka, tapi menurut info yang saya dengan, Tuan Besar William