Sean uring-uringan di ruang kerjanya, kemejanya sudah acak-acakan, sedangkan di lantai banyak benda berserakan akibat dilemparkan oleh sang pemilik ruangan.Jerome masuk kedalam ruangan kakaknya dengan wajah cemas, saat melihat betapa berantakan ruangan tersebut dan juga wujud Sean yang jauh lebih berantakan dari ruangan itu. Jerome pun menduga bahwa Sean telah mengetahui kabar tentang kaburnya Aqeela dari rumah sakit.“Sean, dengar... aku bisa jelaskan semuanya padamu”Jerome berucap dengan nada waspada, dalam hatinya dia mulai menghitung waktu pengasingan untuk dirinya jika nanti Sean menghukum dan mengirimnya ke tempat yang jauh, terpencil dan kumuh.“Jerome, aku tidak bisa meninggalkan Aleeka sendirian disini, apalagi dalam keadaan dia yang masih lemah terbaring di rumah sakit, tetapi kondisi di Sisilia juga membutuhkanku, posisi dad terancam karena berita yang menjadi topik terpanas saat ini disana”Jerome menautkan kedua alisnya, sesaat dia bingung tak mengerti akan arah pembica
Sean yang telah tiba di Sisilia langsung mendatangi William di ruang kerjanya, hari ini William tidak pergi ke kantor, tetapi dia memantau semua kegiatan perusahaan dari ruang kerja pribadinya di rumah.“Dad, mengapa kau membiarkan berita itu tetap menjadi trending topik? Kau membahayakan perusahaan kita dan juga posisimu sebagai ketua klan”“Kau sudah datang son? Duduklah dan tutup rapat pintunya” William menggedikan dagunya ke arah kursi di hadapanya.“Dad, aku tidak mengerti apa yang terjadi disini, bisa tolong kau jelaskan padaku?” tanya Sean setelah dia melakukan apa yang diperintahkan oleh ayahnya.Dia menatap lurus ke mata William, karena posisinya saat ini duduk saling berhadapan.“Biarkan saja dulu, ini juga perintah dari kakekmu”“Grandpa? Mengapa grandpa mengambil langkah ini? atau... jangan-jangan berita itu juga kalian sengaja yang membuatnya?”“Tidak Sean, aku tidak mungkin mengambil tindakan yang akan merugikan perusahaan, berita itu memang murni dibuat oleh seseorang,
“Siapa dia pah? Katakan padaku”William semakin penasaran mendapati Zain yang tiba-tiba saja terdiam.“Dia... adalah sahabatmu sendiri Will, kekasih Patricia saat itu adalah Ardian”Saking kagetnya mendengar penjelasan ayah mertuanya, William sampai berdiri dari duduknya. “Tidak mungkin! Aku dan Ardian sudah lama bersahabat, bahkan dia yang mengenalkan aku pada Patricia, saat itu dia membiayaiku untuk masuk kuliah”“Apa kau tak pernah menyadari bahwa setiap kali kau bertemu dengan putriku selalu ada Ardian disekitarnya?”William mengerutkan dahinya, mengingat masa-masa kuliahnya dulu, dan kini dia menyadari bahwa saat itu dimana ada Patricia selalu ada Ardian disisinya. Dulu William tak pernah menyadari akan hal itu karena dia terlalu sibuk bekerja dan belajar, agar dia bisa menghasilkan uang untuk membiayai kuliahnya, dan tidak lagi bergantung pada kebaikan hati Ardian.“Dan coba kau ingat lagi Will, kapan terakhir kali kau bertemu dengan Ardian?”“Ituu.. hari itu adalah satu hari s
[Hubungi Baron. S.O.S]Aqeela masih menatap layar ponselnya yang menampilkan pesan dari Adi, sesaat setelah telponya ditutup. Baron adalah anak buah Adi yang mengantarkan Aqeela pulang ke rumah Sean setelah dirinya diculik oleh Adi waktu lalu.“Untung Om Adi pernah mengatakan jika aku bisa menguhubungi Baron jika aku tidak bisa menghubungi Om Adi, sebentar aku cari nomor Baron di kontakku, semoga aku menyimpanya” gumam Aqeela pelan.Setelah menemukan kontak Baron, Aqeela dengan cepat menelponya dan memforward pesan yang dikirimkan oleh Adi padanya.Aqeela mengurungkan niatnya untuk bertemu Adi, atas pertimbangan Baron, dia khawatir sat ini Adi sedang dalam kondisi tidak memungkinkan untuk menemuinya, terbukti dengan pesan singkat yang dikirimkan olehnya.“Jika tidak menemui Om Adi, lantas aku harus kemana saat ini? aku tidak mungkin kembali ke rumah Adisty, apa aku menginap di hotel saja dulu ya?”Akhirnya Aqeela pun meminta supir taksinya untuk membelokan mobil ke hotel terdekat, di
Aleeka duduk termenung di balkon kamarnya, matanya menatap ke langit luas bertabur bintang, sang rembulan menyembul malu-malu diantara gumpalan awan hitam. Pikiran Aleeka menerawang entah kemana.Masih terpatri jelas dalam ingatanya saat dia berada ditempat persembunyianya di Singapura, saat itu dia terpaksa menyamar untuk melancarkan usahanya keluar dari negara itu, dia sudah memutuskan untuk tak ingin lagi ada sangkut paut dengan keluarganya, dan jalan satu-satunya adalah dengan pergi meninggalkan Sean.Saat itu tanpa sengaja Aleeka melihat kedua orangtuanya, dia berpikir bahwa keduanya sedang khawatir mencari dirinya karena menghilang dan tak berada di apartemenya. Namun kenyataan berkata lain, Felisha dan Darius datang ke Singapura adalah untuk memintanya agar menggugurkan kandunganya demi hubungan pertunangan Aqeela dan Sean.“Mengapa mommy begitu tega memintaku untuk melenyapkan cucunya? Hanya demi kasih sayangnya pada Aqeela?”Tak terasa lelehan bening mengalir di pipi putih mu
"Jangan mengetes kesabaranku, Aqeela." Mendengar ucapan pria berjas hitam di hadapannya, gadis itu cemberut. Tampak tidak senang. Wajahnya memerah dan fokus matanya tampak kabur, seperti sedang mabuk.Namun, ia tidak menuruti ucapan pria itu dan justru menarik leher sosok gagah itu agar mendekat padanya. Tanpa menunggu lagi, gadis itu melumat bibirnya, mencoba menghilangkan haus yang sangat menyiksa. Tangannya meraba dada bidang terbalut jas rapi. Tangan lainnya yang berada di leher si pria menekan untuk mendalamkan ciuman mereka."Cukup." Pria itu menarik diri, melepaskan rangkulan si gadis. Ia tampak frustrasi. "Kamu mabuk."Bibir gadis di hadapannya merekah sempurna, tampak menggoda. Belum lagi pakaian pesta yang tengah digunakan oleh perempuan itu sudah berantakan--menambah kesan seksi sekaligus menggoda."Istiharatlah. Jangan melakukan sesuatu yang nanti kamu sesali." Pria itu, Sean, kembali berucap. Sekuat tenaga, ia mencoba mengendalikan diri. Setelah itu, ia berbalik pergi.Namun,
“Pesandari siapa, Sayang?”Kaget,Aleeka langsung membalikkan handphonenya. Tidak tahu Sean sudah bangun.“Bukandari siapa-siapa,” jawab Aleeka buru-buru. Aleeka berharap dia tidak terlihatgelagapan di mata Sean.“Emm,”jawab Sean malas sambil mempererat pelukannya, menarik Aleeka bersandar di dadabidangnya. lalu mengecup puncak kepala Aleeka. “Apamasih sakit?” tanya Sean lagi sambil menenggelamkan wajahnya di tengkukAleeka.Maludan menyesal, itulah yang Aleeka rasakan. Mengingat Aleeka-lah yang memulaikegilaan semalam. Dia menutup wajahnya dengan kedua tangan, menggeleng. Apayang sebenarnya dia minum malam kemarin? Bagaimana bisa dia bisa hilang kendaliseperti itu?“Ma-maafsoal semalam, aku mabuk dan tidak sadar berbuat seperti itu padamu,” gumamAleeka. “Tidakmasalah, tapi kedepannya kamu tidak boleh mabuk jika tidak bersamaku,” Seanmenjawab dengan santai.Mendengarucapan Sean, Aleeka hanya bisa tersenyum miris. Kalau Aqeela tahu apa yangsudah dia lakukan. Pasti Ale
“Aqeela sayang, tidak bisa kamu pergi nanti saat kamu sudah sehat sepenuhnya,” ucap Liliana saat Aleeka pamit untuk pergi.Aleeka berbohong pada Liliana, kalau dia pergi untuk bertemu teman-teman sekolahnya dulu.Malam itu, saat hasil tes menunjukan positif, Aleeka lemas. Dia bingung harus bagaimana. Apakah dia harus merelakan bayi itu pergi tanpa lahir ke dunia, atau membesarkannya seorang diri. Tapi bagaimana, penghasilannya bahkan tidak cukup untuk membayar pengobatan ibu asuhnya.Ting!Bunyi notifikasi muncul, ada chat masuk dari Aqeela.[Jangan telat, aku tunggu di hotel dekat bandara sesuai perjanjian kita, besok.]Perjanjian antara Aleeka dan Aqeela akhirnya akan berakhir. Usaha Aqeela untuk menjadi model ternama di Paris tidak membuahkan hasil, membuat Aqeela kembali lebih cepat dari perjanjian awal.Aleeka membalas pesan itu, dan mulai bersiap. Fokus Aleeka saat ini untuk segera pergi dari kediaman Genaaro, pergi sejauh mungkin dari Aqeela dan Sean. Dia harus menyembunyikan k