Aqeela menutup panggilan telpon dengan senyum mengembang di bibirnya. “Bagus! kuharap kandunganya gugur saat ini, untung saja mommy selalu membantuku, aku tak tau apa jadinya hidupku nanti jika tak ada mommy”Dengan wajah sumringah Aqeela menuruni tangga untuk bergabung di ruang makan, namun sesampainya disana dia hanya melihat Liliana seorang diri sedang duduk menunggunya untuk sarapan bersama.“Nenek, dimana Sean? Apa dia masih sakit? Dia tidak turun untuk sarapan?”“Ah Aqeela, kau sudah turun rupanya, kemarilah sayang.. duduklah disini, kita sarapan bersama ya?”Aqeela mengerutkan dahi karena Liliana tidak menjawab pertanyaanya, wajahnya berubah ketus. “Kau tidak menjawab pertanyaanku nek, mengapa aku tidak melihat Sean pagi ini?”Liliana menoleh karena terkejut dengan intonasi suara Aqeela yang terdengan meninggi dan ketus. Aqeela langsung menyadari kekeliruanya, dia langsung memasang wajah selembut mungkin dan menarik kursi untuk duduk di samping Liliana.“Maaf nek, aku tadi hany
“Kau curang sekali Andina, kau yang mengajak berenang malah aku sendirian yang turun ke kolam” Aqeela cemberut menatap Andina yang tidak jadi berenang karena tiba-tiba tamu bulananya datang.“Maaf Aqeela, aku juga tidak tau kalau tamu bulananku datang hari ini, aku temani saja sambil duduk disini ya? Kamu berenang aja sendiri” Andina menunjuk kursi pantai yang ada di pinggir kolam renang dan langsung duduk berselonjor disana.Akhirnya Aqeela pun tak mempedulikan Andina dan asik berenang sendiri, sesekali dia meminta Andina untuk memotret dirinya disana. Andina dengan senang hati melakukanya, dan beberapa foto dia kirimkan ke nomor kontak seseorang selain di kirim ke Aqeela.Di luar villa, mobil sport mewah warna biru itu telah berhenti tepat di depan pintu masuk villa tersebut, namun pengemudinya tak segera keluar dari dalam mobil, dia sedang asik mengamati layar ponselnya dengan senyum menghiasi bibirnya.“Kamu selalu cantik dalam segala pose Aqeela” gumam laki-laki tersebut.Perlah
Sudah dua hari Aqeela menginap di villa milik Gibran, setiap malam pula mereka melakukan kegiatan seperti sepasang suami istri. Kini Aqeela sudah tidak canggung lagi terhadap Gibran.“Aqeela, ayo kita menikah” Gibran membelai kepala Aqeela yang bersandar di dadanya, mereka masih berada diatas kasur setelah mengulang pergulatan panas mereka.Aqeela mengangkat kepalanya dan manatap wajah Gibran, jantungnya berdebar kencang, dia mengusap pipi laki-laki yang sudah ini menghabiskan malam bersamanya selama dua hari ini. Hingga mata Aqeela tak sengaja melihat cincin pertunanganya dengan Sean yang terselip di jari manisnya.Secepat kilat Aqeela membalikan tubuhnya membelakangi Gibran. “Aku sudah bertunangan Gibran, aku tidak bisa menikah denganmu, dan… ini.. ini adalah kesalahan!” saat mengucapkan kalimat terakhirnya Aqeela terisak. Aqeela masih bingung dengan apa yang di rasakanya, saat Gibran menyentuhnya, dia tak mampu untuk menolak, walaupun dia sebenarnya sangat ingin. Kini gadis itu seo
Bunyi bel pintu terdengar setelah beberapa saat, Sean menyuruh Ivy untuk membukakan pintu dan dia tetap bersembunyi di tempat yang dia bisa melihat ke ruang depan.“Hai Ivy, bagaimana keadaan Aleeka? Apa dia sudah membaik pagi ini? Aku membawakan makanan kesukaanya dan juga buku-buku agar dia tidak bosan hanya terbaring di kamarnya”“Oh..iya Tuan Daniel, sepertinya Nona Aleeka sudah sedikit membaik”“Baiklah kalau begitu, tolong berikan ini pada Aleeka, dan katakan padanya aku minta maaf karena hari ini banyak pekerjaan di kantor, jadi aku tidak bisa lama, kalau begitu sampaikan saja salamku untuk Aleeka, aku permisi”Ternyata Daniel hanya datang untuk membawakan cake dan buku bacaan, Sean mendengkus antara kesal dan juga lega.Setelah Daniel pergi, Sean mengambil semua pemberian dari pria tersebut dan membuangnya di tempat sampah. Ivy tidak bisa memprotes apa yang di lakukan oleh Sean.“Apakah laki-laki itu selalu datang kesini tiap pagi Ivy? Mengapa kau tak melaporkanya padaku?” Sea
Aqeela melangkah ragu memasuki rumah kediaman keluarga Genaaro, namun mengingat desakan ibunya, dia pun tetap melangkah masuk dengan langkah pasti.“Semoga tidak ada yang mencurigaiku” gumamnya dalam hati.Aqeela bersyukur karena keadaan rumah sedang sepi, jadi dia bisa langsung menaiki tangga dan masuk ke kamarnya. “Ini rumah sepi amat, penghuninya pada kemana sih? Sean juga ga keliatan,” gumamnya seorang diri.Aqeela sebenarnya merasa gugup saat kembali ke rumah Sean, terlebih dia takut kebohonganya terbongkar saat dia ijin untuk pulang ke rumah kedua orangtuanya namun ternyata dia malah menginap di villa bersama seorang laki-laki. Sambil merebahkan diri diatas ranjang ingatan Aqeela kembali melayang pada moment dirinya menghabiskan malam bersama Gibran, tanpa disadari senyumnya mengembang, kedua matanya tertutup seolah sedang menikmati kenangan dalam pikiranya.“Dia itu ternyata sangat romantis sekali, dan… dia juga sepertinya orang kaya”Lamunan Aqeela terhenti saat ponselnya berg
Pagi ini Aleeka terbangun saat merasakan ada sesuatu yang menindih perutnya, dilihatnya sebuah tangan melingkar disana, Aleeka pun menoleh ke samping dan terkejut mendapati wajah Sean begitu dekat denganya dan sedang tertidur pulas. “Ss.. Sean?”Tidur Sean terusik, merasakan guncangan kecil pada bahunya. Perlahan dia pun membuka mata. “Aleeka? Kau sudah bangun?”Suara serak khas orang bangun tidur menggelitik pendengaran Aleeka. Dia pun segera memalingkan wajahnya yang terasa panas. “Kau sedang apa disini Sean?”“Sedang apa katamu? Apa kau tidak menyadarinya? Kau tidur mengigau ketakutan tadi malam, dan hanya berhenti saat aku memelukmu”Aleeka menggeser posisinya menjauh dari Sean, namun Sean menahan tubuhnya. “Hati-hati nanti kau jatuh”Aleeka dengan cepat menepis tangan Sean. “Sean, ada apa kau datang kesini? Apa kau tidak ada kerjaan? Sepengangguran itukah pangeran ahli waris keluarga Genaaro? Bukankah permasalahan dan kesalahpahamanmu itu sudah di selesaikan oleh keluargaku? Seh
Aqeela datang ke rumah sakit untuk menemui Felisha, karena semua karyawan rumah sakit sudah mengetahui dan mengenal Aqeela sebagai putri dari pemilik rumah sakit, mereka tidak ada yang menegur Aqeela saat dia langsung masuk ke ruangan pribadi ibunya.Di dalam ruangan Felisha masih bergumul dengan kekasihnya, Reymundo, di sofa panjang yang ada di ruanganya. Saat itu mereka pintu ruanganya terbuka dan mereka masih tidak menyadarinya. Mata Aqeela melotot dengan mulut terbuka menyaksikan apa yang di lakukan oleh ibunya, terlebih Felisha melakukanya dengan pria lain dan bukan Darius, suaminya.Tubuh Aqeela bergetar, dia syok dengan pemandangan yang tersaji di depan matanya. Namun dia masih waras untuk tidak berteriak dan membuat heboh semua karyawan disana. Biar bagaimanapun Aqeela masih menganggap Felisha adalah ibunya, dan apa yang di lakukanya adalah aib keluarga. Dengan cepat dia menutup pintu ruangan Felisha sebelum kedua orang itu tersadar bahwa ada orang lain yang memasuki ruangan,
Sean mengepalkan kedua tanganya mendengar jawaban yang diberikan Aleeka pada Daniel. Alarm kewaspadaanya berbunyi, dan mengatakan bahwa dia harus segera menyingkirkan Daniel yang terlihat memberikan perhatian lebih dari seorang rekan kerja pada Aleeka.“Ah begitu ya? Jadi anda adalah calon kakak ipar Aleeka?” Daniel tersenyum dan mengangguk hormat pada Sean.Sedang Aleeka mencari cara agar tidak terjadi keributan di tempat tinggalnya, karena tadi dia sudah menyinggung Sean dengan merebut jawabanya. Saat itu John baru saja tiba untuk membawakan pakaian untuk Sean.“Ah kebetulan sekali kau sudah datang John” wajah Aleeka langsung sumringah melihat kedatangan John. “Kakak ipar Sean menyuruhmu untuk mengantarku berangkat kerja, bukan begitu kakak Sean?” lanjutnya sambil menatap dan memberikan senyuman termanis yang dia miliki pada Sean.Aleeka nekat memanfaatkan kehadiran John agar Sean dan Daniel tidak bertengkar karena dirinya. Dia tidak peduli jika nanti akhirnya dia akan menanggung hu
Jakarta.Felisha berteriak marah saat dirinya diusir dari rumah sakit. dia baru saja kembali dari bepergian keluar negeri. Saat itu memang Felisha mematikan ponselnya agar tak ada yang mengganggunya.“Apa-apaan ini?! mengapa kalian mengusirku? Mengapa barang-barangku semuanya berada diluar ruangan?!” dengan wajah merah padam Felisha berteriak dan memanggil semua orang bawahanya.“Maaf dok, kami hanya melaksanakan perintah atasan” ucap seorang karyawan rumah sakit yang diketahui adalah manager personalia.“Apa katamu?! Coba ulangi lagi!”Mendengar perkataan sang manager, Felisha pun bertambah berang, dia adalahistri dari pemilik rumah sakit tersebut, dan selama ini dialah yang berkuasa disana, tak ada seorang pun yang berani melawanya. Namun kini dia seolah di usir dari istananya sendiri.Sang manager mengusap keringat yang mulai muncul di area dahi denga punggung tanganya. “Kami... hanya menjalankan perintah dari atasan dok” ulangnya.Plak.Felisha langsung menampar sang manager itu.
Disaat Prabhu tenggelam dalam ingatan akan masa lalunya, pintu ruanganya terbuka dan seorang wanita paruh baya namun masih terlihat cantik melangkah masuk ke dalam ruangan tersebut.“Prabhu, kukira kau sedang sibuk disini, ternyata kau malah sedang melamun” keluhnya.Sesaat Prabhu terlihat kaget namun detik berikutnya wajahnya kembali normal dan tersenyum.“Aku sedang memikirkan nasib kedua keponakanku Hana, karena aku mendapat laporan bahwa salah satu keponakanku dibawa kabur oleh pria bernama Seanders Genaaro”“Genaaro? Apa dia masih ada kekerabatan dengan Samuel?”“Entahlah Han, tapi aku sudah menyuruh orangku untuk menyelidiki lebih lanjut”“Lalu kapan kau akan menjemput Rulita untuk pulang kembali kesini? Aku sudah rindu bercengkrama dengan adik iparku itu”Mendengar permintaan Hana yang tak lain adalah istrinya itu, Prabhu pun tersenyum dan teringat akan jawaban Rulita saat dia menghubungi adiknya itu untuk menyuruhnya pulang ke Indonesia.“Aku sudah meminta adiku itu untuk pula
Beberapa saat kemudian Arik sudah kembali dengan membawa obat yang dibelinya di apotek. “Nona, ini obatnya, dan ini saya juga membelikan beberapa roti untuk anda makan sebelum minum obat”Aleeka tersenyum pada Arik dan mengucapkan terimakasih, karena memang saat ini dia merasa lapar kembali. Arik melirik dan memperhatikan Aleeka yang duduk tak jauh dari brankar sambil memakan rotinya, setelahnya dia menyodorkan segelas air putih dan meminta Aleeka untuk meminum vitamin yang sudah di belinya di apotek tadi.Setelah merasa cukup kenyang dan meminum obat, Aleeka pun menyandarkan punggungnya dan menguap. “Apakah anda mengantuk Nona Aleeka? Anda bisa rebahan saja di ranjang satu lagi dan tidur sejenak, biar saya yang menjaga Tuan Muda Sean” Arik merapikan ranjang pasien yang kosong yang berada di samping ranjang Sean, karena memang merasa amat mengantuk, Aleeka pun menuruti permintaan Arik dan merebahkan tubuhnya diatas ranjang tersebut, dan tak berapa lama dia pun sudah terlelap.“Ayo
Sisilia, Italia.Disebuah rumah sakit, tepatnya di taman saping rumah sakit terbesar disana. Dua orang wanita sedang duduk bersantai sambil menikmati secangkir teh hangat di tanganya masing-masing.“Jadi selama ini kau berada di Italia? Mengapa kau tak pernah sekalipun menelponku?”“Ini karena perintah kakak kandungku, Prabhu. Dia menyuruhku untuk memutuskan seluruh komunikasi dengan semua orang, karena Darius sudah mengumumkan berita kematianku pasca melahirkan ke publik, jadi mau tak mau aku harus bersembunyi, jika tidak Felisha dan antek-anteknya tetap akan mencariku serta berusaha membunuhku lagi”“Kau tau Rulita? Hingga detik ini aku sama sekali tak habis pikir dengan kelakuan suamimu itu, Darius sangat bodoh menyia-nyiakan istrinya dan bahkan menganggapmu berselingkuh, padahal kala itu Samuel hanya bermaksud menolongmu, terlebih dia juga sudah menikah dan amat mencintai istrinya”Kedua wanita berusia 45 tahun itu yang tak lain adalah Nancy dan Rulita sedang mengobrol sambil meng
“Apa?! Aleeka tidak ada? Apa kau sudah mencarinya ke semua tempat? Barangkali dia pindah ke tempat lain untuk membeli sesuatu”Daniel nampak cemas saat dia mendapat telpon dari supir pribadinya yang mengabarkan bahwa Aleeka tidak ada di restoran tempat terakhir kali dia meninggalkanya, dengan tergesa-gesa dia pun berjalan hendak kembali ke restoran tadi. Daniel merasa menyesal bahwa dia telah meninggalkan Aleeka seorang diri disana, terlebih hal penting yang dibicarakan oleh ayahnya adalah perjodohanya dengan putri dari sahabat ayahnya demi kepentingan bisnis.“Tetap disana dan cari ke semua tempat” ucap Daniel sebelum dia menutup telpon dan bergegas pergi, hingga melupakan ponselnya yang di lemparkanya ke atas ranjang saat meraih kunci mobil dan mengenakan kembali kemejanya.Ayah Daniel yang melihat putranya hendak kembali meninggalkan rumah berusaha menahan kepergian putra semata wayangnya itu, dan terjadi perdebatan antara ayah dan anak.“Apa susahnya kau menuruti omongan orangtua
Daniel pun melihat ke belakang melalui kaca spion. “Benarkah? Aku tidak memperhatikan, tetapi mungkin saja hanya kebetulan, kau jangan terlalu parno Aleeka”Sesaat Aleeka pun bernapas lega, karena melihat mobil yang dicurigainya berbelok arah, tak lagi berada di belakang mobil mereka.“See.. kau lihat kan? mereka hanya kebetulan saja satu arah dengan kita tadi, dan sekarang mereka mengambil jalan menuju tujuan mereka sendiri”Aleeka tak menimpali ucapan Daniel, harus dia akui semenjak dirinya sering menghadapi kasus penculikan, kini dia selalu mencurigai apapun, bahkan terkadang dia mencurigai orang-orang yang tak dikenalnya.Tiba di tempat makan, Aleeka pun sudah melupakan persoalan mobil yang membuntuti perjalananya, bersama Daniel dia ikut mengantri. Karena itu bukanlah restoran mewah yang bisa melakukan reservasi sebelumnya. Makanan yang diinginkan Aleeka adalah tempat makan di sebuah ruko kecil namun ramai pengunjung karena beritanya yang viral. Setelah beberapa saat, akhirnya ke
Darius menatap keseluruhan sudut apartemen yang tidak pernah sekalipun ditinggalinya itu. dia membeli apartemen itu dengan uang hasil jerih payahnya sendiri, tanpa sedikitpun bantuan dana dari kedua orangtua angkatnya yang telah membesarkanya seperti anak kandung mereka sendiri.“Mengapa kau tega sekali berkhianat di belakangku Rulita? Mengapa?”Pria paruh baya itu duduk di lantai bersandar pada ranjang, ditanganya memegang sebuah botol minuman. Darius mengenang kembali moment indah yang dia lalui dengan istri pertamanya yang merupakan cinta sejatinya.Dia mengakui bahwa dia telah keterlaluan memperlakukan Rulita kala itu. Setelah mengetahui Rulita hamil, Darius pun membawa Felisha untuk tinggal di rumah mereka, dan mengusir Rulita dari kamar utama.Rulita yang tengah hamil harus menyaksikan sahabat dan suaminya bermesraan didepan matanya, dan setiap malam dia juga harus mendengar desahan dari kamar yang dulu ditempatinya bersama Darius.Dengan kejam Darius menyuruh Rulita pindah ke k
Tanpa Darius ketahui, ternyata Prabhu menyelamatkan nyawa adik kandungnya dan membawa pergi jauh dari Darius, suami yang selalu menyiksa mental dan fisiknya itu. Namun Prabhu tak bisa membawa serta kedua bayi yang dilahirkan Rulita karena secara hukum bayi-bayi itu adalah sah anak dari Darius.Setelah membawa Rulita pergi jauh dan merawatnya, karena hebat pasca melahirkan, Rulita mengalami pendarahan, yang menyebabkanya dalam keadaan koma selama tiga bulan.Prabhu pun kembali menemui Darius saat Rulita baru tersadar dari komanya, namun saat itu Darius sudah menikahi Felisha dan mengukuhkan hak perwalian atas bayi Rulita, sehingga Prabhu pun tak bisa berbuat apa-apa.Beberapa tahun berlalu, Prabhu memfokuskan diri pada kesembuhan adiknya, dan tetap merahasiakan bahwa Rulita masih hidup, hingga adiknya itu bisa bangkit kembali, setelah itu Prabhu kembali untuk mengambil si kembar, namun saat dia datang, Prabhu hanya melihat satu orang anak perempuan saja di rumah Darius.Beberapa hari d
Jerome tersenyum, karena dia tau bahwa keterpurukan keluarga Genaaro tidak akan lama, dia dan Sean bisa membuat kebangkitan kembali Klan Genaaro.Bagi klan besar seperti keluarga Genaaro memang telah memiliki akar yang kuat, sehingga tiupan badai hanya akan membuat oleng puncaknya saja, tidak sampai keakarnya. Hanya saja kali ini William sedang bersabar dan mengalah, namun bukan berarti mereka tidak bisa menghimpun kekuatan untuk menyerang balik. Entah apa yang sedang direncanakan oleh William.Baik Jerome maupun Sean tak ada yang bisa menebak jalan pemikiran ayah mereka saat ini, karena keputusan yang diambil oleh William sangat berbeda jauh dari sifat dan kepribadian dia sehari-hari.“John, apa kau tau sedekat apa hubungan dad dengan orang yang bernama Ardian ini? Mengapa dad terkesan sangat bersabar sekali menghadapi orang ini?”“Saya juga tidak tau hubungan tuan besar dan ayahnya Tuan Gibran seperti apa pada masa muda mereka, tapi menurut info yang saya dengan, Tuan Besar William