“Aku mengatakan hal yang sebenarnya Se-... maksudku Tuan Sean, aku benar-benar tidak bermaksud menipumu, tolong kasihanilah kami” Sean hanya diam dan dengan tatapan terfokus hanya pada Aleeka, dan hal itu membuat Aleeka menjadi semakin takut, terlebih dia mengingat bayi yang ada dalam kandunganya. Bagaimana jika Sean menuntut dan memenjarakanya? Sedangkan kondisinya saat ini sedang hamil. Itulah yang menjadi beban pikiran Aleeka saat ini. “Kemasi barang-barangmu, kita pulang sekarang” suara Sean melunak, ada senyum kecil yang dia sembunyikan di sudut bibirnya. “Tapi ini rumahku, kau hendak membawaku kemana?” “Ke Jakarta, atau ke Sisilia itu akan kita bicarakan nanti, untuk saat ini ikutlah saja dulu” “Tidak Sean, buk... bukan begitu maksudku... ehm.. dengar, aku ada pekerjaan disini, aku tak bisa meninggalkanya begitu saja” “Aku bisa mengatur semua itu, kau tenang saja” “Lalu bagaimana dengan Nancy, dia sedang menjalani pengobatan” “Aku sudah mengurusnya, dia akan mendapatkan p
Aleeka mengerjapkan matanya beberapa kali, sinar matahari yang masuk melalui celah jendela kamar membuatnya menyipitkan mata karena silau untuk sesaat lamanya. Perlahan dia mulai bangkit dan duduk, hal pertama yang di lihatnya adalah sebuah kamar besar nan mewah, juga temoat tidur king size dengan kasur empuk dimana dirinya terbaring.“Dimana aku?” lirih suara Aleeka berusaha mengingat rentetan kejadian yang menimpanya. Lalu ingatanya melayang pada saat kedatangan Sean ke apartemenya secara tiba-tiba, Aleeka pun tersentak dan menjadi ketakutan.“Ya Tuhan, apakh Sean sudah mengetahui kebohonganku? Oh tidak... aku harus memperingati Aqeela untuk hal ini, tapi di mana ponselku?”Aleeka mulai meraba dan mencari keberadaan ponsel di dekatnya, namun nihil, dia tak menemukan apapun bahkan dia juga tak mengenali tempat dimana dirinya berada saat ini.Tiba-tiba pintu kamar terbuka, dan masuk seorang wanita paruh baya dengan membawa nampan berisi makanan dengan aroma yang membuat perut Aleeka b
Saat ini Aleeka sedang berada dalam sebuah mobil yang di kendarai oleh Sean, dibelakangnya ada beberapa mobil jeep yang mengawal, Aleeka sendiri tidak tau akan dibawa kemana dirinya oleh pria yang masih menjadi tunangan kakak kembarnya itu. dan satu kesulitan bagi Aleeka, dia tidak memahami dan mengenal area Indonesia, karena sejak bayi dia sudah tumbuh di Singapura dan hanya beberapa kali berkunjung ke Jakarta, itupun hanya ketika sang nenek masih hidup. Kini setelah ibu dari ayahnya meninggal dunia, Aleeka hampir tak pernah lagi menginjakan kaki ke Jakarta.“Sebenarnya kita mau kemana Sean? Hendak kau bawa kemana aku?”Sean tak menjawab, dia hanya melirik sesaat ke arah wanita yang sudah mengusik tidur malamnya, tatapan Sean tetap fokus pada jalan raya di hadapanya. “Jika kau lelah kita bisa beristirahat sejenak” ucapnya tanpa menghiraukan pertanyaan Aleeka.Aleeka hanya mendengkus kesal dengan respon Sean, setelah itu dia tak lagi menanyakan tujuan mereka, gadis itu akhirnya hanya
Sean mengepalkan tanganya, dia yakin Felisha berbohong, dan dia bertekad akan mencari bukti atas kebohongan calon ibu mertuanya itu. Sementara Aleeka hanya terdiam dan menunduk di belakang tubuh Sean.“Aleeka sayang, ko kamu diam aja sih... sini nak, kamu juga ga kasih tau momy kalau mau pulang ke Indonesia” Felisha berdiri dan menghampiri Aleeka, dia mengusap lembut kepala Aleeka dan membimbingnya berjalan memasuki rumah kediaman Sean.Aleeka berjalan pelan karena takut akan kemarahan Aqeela dan juga kedua orangtuanya, terlebih cekalan tangan Felisha yang dia rasa cukup keras di lenganya, wajah Felisha memang tersenyum lembut memperlihatkan pada semua orang bahwa dia seorang ibu yang menyayangi kedua putri kembarnya.Felisha mendudukan Aleeka di sofa yang kosong di sebelahnya. “Jadi ini adalah Aleeka, adik kembarnya Aqeela, putri bungsu kami” ucap Felisha memperkenalkan Aleeka sambil kembali mengusap lembut kepala gadis yang tertunduk dengan wajah murung dan ketakutan.Sean melihat w
“Cukup Andina, aku sudah tidak kuat lagi” ucap Aqeela menahan tangan sahabatnya yang mau menuangkan kembali minuman ke dalam gelasnya.“Ayolah Aqeela, masa segitu aja udah mabok, liat tuh Zia, dia aja masih mau nambah pesen satu botol lagi”Aqeela melirik ke salah satu rekanya sesama model, Shazia. Akhirnya dia menuruti ucapan Andina untuk kembali mereguk minuman beralkohol tersebut. Aqeela bangkit dari tempat duduknya, dan berjalan sedikit sempoyongan menuju toilet, meninggalkan teman-temanya yang masih asik minum dan tertawa.Sebelum langkah kaki Aqeela mencapai toilet, tiba-tiba ada lengan kokoh yang menariknya, tubuh Aqeela yang memang sudah lemas seketika menjadi linglung dan hampir terjatuh andai saja lengan kokoh itu tidak dengan sigap menangkap tubuhnya.~\/~Di rumah keluarga Genaaro.“Sean, sebenarnya apa yang sedang kamu selidiki?” tanya William, saat ini keduanya sedang berada di ruang kerja Sean.Tadi William meminta putranya itu untuk berbicara berdua dengannya, sesaat
Sean mencari keberadaan Aleeka di kamar Chelsea. “Chelsea, suruh dia keluar” ucap Sean saat melihat hanya adik sepupunya saja yang menampakan diri setelah membuka pintu kamar.“Dia sedang membersihkan dirinya di kamar mandi kak, kau tunggulah sebentar, aku akan menyuruhnya menemuimu”“Baiklah, suruh dia ke ruang kerjaku saat dia sudah selesai”Sean berbalik dan kembali berjalan ke ruang kerjanya tanpa menunggu jawaban dari Chelsea. Sambil berjalan Sean menghubungi tangan kananya, John dan memintanya untuk menemuinya di ruang kerjanya.Tak perlu menunggu lama John langsung bergegas menemui bosnya. Kini keduanya tengah terlibat pembicaraan serius.“Apa kau yakin yang pergi ke Paris itu adalah Aqeela yang asli John?”“Benar tuan muda, karena menurut catatan di pemerintahan Indonesia Nona Aleeka mengunjungi Jakarta sesuai dengan waktu pertunangan Tuan Muda Sean dan Nona Aqeela, dan dia kembali ke Singapura setelah satu bulan kemudian, dan itu pun setelah dia menemui Nona Aqeela di kamar h
“Sial, apa yang sudah aku lakukan?” Aqeela memijit pelipisnya yang terasa pening, dia merasa seluruh tubuhnya remuk dan nyeri di bagian-bagian tertentu. “Aku harus pergi dari sini secepatnya, sebelum laki-laki ini bangun”Aqeela memaksakan diri untuk bangkit dan turun dari tempat tidur, namun sebelum kakinya mencapai lantai, sebuah tangan kokoh merengkuh tubuhnya dan menariknya kembali keatas tempat tidur.“Kamu mau kemana cantik?” suara serah khas pria baru bangun tidur terdengar menggelitik di telinga Aqeela.Aqeela melirik lengan yang melingkari perutnya. “Lepaskan! Aku harus pergi”“Hey, jangan galak begitu dong, apa begini caramu bersikap dengan orang yang telah menolongmu?”“Apa maksudmu?! Menolong apa?! Jangan kau pikir aku sedang mabuk lalu aku tidak ingat apa-apa! Aku ingat kaulah yang menyeretku saat aku hendak ke toilet! Dasar b*j*ng*n!”Aqeela melayangkan pukulan bertubi-tubi ke tubuh pria yang kini telah merubah posisinya menjadi duduk namun dengan tangan yang masih teta
Aleeka tiba kembali di unit apartemen dua lantainya, namun kali ini dia tak lagi menjumpai Nancy. Tak ada lagi yang menyambutnya pulang, namun jika dia mengingat bahwa kini Nancy berada di bawah perawatan dokter-dokter terbaik Aleeka pun menarik napas lega, setidaknya dia terbebas dari rongrongan Aqeela yang terus memaksanya menuruti semua keinginanya dengan mengancam akan mencabut biaya pengobatan Nancy.“Nancy, asal kau tau… aku.. aku disini kesepian tanpamu, dari kecil aku selalu menghabiskan waktu bersamamu, di sepanjang waktu aku hanya mengenal sosokmu, entah apa jadinya jika kau benar-benar tiada, cepatlah sembuh Nancy. Aku tak memiliki siapapun selain dirimu”Tangan Aleeka mengusap perlahan perutnya yang masih rata. “Maaf sayang, mommy bukan melupakan kehadiranmu, hanya saja Nancy begitu berarti dalam hidup mommy, tapi kau jangan khawatir karena itu tak mengurangi sedikitpun cinta mommy untukmu”Mata Aleeka berkaca-kaca, tawanya terdengar pilu. Seumur hidupnya Aleeka tak pernah
Jakarta.Felisha berteriak marah saat dirinya diusir dari rumah sakit. dia baru saja kembali dari bepergian keluar negeri. Saat itu memang Felisha mematikan ponselnya agar tak ada yang mengganggunya.“Apa-apaan ini?! mengapa kalian mengusirku? Mengapa barang-barangku semuanya berada diluar ruangan?!” dengan wajah merah padam Felisha berteriak dan memanggil semua orang bawahanya.“Maaf dok, kami hanya melaksanakan perintah atasan” ucap seorang karyawan rumah sakit yang diketahui adalah manager personalia.“Apa katamu?! Coba ulangi lagi!”Mendengar perkataan sang manager, Felisha pun bertambah berang, dia adalahistri dari pemilik rumah sakit tersebut, dan selama ini dialah yang berkuasa disana, tak ada seorang pun yang berani melawanya. Namun kini dia seolah di usir dari istananya sendiri.Sang manager mengusap keringat yang mulai muncul di area dahi denga punggung tanganya. “Kami... hanya menjalankan perintah dari atasan dok” ulangnya.Plak.Felisha langsung menampar sang manager itu.
Disaat Prabhu tenggelam dalam ingatan akan masa lalunya, pintu ruanganya terbuka dan seorang wanita paruh baya namun masih terlihat cantik melangkah masuk ke dalam ruangan tersebut.“Prabhu, kukira kau sedang sibuk disini, ternyata kau malah sedang melamun” keluhnya.Sesaat Prabhu terlihat kaget namun detik berikutnya wajahnya kembali normal dan tersenyum.“Aku sedang memikirkan nasib kedua keponakanku Hana, karena aku mendapat laporan bahwa salah satu keponakanku dibawa kabur oleh pria bernama Seanders Genaaro”“Genaaro? Apa dia masih ada kekerabatan dengan Samuel?”“Entahlah Han, tapi aku sudah menyuruh orangku untuk menyelidiki lebih lanjut”“Lalu kapan kau akan menjemput Rulita untuk pulang kembali kesini? Aku sudah rindu bercengkrama dengan adik iparku itu”Mendengar permintaan Hana yang tak lain adalah istrinya itu, Prabhu pun tersenyum dan teringat akan jawaban Rulita saat dia menghubungi adiknya itu untuk menyuruhnya pulang ke Indonesia.“Aku sudah meminta adiku itu untuk pula
Beberapa saat kemudian Arik sudah kembali dengan membawa obat yang dibelinya di apotek. “Nona, ini obatnya, dan ini saya juga membelikan beberapa roti untuk anda makan sebelum minum obat”Aleeka tersenyum pada Arik dan mengucapkan terimakasih, karena memang saat ini dia merasa lapar kembali. Arik melirik dan memperhatikan Aleeka yang duduk tak jauh dari brankar sambil memakan rotinya, setelahnya dia menyodorkan segelas air putih dan meminta Aleeka untuk meminum vitamin yang sudah di belinya di apotek tadi.Setelah merasa cukup kenyang dan meminum obat, Aleeka pun menyandarkan punggungnya dan menguap. “Apakah anda mengantuk Nona Aleeka? Anda bisa rebahan saja di ranjang satu lagi dan tidur sejenak, biar saya yang menjaga Tuan Muda Sean” Arik merapikan ranjang pasien yang kosong yang berada di samping ranjang Sean, karena memang merasa amat mengantuk, Aleeka pun menuruti permintaan Arik dan merebahkan tubuhnya diatas ranjang tersebut, dan tak berapa lama dia pun sudah terlelap.“Ayo
Sisilia, Italia.Disebuah rumah sakit, tepatnya di taman saping rumah sakit terbesar disana. Dua orang wanita sedang duduk bersantai sambil menikmati secangkir teh hangat di tanganya masing-masing.“Jadi selama ini kau berada di Italia? Mengapa kau tak pernah sekalipun menelponku?”“Ini karena perintah kakak kandungku, Prabhu. Dia menyuruhku untuk memutuskan seluruh komunikasi dengan semua orang, karena Darius sudah mengumumkan berita kematianku pasca melahirkan ke publik, jadi mau tak mau aku harus bersembunyi, jika tidak Felisha dan antek-anteknya tetap akan mencariku serta berusaha membunuhku lagi”“Kau tau Rulita? Hingga detik ini aku sama sekali tak habis pikir dengan kelakuan suamimu itu, Darius sangat bodoh menyia-nyiakan istrinya dan bahkan menganggapmu berselingkuh, padahal kala itu Samuel hanya bermaksud menolongmu, terlebih dia juga sudah menikah dan amat mencintai istrinya”Kedua wanita berusia 45 tahun itu yang tak lain adalah Nancy dan Rulita sedang mengobrol sambil meng
“Apa?! Aleeka tidak ada? Apa kau sudah mencarinya ke semua tempat? Barangkali dia pindah ke tempat lain untuk membeli sesuatu”Daniel nampak cemas saat dia mendapat telpon dari supir pribadinya yang mengabarkan bahwa Aleeka tidak ada di restoran tempat terakhir kali dia meninggalkanya, dengan tergesa-gesa dia pun berjalan hendak kembali ke restoran tadi. Daniel merasa menyesal bahwa dia telah meninggalkan Aleeka seorang diri disana, terlebih hal penting yang dibicarakan oleh ayahnya adalah perjodohanya dengan putri dari sahabat ayahnya demi kepentingan bisnis.“Tetap disana dan cari ke semua tempat” ucap Daniel sebelum dia menutup telpon dan bergegas pergi, hingga melupakan ponselnya yang di lemparkanya ke atas ranjang saat meraih kunci mobil dan mengenakan kembali kemejanya.Ayah Daniel yang melihat putranya hendak kembali meninggalkan rumah berusaha menahan kepergian putra semata wayangnya itu, dan terjadi perdebatan antara ayah dan anak.“Apa susahnya kau menuruti omongan orangtua
Daniel pun melihat ke belakang melalui kaca spion. “Benarkah? Aku tidak memperhatikan, tetapi mungkin saja hanya kebetulan, kau jangan terlalu parno Aleeka”Sesaat Aleeka pun bernapas lega, karena melihat mobil yang dicurigainya berbelok arah, tak lagi berada di belakang mobil mereka.“See.. kau lihat kan? mereka hanya kebetulan saja satu arah dengan kita tadi, dan sekarang mereka mengambil jalan menuju tujuan mereka sendiri”Aleeka tak menimpali ucapan Daniel, harus dia akui semenjak dirinya sering menghadapi kasus penculikan, kini dia selalu mencurigai apapun, bahkan terkadang dia mencurigai orang-orang yang tak dikenalnya.Tiba di tempat makan, Aleeka pun sudah melupakan persoalan mobil yang membuntuti perjalananya, bersama Daniel dia ikut mengantri. Karena itu bukanlah restoran mewah yang bisa melakukan reservasi sebelumnya. Makanan yang diinginkan Aleeka adalah tempat makan di sebuah ruko kecil namun ramai pengunjung karena beritanya yang viral. Setelah beberapa saat, akhirnya ke
Darius menatap keseluruhan sudut apartemen yang tidak pernah sekalipun ditinggalinya itu. dia membeli apartemen itu dengan uang hasil jerih payahnya sendiri, tanpa sedikitpun bantuan dana dari kedua orangtua angkatnya yang telah membesarkanya seperti anak kandung mereka sendiri.“Mengapa kau tega sekali berkhianat di belakangku Rulita? Mengapa?”Pria paruh baya itu duduk di lantai bersandar pada ranjang, ditanganya memegang sebuah botol minuman. Darius mengenang kembali moment indah yang dia lalui dengan istri pertamanya yang merupakan cinta sejatinya.Dia mengakui bahwa dia telah keterlaluan memperlakukan Rulita kala itu. Setelah mengetahui Rulita hamil, Darius pun membawa Felisha untuk tinggal di rumah mereka, dan mengusir Rulita dari kamar utama.Rulita yang tengah hamil harus menyaksikan sahabat dan suaminya bermesraan didepan matanya, dan setiap malam dia juga harus mendengar desahan dari kamar yang dulu ditempatinya bersama Darius.Dengan kejam Darius menyuruh Rulita pindah ke k
Tanpa Darius ketahui, ternyata Prabhu menyelamatkan nyawa adik kandungnya dan membawa pergi jauh dari Darius, suami yang selalu menyiksa mental dan fisiknya itu. Namun Prabhu tak bisa membawa serta kedua bayi yang dilahirkan Rulita karena secara hukum bayi-bayi itu adalah sah anak dari Darius.Setelah membawa Rulita pergi jauh dan merawatnya, karena hebat pasca melahirkan, Rulita mengalami pendarahan, yang menyebabkanya dalam keadaan koma selama tiga bulan.Prabhu pun kembali menemui Darius saat Rulita baru tersadar dari komanya, namun saat itu Darius sudah menikahi Felisha dan mengukuhkan hak perwalian atas bayi Rulita, sehingga Prabhu pun tak bisa berbuat apa-apa.Beberapa tahun berlalu, Prabhu memfokuskan diri pada kesembuhan adiknya, dan tetap merahasiakan bahwa Rulita masih hidup, hingga adiknya itu bisa bangkit kembali, setelah itu Prabhu kembali untuk mengambil si kembar, namun saat dia datang, Prabhu hanya melihat satu orang anak perempuan saja di rumah Darius.Beberapa hari d
Jerome tersenyum, karena dia tau bahwa keterpurukan keluarga Genaaro tidak akan lama, dia dan Sean bisa membuat kebangkitan kembali Klan Genaaro.Bagi klan besar seperti keluarga Genaaro memang telah memiliki akar yang kuat, sehingga tiupan badai hanya akan membuat oleng puncaknya saja, tidak sampai keakarnya. Hanya saja kali ini William sedang bersabar dan mengalah, namun bukan berarti mereka tidak bisa menghimpun kekuatan untuk menyerang balik. Entah apa yang sedang direncanakan oleh William.Baik Jerome maupun Sean tak ada yang bisa menebak jalan pemikiran ayah mereka saat ini, karena keputusan yang diambil oleh William sangat berbeda jauh dari sifat dan kepribadian dia sehari-hari.“John, apa kau tau sedekat apa hubungan dad dengan orang yang bernama Ardian ini? Mengapa dad terkesan sangat bersabar sekali menghadapi orang ini?”“Saya juga tidak tau hubungan tuan besar dan ayahnya Tuan Gibran seperti apa pada masa muda mereka, tapi menurut info yang saya dengan, Tuan Besar William