Pukul 8 pagi di Kota Zurich. Suara desisan pelan terlepas dari bibir Rosalia kala cahaya matahari pertama jatuh di atas wajahnya. Semula, ia mencoba untuk mengacuhkannya dengan menarik selimut ke atas agar ia bisa menutupi wajahnya, namun gerakan itu sontak terhenti. Ia bahkan reflek membuka matanya di saat ia merasakan tubuhnya kini sedang dipeluk dengan sangat erat. "Edward?" ia tergugu kala menyadari bahwa Edward kini berada tepat di sampingnya, di atas ranjang yang sama dengannya. Keponakan suaminya itu bahkan tidur dalam posisi miring ke arahnya, lengan kanan Edward memeluk pinggangnya, sedangkan lengan kiri Edward berada di bawah kepalanya. 'A-apa yang terjadi?!' pekik hatinya panik, tanpa melepaskan pandangannya dari wajah Edward yang sangat dekat dengan wajahnya. Hembusan nafas Edward terasa di keningnya, membuat wajahnya sontak merona. 'Tu-tunggu dulu, semalam bukankah dia... Dia sudah pergi dari kamar ini? Lalu mengapa..." Rosalia mengernyitkan keningnya, mencoba menging
"Maaf, Tuan Ernest. Aku... Tidak tahu di mana wanita itu berada."Brakk!! Pietro sontak memejamkan matanya, saat Ernest tiba-tiba meninju dengan keras tembok batu yang berada tepat di samping wajahnya. "A-aku hanya tahu kalau Nona Isabelle menginap di sebuah hotel, Tuan. Di sanalah terkadang dia memintaku untuk mengantar barang yang harus kuberikan padanya. Sisanya, selama dua hari ini aku bahkan belum bertemu dengan Nona Isabelle sama sekali, Tuan Ernest.""Hotel?" Ernest mengangkat salah satu alisnya, "Hotel apa?""St*r Hotel, Tuan. Kamar 303."Ernest menoleh pada Anton, dan Asistennya itu langsung mengangguk padanya. "Aku sudah memeriksa semua hotel yang ada di kota ini kemarin, termasuk hotel yang baru saja kau sebutkan itu. Tapi wanita itu tidak berada di sana!" lontarnya kemudian, kembali berpaling pada Pietro. Pietro perlahan-lahan membuka matanya sedikit, mencoba mengintip. Dan saat ia menemukan Ernest justru sedang menatapnya, ia pun memberanikan diri untuk membuka lebar
Dari arah kandang kuda di belakang mansion Majikannya, James mendengar teriakan seorang pria. Tadinya, ia sempat merasa bingung ketika seorang pelayan melaporkan padanya bahwa mobil putra bungsu Majikannya telah memasuki halaman mansion bersama beberapa mobil lainnya. Dan demi tidak mengganggu ketenangan sang Majikan, James memutuskan untuk pergi menemui Ernest. Di saat ia tiba di halaman mansion, para Bodyguard putra bungsu Majikannya itu sedang menyeret seorang pria ke arah belakang mansion. James tidak mengenal pria tersebut, namun ia tahu kalau Ernest sedang diperintahkan oleh Majikannya untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Jadi ia menebak, mungkinkah pria itu memiliki hubungan dengan Isabelle? Berselang beberapa menit, Ernest dan Anton tampak meninggalkan kandang kuda bersama. Tapi beberapa Bodyguardnya dan pria yang ikut pergi ke sana tidak keluar bersama putra bungsu Majikannya itu. Yang artinya, tugas ini kemungkinan akan dibebankan padanya. "Tuan Ernest." James menundu
"Lalu, apa hubungan putri Paul dengan mantan Kekasihmu itu?" tukas Tuan Gail tua.Ernest kembali menatap Ayahnya, "Entahlah, aku baru ingin menyelidikinya." Ia menggedikkan pundaknya, "Tapi dia terlihat sangat mencurigakan, Ayah. Dan pagi ini, wanita itu bahkan berani menatapku dengan tatapan menggoda. Dia pikir siapa dirinya?!" sungutnya geram."Dia menggodamu?" Mendengar ucapan putra bungsunya, Tuan Gail tua melemparkan pandangannya pada James. Sedikit bingung tentang mengapa seorang pelayan berani menggoda Majikannya? Apalagi ini Ernest, yang merupakan Tuan Muda dari keluarga Gail, putra bungsunya yang jelas-jelas baru menikah. Hal ini justru membuatnya ikut mencurigai putri Paul."Siapa yang telah menerima wanita itu untuk bekerja di mansionmu?" tanyanya pada putranya."Anne, Anne yang telah menerimanya, Ayah. Tapi dengan seijinku," jawab Ernest. "Hanya saja, aku sama sekali belum pernah bertemu dengannya sebelumnya. Kecuali pagi ini! Ketika Anne masuk ke ruangan kerjaku bersama w
Berselang beberapa saat, Ernest pun menyelesaikan makannya tanpa berbicara sepatah katapun, membuat Anne tersenyum bahagia karena berhasil menjinakkan sang Majikan. "Sekarang, apa aku boleh aku pergi?! Bukankah aku sudah menyelesaikan apa yang kamu inginkan, Ann?" tukas Ernest, sebal. "Tentu, silakan, Tuan Ernest," sahut Anne, sembari tersenyum lebar. Ernest yang melihat hal itu, mendengus keras, enggan membalas karena merasa semua itu percuma."C'mon, Anton. Sudah saatnya kita bekerja," ajaknya pada Anton. Yang langsung dibalas oleh Asistennya itu dengan anggukan pelan. Begitu pula dengan James. Meski awalnya kedatangannya adalah untuk menjemput Paul, namun James merasa ia berkewajiban untuk membantu Ernest terlebih dahulu. Selain itu, ia juga merasa geram pada Isabelle yang entah bagaimana bisa kembali lagi ke mansion putra bungsu Majikannya ini. . . . 15 menit kemudian, di dalam ruangan kerja Ernest. Sang empunya ruangan tengah duduk di kursi kerjanya, sementara Anton dan Jam
Namun, belum sempat sosok itu membuka pintu, Ernest telah lebih dulu membukanya. Membuat sosok itu harus menepi ke balik pintu, bersembunyi agar tidak ketahuan. Sosok itu berusaha menahan napas saat melihat Ernest menghentikan langkahnya memasang gesture waspada. Mengamati seisi kamar dengan netranya, setelahnya pria tampan bertubuh seksi itu pun menggedikkan bahunya. Lalu berjalan ke arah walk in closed, membiarkan pintunya tetap terbuka lebar.Tanpa sosok itu ketahui, keberadaannya sebenarnya telah diketahui oleh Ernest yang sengaja tidak mengunci pintu kamarnya. Ia bahkan tersenyum tipis saat menyadari sekelebat bayangan lewat di balik punggungnya.Ia, membiarkannya begitu saja dan justru menanggalkan handuk hingga tubuh bagian belakangnya terlihat. Kemudian mengambil satu persatu pakaian yang akan ia kenakan dan mengenakannya dengan santai. Membuat sosok yang melihatnya diam-diam meneguk salivanya, dan tanpa sadar menyentuh sebuah pajangan di rak sudut.Pajangan itu pun jatuh meng
2 jam kemudian, di mansion Tuan Gail tua. Brukk!! Ernest mendorong Isabelle ke dalam ruang kerja Ayahnya, tepat di hadapan Ayahnya yang telah ia hubungi 1 jam sebelumnya. Saat ini, bukan hanya Ayahnya saja yang berada di dalam ruangan ini, tapi juga ada James dan Paul. "Ckk!! Untuk apa membawa wanita ini ke hadapan Ayah, Ern?!" protes Tuan Gail tua, menatap kesal pada putra bungsunya dengan satu alis terangkat naik. "Untuk apa?!" Ernest mengernyitkan keningnya, "Apa Ayah tidak ingin menghukumnya?! Ayah perlu tahu, wanita ini sudah berani mengancam menantu pilihan Ayah. Dan jangan lupa, cucu Ayah juga sedang bersama Rosi saat ini!" "Hmmm..." Tuan Gail tua menurunkan pandangannya, menatap Isabelle yang sedang terduduk meringis di lantai ruang kerjanya. "James, mana rekamannya!" lontarnya pada sang Asisten yang tengah berdiri di samping kanannya. James merogoh saku celananya, mengeluarkan sebuah alat perekam mungil dari sana. 1 jam yang lalu, setelah putra bungsu Majikannya mengh
Keesokan harinya, pagi-pagi buta, Ernest memerintahkan pada Anne agar membantunya berkemas. Menyiapkan segala yang ia butuhkan selama kepergiannya nanti ke Zurich.Tidak hanya Anne yang sibuk, Anton dan Ben bahkan telah dipanggil oleh Ernest ke mansionnya. Karena ia membutuhkan bantuan Ben untuk pergi bersamanya, dan ia ingin agar Anton mengambil alih tugas Ben dalam mengurus Gail Mart selama ia pergi bersama Ben."Semuanya sudah siap, Tuan Ernest." tukas Anne dari balik punggungnya.Ernest yang tengah berbicara pada Ben dan Anton di balkon kamar, segera menoleh ke belakang."Ok," sahutnya, singkat. Kemudian berpaling kembali pada Anton. "Tugasmu sebagai Asistenku telah selesai," ujarnya sambil menepuk pundak Anton. "Dan sekarang, tugasmu adalah mengurus tugas Keponakanku hingga Edward kembali."Anton menganggukkan kepalanya, "Aku mengerti, Tuan Ernest." Sahutnya.Usai berbicara pada Anton, Ernest berpaling pada Ben. "Kau sudah mempersiapkan semua yang perlu kau bawa?" tanyanya.Ben m