Kota L pukul 3.39 pagi, beberapa mobil tampak memasuki mansion Ernest. Melewati gerbang dan akhirnya berhenti di depan bangunan mansion. Dari mobil pertama, keluar Ernest bersama Anton, Ben, dan juga Bill. Dan dari mobil kedua keluar Oliver bersama Leo. Sedangkan dari mobil-mobil lainnya, keluar para Bodyguard Ernest yang malam ini sengaja dikerahkan untuk menyapu bersih Kota L demi menemukan keberadaan Isabelle. "Sebenarnya di mana wanita brengsek itu bersembunyi?" dengus Ernest, sambil melangkahkan kakinya untuk memasuki mansionnya. Ia sempat menoleh sebentar pada Anne yang telah membukakan pintu untuknya, baru kemudian melanjutkan kembali langkahnya. Tidak hanya Ernest, kelima pria yang mengikuti dirinya juga ikut menoleh pada Anne, bahkan mengangguk pada wanita paruh baya itu sebelum mengikuti sang empunya rumah masuk ke dalam mansion. Setelah melewati Anne, Oliver yang sudah tidak tahan lagi menutup mulutnya, akhirnya menyeletuk. "Paman, mengapa tidak meminta bantuan Kakek?"
Tiba di dalam ruang kerjanya, Ernest menoleh ke arah Anton, "Di mana semua peralatanmu?" tanyanya. "A-ada di mobil, Tuan Ernest." Jawab Anton, ia lalu menundukkan kepalanya ketika melihat Ernest mengerutkan keningnya. "Saya akan segera kembali, Tuan." Ujarnya, kemudian bergegas keluar dari ruangan Ernest. Tingkah bawahannya itu membuat Ernest hanya bisa geleng-geleng kepala saat melihatnya. "Huh!" dengusnya gusar, sembari melangkahkan kakinya ke arah kursi kerjanya. Di kursi itu, ia pun menjatuhkan bokongnya, menyandarkan punggungnya yang terasa lelah di sana. Bahkan, ia juga mencoba memejamkan matanya selama beberapa saat sampai Anton kembali ke ruangannya. 10 menit berselang, Anton muncul dengan 1 tas laptop dan 1 kotak peralatan miliknya. Ernest mengintipnya dengan hanya membuka sedikit matanya yang terasa perih karena mengantuk. "Sekarang, kau pasti tahu 'kan apa yang harus kau lakukan?" lontarnya. Anton menganggukkan kepalanya, lalu membawa semua peralatan miliknya ke ara
Pukul 8 pagi di Kota Zurich. Suara desisan pelan terlepas dari bibir Rosalia kala cahaya matahari pertama jatuh di atas wajahnya. Semula, ia mencoba untuk mengacuhkannya dengan menarik selimut ke atas agar ia bisa menutupi wajahnya, namun gerakan itu sontak terhenti. Ia bahkan reflek membuka matanya di saat ia merasakan tubuhnya kini sedang dipeluk dengan sangat erat. "Edward?" ia tergugu kala menyadari bahwa Edward kini berada tepat di sampingnya, di atas ranjang yang sama dengannya. Keponakan suaminya itu bahkan tidur dalam posisi miring ke arahnya, lengan kanan Edward memeluk pinggangnya, sedangkan lengan kiri Edward berada di bawah kepalanya. 'A-apa yang terjadi?!' pekik hatinya panik, tanpa melepaskan pandangannya dari wajah Edward yang sangat dekat dengan wajahnya. Hembusan nafas Edward terasa di keningnya, membuat wajahnya sontak merona. 'Tu-tunggu dulu, semalam bukankah dia... Dia sudah pergi dari kamar ini? Lalu mengapa..." Rosalia mengernyitkan keningnya, mencoba menging
"Maaf, Tuan Ernest. Aku... Tidak tahu di mana wanita itu berada."Brakk!! Pietro sontak memejamkan matanya, saat Ernest tiba-tiba meninju dengan keras tembok batu yang berada tepat di samping wajahnya. "A-aku hanya tahu kalau Nona Isabelle menginap di sebuah hotel, Tuan. Di sanalah terkadang dia memintaku untuk mengantar barang yang harus kuberikan padanya. Sisanya, selama dua hari ini aku bahkan belum bertemu dengan Nona Isabelle sama sekali, Tuan Ernest.""Hotel?" Ernest mengangkat salah satu alisnya, "Hotel apa?""St*r Hotel, Tuan. Kamar 303."Ernest menoleh pada Anton, dan Asistennya itu langsung mengangguk padanya. "Aku sudah memeriksa semua hotel yang ada di kota ini kemarin, termasuk hotel yang baru saja kau sebutkan itu. Tapi wanita itu tidak berada di sana!" lontarnya kemudian, kembali berpaling pada Pietro. Pietro perlahan-lahan membuka matanya sedikit, mencoba mengintip. Dan saat ia menemukan Ernest justru sedang menatapnya, ia pun memberanikan diri untuk membuka lebar
Dari arah kandang kuda di belakang mansion Majikannya, James mendengar teriakan seorang pria. Tadinya, ia sempat merasa bingung ketika seorang pelayan melaporkan padanya bahwa mobil putra bungsu Majikannya telah memasuki halaman mansion bersama beberapa mobil lainnya. Dan demi tidak mengganggu ketenangan sang Majikan, James memutuskan untuk pergi menemui Ernest. Di saat ia tiba di halaman mansion, para Bodyguard putra bungsu Majikannya itu sedang menyeret seorang pria ke arah belakang mansion. James tidak mengenal pria tersebut, namun ia tahu kalau Ernest sedang diperintahkan oleh Majikannya untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Jadi ia menebak, mungkinkah pria itu memiliki hubungan dengan Isabelle? Berselang beberapa menit, Ernest dan Anton tampak meninggalkan kandang kuda bersama. Tapi beberapa Bodyguardnya dan pria yang ikut pergi ke sana tidak keluar bersama putra bungsu Majikannya itu. Yang artinya, tugas ini kemungkinan akan dibebankan padanya. "Tuan Ernest." James menundu
"Lalu, apa hubungan putri Paul dengan mantan Kekasihmu itu?" tukas Tuan Gail tua.Ernest kembali menatap Ayahnya, "Entahlah, aku baru ingin menyelidikinya." Ia menggedikkan pundaknya, "Tapi dia terlihat sangat mencurigakan, Ayah. Dan pagi ini, wanita itu bahkan berani menatapku dengan tatapan menggoda. Dia pikir siapa dirinya?!" sungutnya geram."Dia menggodamu?" Mendengar ucapan putra bungsunya, Tuan Gail tua melemparkan pandangannya pada James. Sedikit bingung tentang mengapa seorang pelayan berani menggoda Majikannya? Apalagi ini Ernest, yang merupakan Tuan Muda dari keluarga Gail, putra bungsunya yang jelas-jelas baru menikah. Hal ini justru membuatnya ikut mencurigai putri Paul."Siapa yang telah menerima wanita itu untuk bekerja di mansionmu?" tanyanya pada putranya."Anne, Anne yang telah menerimanya, Ayah. Tapi dengan seijinku," jawab Ernest. "Hanya saja, aku sama sekali belum pernah bertemu dengannya sebelumnya. Kecuali pagi ini! Ketika Anne masuk ke ruangan kerjaku bersama w
Berselang beberapa saat, Ernest pun menyelesaikan makannya tanpa berbicara sepatah katapun, membuat Anne tersenyum bahagia karena berhasil menjinakkan sang Majikan. "Sekarang, apa aku boleh aku pergi?! Bukankah aku sudah menyelesaikan apa yang kamu inginkan, Ann?" tukas Ernest, sebal. "Tentu, silakan, Tuan Ernest," sahut Anne, sembari tersenyum lebar. Ernest yang melihat hal itu, mendengus keras, enggan membalas karena merasa semua itu percuma."C'mon, Anton. Sudah saatnya kita bekerja," ajaknya pada Anton. Yang langsung dibalas oleh Asistennya itu dengan anggukan pelan. Begitu pula dengan James. Meski awalnya kedatangannya adalah untuk menjemput Paul, namun James merasa ia berkewajiban untuk membantu Ernest terlebih dahulu. Selain itu, ia juga merasa geram pada Isabelle yang entah bagaimana bisa kembali lagi ke mansion putra bungsu Majikannya ini. . . . 15 menit kemudian, di dalam ruangan kerja Ernest. Sang empunya ruangan tengah duduk di kursi kerjanya, sementara Anton dan Jam
Namun, belum sempat sosok itu membuka pintu, Ernest telah lebih dulu membukanya. Membuat sosok itu harus menepi ke balik pintu, bersembunyi agar tidak ketahuan. Sosok itu berusaha menahan napas saat melihat Ernest menghentikan langkahnya memasang gesture waspada. Mengamati seisi kamar dengan netranya, setelahnya pria tampan bertubuh seksi itu pun menggedikkan bahunya. Lalu berjalan ke arah walk in closed, membiarkan pintunya tetap terbuka lebar.Tanpa sosok itu ketahui, keberadaannya sebenarnya telah diketahui oleh Ernest yang sengaja tidak mengunci pintu kamarnya. Ia bahkan tersenyum tipis saat menyadari sekelebat bayangan lewat di balik punggungnya.Ia, membiarkannya begitu saja dan justru menanggalkan handuk hingga tubuh bagian belakangnya terlihat. Kemudian mengambil satu persatu pakaian yang akan ia kenakan dan mengenakannya dengan santai. Membuat sosok yang melihatnya diam-diam meneguk salivanya, dan tanpa sadar menyentuh sebuah pajangan di rak sudut.Pajangan itu pun jatuh meng