"Oliver, aku..."Sebelum Rose sempat melanjutkan kalimatnya, tiba-tiba terdengar keributan dari lantai bawah. Membuat ia langsung mengikuti Oliver yang bergegas turun. Di anak tangga terakhir, ia dan Oliver melihat Ernest sedang bertengkar dengan Edward. Pria tampan itu yang sebenarnya lebih pantas untuk menjadi Pamannya-- Kini tengah mencengkeram kerah kemeja Edward. "Mengapa, Ed?!"Bentakan Ernest pada Edward seketika membuatnya tubuhnya bergidik takut. Namun, saat ia menoleh pada Oliver yang semula masih berdiri di sampingnya-- Ternyata pria itu sekarang telah melangkahkan kakinya untuk menghampiri Ernest. Setibanya di hadapan Ernest, Oliver tampak berbicara pada Pamannya itu dengan suara kecil. Seolah apa yang sedang Oliver bicarakan pada Ernest adalah sebuah rahasia yang tidak boleh didengar olehnya. Tak lama, Rose melihat Ernest melepaskan kerah baju Edward dari cengkeraman tangannya. Pundak pria itu bergerak intens seakan Ernest sedang mencoba untuk meredakan emosinya. "Pama
Di Apartemen Edward, Rosalia yang baru saja terbangun-- Mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan pandangannya terhadap cahaya lampu yang terdapat di dalam kamar Edward. Di saat yang sama, rasa pusing menyerang titik syaratnya. Hal ini kerap terjadi jika ia minum terlalu banyak. Sesaat kemudian, setelah ia tersadar bahwa saat ini ia sedang berada di sebuah tempat yang sangat asing. Ia pun mengangkat perlahan tubuhnya untuk duduk di atas ranjang. "Di mana aku?" ia mengedarkan pandangannya, dengan wajah bingung ia menelisik seisi kamar yang belum pernah ia lihat sebelumnya. "Apakah semalam aku..." Menyadari bahwa ia sekarang berada di atas sebuah ranjang yang tidak ia kenali sama sekali, ia pun segera memeriksa pakaiannya lalu menghela nafas lega setelah melihat bahwa pakaian yang semalam ia kenakan ternyata masih menempel di tubuhnya. "Sebenarnya apa yang telah kulakukan semalam?" gumamnya. Ia mencoba mengingat kembali semua yang telah ia lalui semalam dari mulai kedatangan Edward ke g
Kruyukk!! Suara perutnya yang lapar tiba-tiba berbunyi nyaring, membuat Rosalia yang masih berada di pelukan Oliver sontak tersenyum kaku pada Edward yang seketika melemparkan pandangan padanya kala mendengar suara tersebut. Dari bahu Oliver, Rosalia menyaksikan Edward tampak menahan senyumnya. Melihat hal itu, ia pun meringis sebal. 'Cih, dia pasti sedang menertawakan ku sekarang.' Sungutnya dalam hati tanpa melepaskan pandangannya dari Edward. Bahkan ia lupa jika Oliver juga mendengar suara perutnya itu karena terlalu gemas pada Edward. "Maaf, aku tidak tahu kalau kamu lapar," seloroh Oliver, ia terkekeh sambil mengurai pelukannya lalu kembali menatap Rosalia. Saat Rosalia mengalihkan pandangannya pada Oliver, wajahnya langsung merona kala melihat senyum jahil terukir di bibir Oliver yang merah. "Se-sebenarnya aku... Aku belum makan dari semalam," cicitnya dengan wajah canggung. Kata-kata Rosalia itu sontak saja membuat Edward dan Oliver tergelak, semakin merasa gemas terhadap
Sambil menunggu Rosalia, Edward pun mempersiapkan makanan yang telah ia beli bersama Oliver di meja makan. Di sampingnya, Oliver membantunya menyusun piring, gelas, dan keperluan makan lainnya. Mereka berdua memang terlahir sebagai anak Bangsawan, tapi sebagai Bangsawan sejati-- Mereka juga diajarkan banyak hal. Salah satunya bagaimana cara memanjakan wanita. "Setelah makan aku akan pergi ke Perusahaan lalu menemui Paman." Oliver diam sejenak, menunggu reaksi dari Adiknya. Namun Edward masih tampak fokus menyajikan makanan ke atas meja. "Ed? Kamu dengar apa yang kukatakan?" lontarnya. Edward menanggapi pertanyaan itu dengan berpaling ke arah Saudara Lelakinya lalu mengangguk pelan. "Aku dengar, Oliver. Aku akan tinggal di sini untuk menjaganya. Itu 'kan yang ingin kamu dengar?" balasnya balik bertanya. "Benar." Oliver tersenyum tipis sambil menganggukkan kepalanya, "Jadi... Bisakah aku mempercayakan Miss Heart padamu?"Pertanyaan Oliver itu seketika membuat gerakan tangan Edward te
Pukul 1 siang di Mansion Tuan Gail tua, Ernest dan Oliver baru saja turun dari sedan Ernest. Disusul oleh Ben yang langsung menempatkan dirinya di belakang Ernest. Mengikuti langkah lebar Bosnya itu memasuki Mansion Tuan Gail tua. "Kalian... Sudah menemukan Rosi?" lontar Ernest pada Oliver yang sedang melangkah bersamanya, di sisinya. Ia berbicara sangat pelan pada Oliver, cukup hanya untuk didengar Oliver saja. "Sudah, Paman." Sahut Oliver sambil menganggukkan kepalanya, "Sekarang, Paman sudah tidak perlu cemas lagi. Karena ada Edward yang sedang bersamanya untuk menjaganya." Tambahnya, seiring ia berpaling pada Ernest, mencoba meyakinkan Pamannya itu dengan tatapan matanya. Ernest menghela nafas lega mendengar ucapan Keponakannya itu. Meski, sebenarnya ia masih sedikit khawatir terhadap Edward. Takut jika Keponakan terkecilnya itu kembali berulah pada Rosalia. Namun saat ini, hanya Edward yang bisa ia percayai untuk melindungi Rosalia. Sebelum... "Dia... Sangat mencintai Paman,"
"Apa rencanamu sekarang, Rosi?" tanya Edward, usai ia makan bersama dengan Rosalia di Apartemennya. Rosalia yang tengah mencuci piring kotor di bak cuci piring, menghentikan gerakan tangannya lalu menoleh pada Edward yang tengah berdiri di sampingnya. Pria berwajah tampan dan keras itu saat ini sedang mengelap satu piring yang telah ia cuci kemudian menempatkan piring tersebut ke dalam rak piring. "Aku ingin meninggalkan kota ini, Ed!" ujarnya sembari tersenyum. Ucapannya itu membuat Edward langsung berpaling padanya dengan kedua alis menyatu di tengah. "Mengapa? Bukankah kamu sudah mendengar apa yang Oliver katakan pagi ini? Dia dan Paman akan mengusahakan yang terbaik untuk membantumu juga keluargamu. Mengapa kita tidak menunggu kabar dari Oliver terlebih dahulu?" Rosalia menggeleng pelan, "Aku tidak ingin menjadi beban untukmu, Oliver, dan juga Pamanmu. Jika kepergianku bisa menyelamatkan keluargaku dan membuat Rose mendapatkan cintanya, aku-- Aku bersedia melepaskan semua ini,
Pukul 5 sore, akhirnya Ernest, Carlisle, dan juga Oliver meninggalkan ruang kerja Tuan Gail tua. Meski Tuan Gail tua tidak mengatakan bahwa ia telah memberikan restunya pada Ernest, namun Ayahnya itu telah meminta Ernest untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya terhadap Rosalia. "Kamu... Sangat keras kepala, Ernest!" tukas Carlisle sebal, ketika ia dan Ernest keluar dari pintu ruang kerja Ayahnya. "Hmmm..." Dehem Ernest sembari melemparkan senyum sungkan pada Saudara lelakinya itu. "Jadi... Apakah gadis ini benar-benar telah hamil?" tanya Carlisle penasaran. "Belum, untuk saat ini." Ernest menatap Carlisle dengan wajah lelah, mencoba memberi isyarat pada Saudara lelakinya itu agar Carlisle bersedia mendukung keputusannya. Melihat wajah Adiknya itu, Carlisle hanya bisa menghela nafas. Ia tahu sekeras apa Ernest jika menginginkan sesuatu, dan ia juga tahu bahwa semua kata-kata Ernest di dalam ruangan kerja Ayahnya tadi pasti akan Ernest lakukan jika Adiknya ini tidak mendapatkan
Ting!! Edward bergegas meninggalkan lift setelah pintu lift terbuka. Semakin ia dekat ke Apartemen miliknya, ia menemukan 4 Bodyguard Pamannya telah berjaga di depan Apartemennya. Sedangkan pintu Apartemennya sendiri, saat ini tengah terbuka lebar. Tanpa perlu bertanya kepada keempat Bodyguard itu, ia langsung memasuki Apartemen miliknya. Di sofa ruang tamu, ia melihat Pamannya sedang duduk sambil menyandarkan kepalanya di sandaran sofa. Pria dewasa berwajah keras itu, saat ini terlihat sangat-sangat lelah. Hal itu tampak di guratan yang tercetak di wajah sang Paman. Dan di tangan Pamannya, ia menemukan pakaian yang Rosalia kenakan semalam. "Paman!" Edward mencoba menegur Ernest seraya menghampiri Pamannya itu. Membuat Ernest sontak berpaling ke arahnya. "Ed." Suara Ernest terdengar serak menyapa indera pendengaran Edward, bahkan ia menangkap ada nada tertekan di dalamnya. "Maafkan aku, Paman. Aku... Tidak bisa menghalanginya untuk meninggalkan kota ini."Mendengar penjelasan E