Share

4. Kontrak Kerja

Author: Amy_Asya
last update Last Updated: 2023-11-01 22:37:40

“Maaf, Tuan. Tapi, saya tidak bisa,” ucap Anna pada akhirnya.

Dia tidak mungkin mengundurkan diri begitu saja. Sky Crystal sudah seperti rumah bagi Anna.

“Kenapa?” Dominic melipatkan kedua tangannya di depan dada. “Kau tahu 'kan Sky Crystal milikku.”

“Maaf, Sir. Aku butuh pekerjaan ini.”

“Kalau begitu, kau bisa mulai bekerja besok di rumahku selama satu minggu.” Dominic tersenyum miring.

Anna hanya bisa menggaruk kepalanya yang terasa tidak gatal.

Baru sebentar saja, ia ingin mencekik pria tua ini.

Apalagi, jika harus bekerja selama satu minggu dengannya?

“Baiklah. Karena 7 hari sepertinya tak cukup, aku memerintahkanmu untuk menjadi koki pribadiku selama tiga puluh hari,” ucap Dominic mendadak.

“Apa?!”

Dominic menahan tawa melihat kepanikan di wajah perempuan itu.

Entah mengapa, sejak melihat Anna tadi, dendamnya tiba-tiba membara lagi.

Dan, tiba-tiba saja ide konyol itu muncul.

Rasanya tak masalah menambah waktunya untuk tinggal di Vermont bila dirinya bisa membalaskan dendamnya dengan puas pada wanita gila ini!

"Jika tidak bersedia, kau bisa mengundurkan diri. Banyak yang butuh dengan pekerjaan ini.”

Setelah mengatakan itu, Dominic pergi meninggalkan Anna yang masih berdiri mematung.

“Sialan! Dasar pria tua!” pekiknya dalam hati kala sadar sudah dikerjai Dominic.

***

Hanya saja, Anna memang tidak punya pilihan lain, selain menyetujui tawaran Dominic.

Dia benar-benar butuh dengan pekerjaan yang sudah memberikan hidup padanya selama tiga tahun terakhir.

Dan di sini lah Anna berada. Di dalam ruangan Austin dengan pria yang dianggap menyebalkan itu.

“Ini surat perjanjian dan kontrak kerjamu!” Dominic melemparkan lembaran kertas di atas meja dengan kasar.

“Surat perjanjian?”

“Ya. Anggap saja itu masa percobaanmu. Jika kau lolos, kau bisa kembali bekerja menjadi koki di Sky Crystal.” Dominic mengatakan itu dengan gaya angkuhnya.

“Tapi, Sir, kau tidak pernah mengatakan ini sebelumnya. Tidak ada masa percobaan apa pun,” ujar Anna dengan sedikit tegas.

Baginya, Dominic tidak bisa dibiarkan begitu saja!

Meski atasan, dia tak bisa semena-mena.

Sayangnya, Dominic adalah pemimpin perusahaan besar yang berkuasa.

Ucapannya hampirlah mutlak dan harus dituruti banyak orang, termasuk Anna.

Dengan senyum sinis, pria itu pun berkata, “Baiklah kalau begitu. Kau aku pecat—“

Deg!

“Tidak. Tidak!” Anna memotong perkataan Dominic dengan cepat.

Gadis itu juga segera mengambil kertas yang ada di atas meja, lalu membacanya dengan rasa kesal, “Aku akan menerima apa pun tawaranmu.”

“Hanya satu bulan, An. Satu bulan. Kau harus bisa bertahan selama itu,” bisik Anna pada dirinya sendiri.

“Bagus! Oh, ya, jangan lupa baca kontrak kerjanya juga! ” perintah Dominic.

Dia tidak ingin Anna melewatkan satu poin pun dari setiap kontrak yang mereka buat.

Mendengar itu, Anna pun membaca semua perjanjian dan kontrak yang Dominic buat sendiri.

Meski demikian, semua isinya sudah bisa Anna tebak.

Hanya Dominic yang diuntungkan dalam kontrak kerja mereka!

"Kau sudah mengerti?" tanya pria itu memastikan.

Anna mengangguk pelan. "Tapi, kau tidak sungguh-sungguh, 'kan, Sir? Di sini tertulis jika aku mengundurkan diri sebelum kontrak kerja kita berakhir, kau akan meminta denda lima kali lipat."

"Sama sekali tidak!" Dominic benar-benar terlihat serius.

"Ah, baiklah." Helaan napas panjang terdengar dari Anna.

Dia sudah pasrah. Semua isi perjanjian itu terlihat tidak masuk akal.

Melihat Anna diam—tanpa ingin mengatakan apa pun lagi, Dominic segera menghubungi Austin dan Harry.

Tak lama, kedua temannya itu untuk masuk.

Wajah mereka tampak terkejut kala melihat kertas yang sedang dibaca Anna.

Austin bahkan langsung merebutnya dan menatap Dominic tajam. “Dom, ini tidak masuk akal!”

Namun, Dominic tak merasa terganggu. Ia malah menopang kakinya, santai. “Kenapa? Kau kan tau jika aku kurang suka keramaian, dan aku butuh koki pribadi selama berada di Vermont.”

“Tapi, tetap saja. Kau bilang hanya akan tinggal selama tujuh hari saja, bukan satu bulan!”

“Apa, satu bulan?” Kini, Harry merebut kertas perjanjian itu dari tangan Austin.

Dia lantas menggeleng tidak percaya dengan tingkah Dominic.

“Anna, kau boleh keluar!” ucap Harry.

Namun, Dominic menggeleng. “Aku tidak mengizinkan itu!”

“Anna, keluar! Kami ingin bicara dengan Dom.” Kali ini, Harry tampak begitu tegas—tak bisa dibantah.

Menyadari ketegangan tak masuk akal itu, Anna pun berdiri dengan sedikit lesu.

Setelahnya, dia keluar menuruti perintah Harry. Hanya saja dalam hati, dia berharap jika nasib baik akan berpihak kepadanya......

Brak!

Kala suara pintu tertutup terdengar, Harry langsung duduk di hadapan Dominic.

“Kau tidak bisa seperti ini, Dom,” ucapnya.

“Jangan ikut campur!” perintah Dominic, lalu mengambil sebatang rokok lalu menghidupkan dan mulai menghisapnya.

“Dom, jangan bertingkah kekanak-kanakan hanya karena kesalahannya kemarin.” Austin ikut menimpali.

“Aku hanya ingin memberinya pelajaran. Ingat, dia sudah menyepelekanku,” kilah Dom.

“Tapi, kontrak satu bulan itu terlalu berlebihan.”

“Iya, benar kata Austin. Bagaimana dengan pekerjaanmu di New York?” tanya Harry dengan mencoba mengingatkan Dominic pada semua pekerjaannya.

Dominic terlihat berpikir sejenak. Ucapan sang sahabat tampak masuk akal.

Jadi, diambilnya ponsel dari sakunya, lalu menekan salah satu kontak.

“Halo, Dom.” Suara berat seorang pria di New York terdengar begitu Dominic menekan kontak di ponselnya.

“Dam, kau bisa urus pekerjaanku untuk satu bulan ke depan?”

“Apa?! Kau gila?” teriak Adam.

“Tidak. Aku masih waras.” Dominic menghela napas panjang. “Aku akan tetap bekerja, tapi dari Vermont. Kirim semua pekerjaan melalui email. Kau bisa, bukan?”

Terdengar helaan napas panjang dari Adam. “Bagaimana dengan rapat penting?”

“Virtual!” tegas Dominic, “Aku akan tetap bekerja di sini, ada beberapa proyek yang harus aku selesaikan, lagi pula libur musim dingin sudah hampir tiba.” Dominic menyunggingkan senyum licik ke arah para sahabatnya.

“Oke. Akan aku atur ulang semua jadwalmu.”

“Oke, good!” Tanpa basa-basi, Dominic langsung memutuskan panggilan begitu saja. “Kalian lihat? Sekarang jangan ada lagi yang melarangku!”

Austin dan Harry sama-sama mendesah kasar. Sifat keras kepala Dominic benar-benar membuat mereka berdua sakit kepala.

Mereka benar-benar tidak bisa berbuat apapun.

Jika mereka mencoba melarang lagi, Dominic bisa saja akan memilih tinggal di Vermont lebih lama.

Dan itu tidak baik untuk semua orang!

Sementara itu, Dominic tersenyum miring.

'Setelah tiga puluh hari, aku akan tetap memecatnya apapun yang terjadi!' tekadnya dalam hati.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Gras Sabar
sepertinya Dominic mencintai Anna hanyak saja masih ingin menguji dan mengetes Anna karena Dominic punya rasa penasaran dg Anna apalagi masakannya sudah merasa ccok dilidahnya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • 30 Hari Bersama Ceo Angkuh   5. Awal yang Buruk!

    "Itu jadwalmu!" Bersamaan dengan itu, Dominic mengirimkan dokumen p*f kepada Anna."Ya, Sir," balas Anna lalu membuka pesan yang dikirim Dominic dan mulai membacanya dengan saksama. Di sana tertulis jelas semua aturan-aturan yang harus dia patuhi. Mulai dari memasak tiga kali sehari, dengan berbagai macam menu yang berbeda-beda. Apa saja yang biasanya Dominic makan atau tidak, dan kebiasaan Dominic yang sudah tercatat rapi. “Kau sudah mengerti, ‘kan?” tanya Dominic setelah melihat bagaimana ekspresi wajah Anna. Anna menghela napas dengan sedikit kasar. “Ya, aku mengerti.” “Satu lagi. Jangan memanggilku dengan panggilan Sir. Aku tidak suka.” “Lalu?” “Terserah padamu!” Anna mencoba menenangkan dirinya sendiri. Belum apa-apa Dominic sudah mulai menguji kesabarannya. “Sekarang kau ikut aku!” Dominic langsung berdiri dan berjalan meninggalkan restoran. “Kita akan ke mana, Sir? Eh, maaf, maksudku, Tuan.” Anna menggaruk kepalanya yang terasa gatal. Dia terlihat bingung. Hal itu jel

    Last Updated : 2023-12-09
  • 30 Hari Bersama Ceo Angkuh   6. Hari Pertama

    "Apa?" pekik Anna menahan kesal."Kau lebih menakutkan dibandingkan serigala liar di luar sana!" Dominic menekankan setiap kata yang diucapkan. "Kau!" Anna menjatuhkan kantung belanja, dan menunjuk wajah Dominic dengan ekspresi kesal. "Kau menyamakan aku dengan serigala liar?""Aku tidak ada mengatakan hal seperti itu," ucap Dominic. "Kau sendiri yang mengatakannya," tambahnya lagi sembari melepas mantel dan menutup pintu kabin. "Arghh!" Anna menghentakkan kaki, kesal. Dominic benar-benar kurang ajar! "Kau sudah mulai berani, ya?" tegur pria itu mendadak."Hah?""Kau lupa isi surat perjanjian kita?" tanya Dominic dengan angkuh. "Kau harus patuh padaku. Di sini aku juga tetap menggajimu. Jadi, jangan berbuat seenaknya!" Pria itu lalu berjalan meninggalkan Anna begitu saja. "Dasar brengsek!""Anna, kau memakiku lagi!" peringatnya."Aku tidak peduli!" "Baiklah." Dominic memutar tubuhnya dan menatap Anna dengan tajam. "Silakan pergi dari tempat tinggalku! Dan jangan lupa bayar dend

    Last Updated : 2023-12-13
  • 30 Hari Bersama Ceo Angkuh   7. Menjadi Pasangan?

    Sayangnya, wajah Anna justru terlihat gembira. "Wah, kau memujiku?" Melihat itu, Dominic menggeleng cepat. Pria itu segera mengalihkan tatapannya dari senyum Anna. Berbahaya! Gadis itu benar-benar berbahaya untuk Dominic. "Sudah kubilang, bukan? Kau pasti akan suka dengan masakanku." "Diam! Kau terlalu berisik." Dominic kembali ke sifat semula. "Aku sama sekali tidak memujimu. Kenapa kau berlebihan sekali?" Anna mengulum senyum mendengar perkataan Dominic. Dia tahu jika pria itu gengsi. Malu untuk mengakui kemampuan Anna. "Jangan tersenyum seperti itu!" gertak Dominic lagi. Pria itu segera menghabiskan makanannya dengan lahap. "Sekarang kau boleh pulang.""Baiklah." Anna masih menahan senyumnya, dan berjalan meninggalkan Dominic. Melihat Anna yang sudah menjauh, Dominic menghela napas dengan kasar. "Sialan! Jika seperti ini, aku tidak punya alasan untuk memecatnya nanti."Anna berhenti ketika mendengar suara lirih Dominic. Jadi, Dominic benar-benar berniat ingin memecatnya. "Ah

    Last Updated : 2023-12-13
  • 30 Hari Bersama Ceo Angkuh   8. Kekalutan Dominic

    Suasana seketika tegang. "Bercyanda!" Austin tiba-tiba tertawa membuat kedua perempuan itu mengulas senyum. Ketiganya lantas melanjutkan pembicaraan mereka. ***"Hah..." Anna menghela napas panjang mengingat kejadian kemarin.Meski malas, dia akhirnya tetap ke tempat Dominic pagi-pagi sekali. Anna sengaja datang lebih awal untuk membuatkan sarapan, lalu setelah itu dirinya akan kembali ke restoran.Dengan kode pintu yang sudah diberikan sebelumnya, Anna pun masuk. Untuk sarapan, dia hanya akan menyiapkan roti lapis dengan secangkir kopi tanpa gula, sesuai dengan apa yang Dominic pinta. Hanya saja, ketika Anna sudah selesai dengan pekerjaannya, Dominic muncul dari luar pintu. "Kau sudah datang?" tanyanya sesekali menyeka keringat. Anna terdiam. Pria itu sepertinya habis berolahraga. Setelan training yang dikenakan sudah menjelaskan semuanya. "Iya. Aku sudah membuat sarapan juga untukmu," ucap Anna segera mengambil mantel dan ingin bergegas keluar. "Tunggu!" Dominic mencekal ta

    Last Updated : 2023-12-13
  • 30 Hari Bersama Ceo Angkuh   9. Hanya Satu Bulan

    "Apa?" Dominic cukup terkejut dengan ajakan Anna. "Kau mengajakku keluar?" Apalagi dengan nada lembut dari suaranya. "Iya. Kurasa selain lidahmu yang tidak bisa berfungsi dengan baik, telingamu juga sama!" cibir Anna. Dia sedikit menyesal sudah berbicara dengan lembut tadi. "Oh, astaga!" Dominic menunjuk wajah Anna dengan kesal. Bahkan wajahnya juga sudah memerah karena menahan marah. "Jadi, kau mau ikut tidak?""Ya, ya, baiklah jika kau memaksa!" "Aku sama sekali tidak memaksamu, Dom," ujar Anna dengan suara rendah, tetapi tegas. "Ya, terserah padamu. Ayo, cepat!" Dominic segera menutup laptop dan berjalan menuju pintu untuk mengambil mantel. "Cih, dasar! Katanya tidak mau," gerutu Anna dengan berjalan menyusul Dominic. "Cepat, atau aku akan berubah pikiran. Kapan lagi kau bisa mengajak dan berjalan-jalan dengan orang sibuk sepertiku?"Anna tertawa dengan terpaksa mendengar kesombongan Dominic yang tiada habisnya. "Dasar besar kepala!"***Anna sama sekali tidak berhenti berbi

    Last Updated : 2023-12-15
  • 30 Hari Bersama Ceo Angkuh   10. Tertangkap Basah!

    Setelah berbincang dengan Harry tadi, Anna lebih memilih fokus untuk memasak agar semua pekerjaannya cepat selesai dan dia bisa segera pulang untuk beristirahat.Hari ini dia benar-benar lelah. Sepertinya, menghadapi Dominic akan membutuhkan tenaga ekstra. Di sisi lain, Dominic dan Harry juga terlihat tidak peduli dengan apa yang Anna lakukan. Kedua pria itu hanya duduk dengan meminum anggur untuk menghangatkan tubuh. "Tadi, mamamu menelponku." Harry tiba-tiba saja berbicara setelah mereka cukup lama diam. "Kau mengatakan jika aku bersamamu di Vermont?""Tentu saja, tidak. Aku bilang jika kita sedang berlibur ke Spanyol." Harry tertawa pelan. Dia sudah terlatih untuk berbohong kepada orang tua Dominic. "Bagus jika seperti itu.""Jadi, kau benar-benar serius akan tinggal di Vermont selama satu bulan?" tanya Harry sekali lagi. Sebenarnya dia berdoa di dalam hati agar Dominic mengubah keputusannya. Dominic tidak langsung menjawab. Pria itu justru menatap Anna yang sedang memasak di

    Last Updated : 2023-12-15
  • 30 Hari Bersama Ceo Angkuh   11. Setitik Rasa

    Anna berjalan menuju rumahnya dengan perasaan hampa. Ah, ternyata Austin sama saja! Semua pria pada dasarnya sama saja. Mereka tidak akan puas dengan satu wanita. "Kenapa aku kecewa?" tanya Anna pada dirinya sendiri. "Aku sudah sering mendengar hal seperti itu. Aku juga sudah tahu jika pria memang seperti itu, bukan?"Pria ada makhluk paling egois yang pernah Anna temukan. Sosok manusia yang pernah membuat Anna patah hati. Bahkan lebih dari itu. "Anna, kau harus kuat! Selama ini, kau sudah bertahan dengan hebat. Jangan pedulikan apa pun lagi, cukup dirimu sendiri saja," ucapnya pada diri sendiri, dengan helaan napas panjang. ***Salju pertama di tahun ini mulai turun. Anna menatap butiran putih halus yang turun, dari balik jendela kamar. Indah tetapi tidak dengan suasananya. Muram, dan Anna sama sekali tidak suka! Musim dingin ini, Anna memilih untuk tidak mengambil jatah liburnya. Dia akan bekerja bersama dengan Dominic sampai pria itu kembali ke New York. Ya, setidaknya itu l

    Last Updated : 2023-12-15
  • 30 Hari Bersama Ceo Angkuh   12. Mengundurkan Diri

    Sekarang situasi menjadi canggung, setelah Dominic memarahi Anna tanpa sebab. Mereka berdua duduk seperti orang asing di depan televisi. Dominic yang terlihat sibuk dengan laptopnya. Begitu juga dengan Anna yang sibuk mengganti saluran televisi, meski dia tidak tahu sedang menonton apa. "Hah!" Anna menghela napas panjang. Dia tidak suka dengan sikap Dominic yang acuh tak acuh setelah membuatnya ketakutan tadi. "Kau tidak ingin meminta maaf atas tindakan kasarmu tadi?"Dominic menoleh sekilas, lalu kembali menatap layar laptop. Pekerjaannya sudah menumpuk, dan Dominic tidak punya waktu untuk kembali ribut dengan Anna. "Buatkan aku coklat panas lagi!"Anna melotot tidak percaya mendengar perintah Dominic. Jadi, pria itu benar-benar tidak berniat meminta maaf. Baiklah. Dia berjanji akan membalas perbuatan Dominic tadi."Ya, ada lagi?""Aku butuh camilan." Tangan Dominic berhenti mengetik, dan berpikir sejenak. "Kau punya apa di kulkas?""Tidak ada!" jawab Anna cepat. Dia tidak akan

    Last Updated : 2023-12-16

Latest chapter

  • 30 Hari Bersama Ceo Angkuh   265. Extra Part 4 (Happy Ending)

    Dua Tahun Kemudian. Rumah Dominic terasa ramai sekarang karena anak laki-laki mereka tumbuh menjadi anak yang aktif. Leo, seperti itu mereka semua memanggil nama anak laki-laki yang lahir di musim dingin itu. Leo sangat pintar di usianya yang menginjak dua tahun. Tak jarang, Anna dan Dominic dibuat kewalahan dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh Leo. Seperti sekarang, anak itu sedang menanyakan banyak hal kepada ibunya. Tentang mengapa daun-daun pepohonan bisa jatuh di musim gugur, atau tentang bagaimana hewan-hewan liar itu bisa ada, dan mengapa mereka harus menjauhinya. "Mama, aku ingin bersama papa," celoteh Leo yang sudah bosan bertanya tentang banyak hal. "Iya, Sayang. Sebentar lagi papa pulang. Sekarang makan dulu." Leo menggeleng. Dia kembali berlari saat Anna hendak menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Kalau sudah seperti ini, Anna hanya bisa menghembuskan napas dengan kuat. Dia harus banyak bersabar menghadapi kelakuan Leo yang semakin hari se

  • 30 Hari Bersama Ceo Angkuh   264. Extra Part 3

    "Namanya?" Anna menganggukkan kepala dengan senyum lebar. Lalu dia kembali mengusap tangan lembut milik bayi mereka. Ah, ternyata makhluk sebesar ini yang tumbuh di dalam perutnya selama ini. "Bagaimana dengan Mark?" "Mark?" "Iya. Kau tau arti dari nama Mark, Sayang?" Anna sontak menggeleng. "Mark berarti dewa perang. Aku memberinya nama Mark dengan harapan agar nantinya dia sekuat dewa perang." Senyum lebar tersungging di bibir Anna ketika mendengar nama anaknya. "Aku suka itu. Tambahkan nama belakangmu kalau begitu, Dom. Agar dia menjadi pria sekuat dirimu." Dominic setuju. Pria itu mencium kembali pipi bayinya yang terasa begitu halus. "Hai, Nak. Sekarang namamu Mark Leonardo Williams. Aku harap kau bisa tumbuh menjadi pria hebat di masa depan nanti." *** Kabar bahagia terdengar di seluruh penjuru kota New York saat kelahiran cucu pertama keluarga Williams diumumkan. Nama Dominic dan Anna langsung menjadi tren pencarian di internet yang paling banyak dicari

  • 30 Hari Bersama Ceo Angkuh   263. Extra Part 2

    Anna dan Dominic menerima kabar bahagia atas kelahiran putra pertama Austin dan Daniella. Mereka turut berbahagia melihat bagaimana senangnya Austin saat menceritakan proses kelahiran bayi mereka. Anna yang sejak tadi memeluk Dominic pun, tidak pernah sama sekali berhenti tersenyum melihat kebahagiaan di wajah Daniella dan Austin. Mereka langsung melakukan panggilan video begitu mendapat kabar jika Daniella sudah melahirkan. "Ah, rasanya aku ingin terbang ke New York sekarang juga." Anna terlihat gemas melihat pipi merah milik putra Daniella. "Prediksi kelahiranmu kapan, An?" tanya Daniella dengan membersihkan Felix yang baru saja selesai dimandikan. "Bulan depan, tapi aku tidak yakin juga setelah mendengar jika kau melahirkan lebih cepat dari perkiraan." "Semoga semuanya lancar," harap Daniella. "Silakan bicara dengan Austin dulu. Felix sepertinya sudah sangat lapar." Anna mengangguk mengerti. Dia segera memberikan ponsel Dominic kepada pemiliknya, dan membiarkan D

  • 30 Hari Bersama Ceo Angkuh   262. Extra Part 1

    Austin bangun tergopoh-gopoh begitu Daniella membangunkannya tengah malam begini. Yang membuatnya lebih terkejut lagi adalah saat melihat Daniella merintih kesakitan dengan memegang perutnya. "Daniella, apa kau akan melahirkan?" tanya Austin gugup. Dia terlihat lebih gugup daripada wanita yang akan melahirkan. "Aku tidak tau. Perutku sakit sekali, Austin," rintih Daniella tidak tahan lagi. Sebenarnya dia sudah merasakan sakit perut dari sore tadi. Hanya saja, Daniella memilih untuk diam, dan tidak mengatakan apa pun karena berpikir jika ini hanya sakit perut biasa. Sampai saat mereka akan tidur lagi, Daniella semakin merasa tidak nyaman karena kram di perutnya tak kunjung mereda. "Kita ke rumah sakit sekarang." "Telepon mama dulu, Austin. Sepertinya aku hanya sakit perut biasa saja." Namun, hal yang terjadi justru sebaliknya. Wajah Daniella tampak pucat dengan keringat deras yang membasahi kening. "Oke, sebentar. Aku telepon mama dulu kalau begitu," ucap Austin y

  • 30 Hari Bersama Ceo Angkuh   261. Janji Dominic dan Anna (End)

    Musim gugur telah berlalu, dengan angin yang perlahan semakin terasa dingin. Hari ini, setelah sekian lama menunggu, salju pertama di tahun ini kembali turun. Dari balik kaca-kaca rumah, Anna menatap ke arah luar melihat salju yang mulai berjatuhan. Gadis itu tersenyum simpul. "Hari ini salju turun. Kau pasti sangat bahagia, kan, Sayang?" Tiba-tiba saja Dominic datang dan memeluk Anna dengan lembut. Anna hanya mengukir senyum dengan kepala mengangguk. "Musim dingin tahun ini sangat berbeda, Dom." "Apa yang berbeda?" Anna melepaskan tangan Dominic, kemudian berbalik hingga mereka saling berhadapan sekarang. "Keberadaanmu yang membuat beda." Dominic memegang pinggang Anna, dengan tersenyum lebar. Pria itu merunduk, lalu mengecup bibir istrinya cukup lama. "Kau tau, musim dingin tahun lalu dan tahun ini aku punya kebiasaan yang berbeda." Anna menaikkan sudut alisnya. "Kebiasaan yang berbeda? Apa contohnya?" "Ya, contohnya ... bercinta denganmu." Anna memukul dad

  • 30 Hari Bersama Ceo Angkuh   260. Takdir Seseorang

    Daniella melompat kegirangan saat melihat Austin muncul dari pintu kedatangan. Dia memang sengaja menunggu di bandara saat suaminya itu mengatakan jika akan pulang hari ini. Sungguh, Daniella tidak dapat menahan diri lagi dengan berdiam diri di rumah saja, untuk menunggu Austin. Apalagi dia masih sedih karena Anna sudah pindah ke Vermont kemarin. "Honey, aku sangat merindukanmu." Austin langsung memeluk istrinya dengan erat. Kalau saja dia tidak ingat perut Daniella yang buncit, mungkin Austin tidak akan melepaskan istrinya sekarang. "Aku juga sangat merindukanmu." Austin melepaskan pelukannya dan langsung berjongkok di hadapan perut Daniella. Salah satu yang menjadi kebiasaannya sekarang adalah menyapa bayinya yang masih di dalam perut. "Halo, Sayang. Bagaimana kabarmu di dalam sana?" tanya Austin dengan mengusap perut Daniella. Sesekali dia menciumnya dengan gemas, hingga membuat Daniella tertawa karena geli. "Sudah, Austin. Sebaiknya kita pulang saja sekarang. Aku

  • 30 Hari Bersama Ceo Angkuh   259. Rumah Baru

    Austin menyambut kedatangan Dominic dengan senang hati. Dia sengaja melakukan semua itu, sebelum kembali ke pulang ke New York. Setelah semua urusan di Sky Crystal hari ini selesai, Austin mungkin akan langsung pulang. Dia sudah tidak tahan lagi ingin bertemu dengan Daniella, setelah lebih dari satu bulan ini lebih sering menghabiskan waktunya untuk pulang pergi Vermont dan New York. "Hai, Dom. Bagaimana dengan perjalanan kalian?" Austin langsung memeluk Dominic begitu pria itu tiba. Lalu menyapa Anna yang terlihat cukup kelelahan. "Ah, kau pasti sangat kelelahan, Anna." "Hum, sedikit," jawab Anna dengan senyum tipis. "Ini perjalanan panjang setelah kehamilannya. Dia pasti sangat kelelahan, apalagi perutnya sudah semakin membesar." Austin mengerti dengan apa yang Dominic keluhkan. "Itulah sebabnya aku melarang Daniella ketika dia merengek minta ikut. Kalau begitu, ayo. Sebentar lagi hari akan gelap." Dominic dan Anna mengikuti Austin yang berjalan lebih dulu menuju mob

  • 30 Hari Bersama Ceo Angkuh   258. Fase Baru Kehidupan

    Dominic membawa Anna ke rumah keluarganya. Setelah rapat pagi tadi, baik Elena maupun Hamilton meminta Dominic untuk datang dan menjelaskan segalanya. Saat Dominic memberitahu Anna, awalnya dia terkejut dengan keputusan Dominic yang bahkan selama ini tidak pernah dibicarakan. Namun, Anna tidak punya pilihan lain selain menuruti apa yang sudah Dominic putuskan. Hidup di mana pun, Anna bersedia asal tetap bersama Dominic. "Kita bicara setelah makan," ujar Hamilton setelah Dominic dan istrinya tiba. Sekarang mereka duduk bersama di ruang tamu, tetapi dengan cepat Dominic menolaknya. "Bisa kita bicara sekarang saja?" Hamilton berdeham. Dia sudah mengira Dominic akan melakukan hal ini, tetapi tidak pernah berpikir jika waktunya akan secepat ini. "Kenapa tiba-tiba seperti ini? Seharusnya kita membicarakan semua ini dari jauh-jauh hari." Hamilton hanya bisa menghela napas panjang. Dia tidak tahu harus dengan cara apa lagi agar Dominic membatalkan keputusannya. "Aku jug

  • 30 Hari Bersama Ceo Angkuh   257. Pengunduran Diri

    "Williams Group?" Anna menganggukkan kepalanya. Dia tahu sebesar apa tanggung jawab Dominic terhadap Williams Group. Untuk memutuskan tinggal di Sky Crystal selamanya, itu pasti bukan perkara mudah. Dominic tersenyum tipis, tanpa ingin menjawab rasa penasaran Anna. Pria itu justru mengusap rambut istrinya seraya berkata, "Besok kau akan tau semuanya, Sayang." *** Adam dibuat kelimpungan pagi ini karena Dominic meminta diadakannya rapat dengan para pemegang saham secara mendadak. Dia tidak tahu apa yang Dominic ingin sampaikan sampai harus mengadakan rapat mendadak seperti ini. Seluruh pemegang saham Williams Group diwajibkan hadir. Ada Hamilton, Elena, Charles, dan beberapa orang lain yang tampak duduk di ruang rapat menunggu Dominic, selaku pemegang saham tertinggi sekaligus pemimpin di Williams Group saat ini. Berbagai gonjang-ganjing mulai terdengar di setiap sudut perusahaan karena rapat mendadak yang tiba-tiba saja Dominic lakukan. Semua spekulasi muncul,

DMCA.com Protection Status