Beranda / Romansa / 30 Days Girlfriend / 52 You Are The Reason

Share

52 You Are The Reason

Penulis: Ans18
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Kamu belum mau cerita?" Naren mulai melajukan mobilnya, jarak antara gudang dan kantor memang cukup dekat, karena itu ia memilih bertanya langsung sebelum mereka tiba di kantor.

"Tentang?"

Naren menghela napas. Ia tadi menyaksikan sendiri bagaimana Rhea memancarkan tatapan permusuhan kepada Brama dan bagaimana wanita itu selalu menghindar atau menjaga jarak dari Brama. Bagaimana bisa dia masih bertahan pada pendiriannya untuk menyimpan semuanya sendiri.

"Aku udah ngelihat semuanya, Rhe. Gimana kamu sembunyi di samping atau di belakangku selama ada Brama. Aku nggak bisa ngelindungin kamu kalo kamu nggak cerita."

"Aku bisa ngelindungin diri sendiri."

"Oh ya? Kamu sadar nggak kalo semalem Brama hampir naik ke lantai 2?"

Rhea tertegun sesaat. Ia tidak menyangka kalau malam sebelumnya setelah ia menendang Brama, lelaki itu benar-benar tidak tahu malu dengan berniat menyusulnya. "Tapi kan kamarku kukunci."

"Aku nggak bilang kalo Brama mau ke kamarmu loh."

'Ah sial! Kejebak!' batin Rhea.

Ti
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • 30 Days Girlfriend   53 Saat Kau Tak di Sini

    "Jadi belom ada kemajuan?" tanya Pras yang berkunjung ke rumah Naren di kala matahari belum terbit sempurna.Pras, mungkin memang yang paling peka di antara member The Troublemakers. Ia yang pertama kali menyadari kalau perasaan Naren kepada Rhea jauh lebih serius daripada kelihatannya. Ia juga yang pertama kali memaki-maki Naren karena memutuskan Rhea demi obsesi pacaran tiga puluh harinya, dan kini ia satu-satunya yang tahu kalau Naren tengah mendulang karmanya.Naren menjawab pertanyaan Pras dengan gelengan. "Masa ya gue mesti kesiram air panas dulu baru dia bisa kalem di deket gue," imbuh Naren sambil menunjukkan lengannya yang sebenarnya sudah tidak ada bekas luka lagi.Pras puas terbahak melihat kesengsaraan sahabatnya itu. "Sejak kapan sih lo nyadar kalo lo udah ... let's say jatuh cinta sama dia?"Naren mengedikkan bahu. "Mungkin waktu Kakek gue bilang kalau hati gue yang bakalan tau ketika gue jatuh cinta sama seseorang.""Trus kenapa sekarang lo balik ke Jakarta? Kata lo dia

  • 30 Days Girlfriend   54 Derita Rhea, Emosi Naren

    Naren mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi sambil berusaha tetap fokus menyetir, padahal otaknya dipenuhi pertanyaan tentang kondisi Rhea saat ini. Leny tidak menghubunginya lagi sejak telepon terakhirnya, bisa diasumsikan tidak ada hal buruk lagi terjadi setelahnya. Tapi tetap saja ia resah sebelum melihat langsung kondisi Rhea.Apa ada hubungannya dengan Brama? Pertanyaan itu begitu mengganggu pikirannya. Andai saja ia tidak kembali ke Jakarta.Pukul 21.30, akhirnya Naren sampai di villa kakeknya yang berlokasi di Puncak Bogor. Sembilan puluh menit perjalanan yang bagai sembilan jam bagi Naren. Ia langsung turun dari mobil dan menemukan Bi Mar dan Mang Sam sedang duduk di teras villa menunggunya. "Rhea mana?" tanyanya langsung."Mbak Rhea di kamarnya sama Mbak Leny, Mas. Mungkin Mas Naren perlu lihat kondisi dapur dulu sebelum naik ke atas. Soalnya Mbak Leny ngelarang bibi buat ngebersihin, katanya biar Mas Naren bisa ngelihat dulu."Naren mengikuti langkah dua orang keperc

  • 30 Days Girlfriend   55 Be Her Calm, Be Her Home

    "Ngga, gue perlu ambil cuti nggak buat nemenin lo di sini?" tanya Leny saat menemani Rhea sarapan di teras rumah.Rhea memang sudah jauh lebih tenang setelah cerita kejadian buruknya kepada Naren. Leny yang malam itu akan mengantar chamomile tea ke kamar Rhea, tidak sengaja mendengar sebagian ceritanya, tapi itu saja sudah sangat menyesakkan. Rasanya ia tidak bisa tenang meninggalkan Rhea sendiri. Kini Leny sadar, ternyata permasalahannya dijodohkan oleh orang tuanya hanya seujung kuku dibanding permasalahan Rhea."Lo mau cuti berapa lama? Gue aja nggak tau bakal di sini berapa lama,” jawab Rhea."Jadi ceritanya ngusir nih? Mentang-mentang udah ada Kak Naren."Rhea melemparkan tisu bekasnya mengusap mulut kepada Leny, yang ditimpali sahabatnya itu dengan gelak tawa."Bilang ke Kak Naren aja kalo lo mau balik ke Jakarta. Harusnya setelah kejadian semalem, dia nggak bakal ngelarang.""Nope. Ada yang harus gue selesaikan.""Tapi hati-hati ya, Ngga. Gue nggak tenang nih.""Ada gue Len. Te

  • 30 Days Girlfriend   56 Tebar Pesona

    "Kalian masuk dulu!" perintah Naren.Sudah beberapa hari mereka berangkat dengan mobil kantor, termasuk Naren yang terpaksa mengikuti kemauan Rhea untuk bergabung bersama anggota tim yang lain.Rhea berdecak pelan melihat ke mana arah Naren berjalan. 'Begitu bilang suka sama aku? Ck!' batinnya."Cemburu, Rhe?" ledek Hani yang selalu menempel dengan Rhea sejak mendapat perintah untuk selalu ada di sekitar Rhea termasuk ke toilet."Nggak ya ....""Lagian Pak Naren gimana sih, katanya lagi ngedeketin kamu, kok sekarang malah nyamperin cewek lain."Rhea mengedikkan bahu. "Once a player always be a player. Sekali buaya ya tetep buaya.""Kan buaya itu hewan yang paling setia, Rhe.""Oh iya ... buaya darat maksudku. Buaya darat yang ada definisinya di KBBI." Rhea melangkahkan kakinya masuk ke dalam gedung, tanpa menengok lagi ke arah Naren yang sebelumnya terlihat berbincang dengan seorang wanita.***"Pagi, Yu."Wanita mungil yang disapa Naren itu melemparkan senyum manisnya. "Pagi, Pak. Ba

  • 30 Days Girlfriend   57 Menyingkirkan Brama

    "Ini apa?" tanya Rhea bingung.Keduanya masih berada di balkon, dengan tangan Naren yang menengadah untuk melingkupi tangan Rhea, seakan apa yang ada di tangan Rhea memiliki beban yang sangat berat."Flashdisk.""Aku tau ini flashdisk, maksudku isinya apa?""Laporan asli yang sudah dimanipulasi Brama. Belum semuanya aku dapet. Aku masih terus usaha."Mata Rhea membelalak sempurna. Harusnya laporan asli itu hanya Brama dan (mungkin) orang kepercayaan Brama yang memegang. Tapi bagaimana caranya Naren bisa mendapatkan laporan itu hanya dalam waktu beberapa hari?"Kamu dapet dari mana?"Naren terdiam, masih menimbang-nimbang apakah Rhea akan bisa menerima apa yang akan dijelaskannya."Brama nggak muncul beberapa hari ini." Rhea menatap Naren penuh curiga. "Kamu nggak ngapa-ngapain dia kan?""Aku dapet dari Ayu." Setelah mempertimbangkan sesaat, lebih baik Rhea mengetahui bagaimana cara ia mendapatkan laporan itu daripada Rhea tahu apa yang telah dilakukannya pada Brama.***-Beberapa hari

  • 30 Days Girlfriend   58 Evil Plan

    "Pak Naren masih ngedeketin Ayu tu. Kamu nggak marah, Rhe?"Rhea tersenyum mendengar ucapan Hani dan hanya melirik sekilas ke arah Naren yang berpisah dari rombongan untuk mendekati Ayu demi menjalankan misinya."Udah ah, ayo masuk," ajak Rhea sambil menggamit lengan Hani."Eh tadi kamu pagi-pagi banget ke mana?""Oh, booking hotel buat temenku yang nanti mau main ke sini.""Nggak nginep di villa kayak Leny kemaren?""Nggak boleh sama Pak Naren."Hani menatap Rhea dengan penasaran. Kalau sebelumnya Naren memperbolehkan teman Rhea untuk menginap, bahkan sampai mengantar Rhea untuk menjemputnya, kenapa kini ia melarangnya?"Cowok soalnya," jawab Rhea menambahkan penjelasan."Oooh, pantes. Ganteng?""Hmm ... ya aku ada hak apa bilang seseorang ganteng atau nggak. Tapi ya ... secara umum sih orang-orang bilang dia good looking."Hani terpekik heboh. "Aaargh, aku pengen lihat gimana Pak Naren kalo cemburu.""Apa sih? Aku kan nggak ada apa-apa sama Pak Naren. Lagian ini tu temen baikku dari

  • 30 Days Girlfriend   59 Menghapus Jejaknya

    Suasana sarapan mereka hari itu terasa sangat menegangkan. Wicak, Rafli, Tomi, dan Hani hanya bisa saling pandang sambil menghabiskan makanan mereka dengan cepat. Sementara Rhea dan Naren seperti ada dalam zona peperangan sendiri. Keduanya menunduk sambil sesekali melemparkan tatapan tajam."Kalau kalian sudah selesai, langsung jalan aja. Hari ini saya bawa mobil sendiri." perintah Naren sambil berlalu meninggalkan mereka.Hani mencolek lengan Rhea. "Berantem?"Rhea mengedikkan bahu sebagai pertanda tidak mau menjawabnya. Pun ia sendiri tidak tahu apakah ia memang bertengkar dengan Naren, karena mereka berdua sama-sama memilih diam untuk menekan segala ego dan emosi.Ponsel yang diletakkan Rhea di atas meja bergetar, ia melihat sebentar pesan yang baru masuk ke ponselnya, kemudian meraih tasnya. "Aku nggak bareng kalian ya, temenku jemput sekalian dia mau balik ke Jakarta," ucapnya sambil berlalu."Sekarang tau kan kenapa suasananya nggak enak banget?" Hani menatap sisa anggota tim ya

  • 30 Days Girlfriend   60 Harus Berakhir

    Rhea menghabiskan waktu sore sepulang kerja dengan berendam di bathtub. Ia hampir tidak pernah menggunakan bathtub yang tersedia di kamar mandi karena menurutnya buang-buang air. Tapi sepertinya kali ini ia benar-benar butuh untuk sekadar melepaskan penat dan ... berpikir.Sesekali ia menenggelamkan kepalanya, siapa tahu otaknya bisa kembali normal. Bagaimana mungkin ia berdebar ketika Naren mengecup punggung tangannya? Bagaimana bisa debaran jantungnya tidak terkontrol saat Naren mengatakan ingin menghapus jejak Brama di lehernya?"Wake up, Rhe! Kamu nggak mau kan terjerumus ketiga kalinya!" hardik hati kecilnya. "Dasar lemah."Entah selama apa Rhea menghabiskan waktu di dalam bathtub, yang jelas ia baru menyelesaikan prosesi berendamnya setelah ujung jarinya terlihat keriput.Setelah itu pun, ia masih rebahan di atas kasur sambil bermain ponsel. Sekitar jam makan malam, barulah ia turun ke lanti bawah, bergabung bersama rekan timnya yang lain.Matanya terbelalak ketika melihat seora

Bab terbaru

  • 30 Days Girlfriend   164 Extra Part (Sesak Napas)

    “Dek.” Rhea menatap anak bungsunya yang terlihat pucat. “Kenapa, Dek?”Yara menunjuk ke dadanya, ditambah dengan suara napasnya yang tersendat.Dengan panik, Rhea menghubungi Ega untuk mendapatkan pertolongan pertama untuk Yara.Syukurnya, dalam beberapa dering, Ega langung mengangkat sambungan telepon dari Rhea.“Ga. Yara, Ga.”“Kenapa, Rhe? Yara kenapa? Ceritain kondisinya.”“Dia lagi main di deket kolam renang, kucingnya dia kepleset masuk ke kolam renang, Yara ketakutan, trus nangis, sekarang dia pucet banget, napasnya mengi. Aku mesti gimana?”“Bikin Yara duduk tegak, arahin Yara buat narik napas panjang, berulang-ulang sampai normal lagi. Abis itu, kalo udah mulai normal, kasih air anget ya. Aku on the way ke sana.”Rhea memutus sambungan telepon, kemudian melakukan apa yang disarankan Ega. “Dek, ikutin Mama ya. Tarik napas ….”***Mobil Naren memasuki pelataran rumahnya bertepatan dengan sebuah mobil sedan hitam keluar. Dengan penasaran, Naren bertanya kepada security rumahnya.

  • 30 Days Girlfriend   163 Extra Part (Persidangan untuk Ervin)

    Aileen dan Ervin masuk ke dalam rumah sambil terbahak membicarakan uang jajan Ervin yang habis karena harus menyuap semua teman sekelasnya demi melindungi ia yang bolos setengah jam pelajaran olahraga.“Lagian pake cabut.” Aileen puas tertawa.Sedari kecil mereka sadar kalau kondisi keluarga mereka jauh di atas rata-rata. Mereka hidup berkecukupan. Apa yang mereka mau sebenarnya bisa dituruti orang tua mereka, tapi orang tua mereka memilih untuk tidak melakukannya.Sejak kelas 1 SMP mereka masing-masing diberikan uang saku per minggu. Hal itu sudah berlangsung sejak era Aileen, sekarang Ervin, dan mungkin nanti hingga Yara.Dan saat itu masih hari selasa, ketika Ervin menghabiskan jatah seminggunya.“Gantiin kek, Kak. Aku kan bantuin Kakak.”“Enak aja. Nggak ada yang minta bantuan kok,” sahut Aileen cuek, walau tentu saja Aileen tidak akan membiarkan Ervin gigit jari di sekolah karena kehabisan uang jajan.“Ck! Uang tabunganku buat beli PS, Kak.”“Pilih game apa pilih makan di kantin?

  • 30 Days Girlfriend   162 Extra Part (Pelindung)

    “Vin, kakak lo dipepet sama kakak kelas di deket gudang buat nyimpen alat olahraga.”Saat itu Ervin masih duduk di kelas 1 SMP ketika mendapat laporan dari temannya. Usianya yang hanya berbeda lima belas bulan dengan kakaknya membuat mereka bersekolah di tempat yang sama, beda satu tingkat.Aileen duduk di kelas 3 SMP dan … memiliki musuh bertebaran. Ervin tidak kaget lagi untuk satu hal ini. Ucapan kakaknya yang sepedas cabe dan kegalakan kakaknya yang mengalahkan satpam komplek, tentu saja membuatnya memiliki banyak musuh, baik dari makhluk berjenis kelamin perempuan, maupun lawan jenis.“Cewek apa cowok yang mepet kakak gue?” Karen Ervin yakin kakaknya itu mampu kalau hanya mengatasi sekumpulan gadis puber yang biasa melabraknya karena gebetan mereka naksir berat dengan Aileen dan segala keangkuhannya.“Cowok, dua orang.”Ervin langsung melemparkan bola basket yang sedang ia mainkan. Kelasnya memang sedang ada jam perlajaran olahraga, karena itu ia bingung kenapa kakaknya bisa dipe

  • 30 Days Girlfriend   161 Extra Part (Hilangnya Aileen)

    "Ibu ... Neng Aileen, Bu."Ucapan dari ujung sambungan telepon itu membuat Rhea langsung tersadar bahwa ada yang tidak beres dengan anaknya."Aileen kenapa, Mbak?" tanya Rhea kepada baby sitter yang biasa menjemput anak-anaknya saat ia tidak bisa menjemput. Seperti kali ini Rhea terpaksa meminta baby sitter untuk menjemput Aileen dan Ervin karena Yara sedang sakit."Neng Aileen nggak ada di sekolahannya."Jantung Rhea serasa mencelos saat mendengarnya. "Mbak udah nanya ke temen-temennya? Ke gurunya?""Sudah, Bu. Ini sekolahan udah hampir sepi, tapi nggak ada yang tau Neng Aileen di mana.""Ervin gimana?" tanya Rhea berusaha menutupi paniknya."Mas Ervin sudah di mobil, Bu.""Kamu minta supir pulang nganter Ervin ya. Kamu di situ dulu, cari di sekitaran sekolah, tanya sama temen-temennya, saya langsung jalan ke sana.""Iya, Bu."Rhea menghela napas, mencoba menenangkan diri walau rasanya sulit. Setelah menitipkan Yara yang sedang demam pada baby sitter, Rhea segera berlari, mengambil k

  • 30 Days Girlfriend   160 Extra Part (Tempat Duduk Aileen Callia Candra)

    "Ya ampun Nareeen, kamu tu nggak bisa nahan apa gimana sih? Kasihan kan Aileen masih nyusu, terus sekarang Rhea isi lagi. Mana kemaren pas Aileen kan operasi. Cek ke dokter, pastiin ini bahaya apa nggak."Pukulan bertubi-tubi dan ocehan panjang lebar didapatkan Naren dari tantenya yang langsung terbang ke Jakarta saat mendengar kabar Rhea hamil (lagi).Sementara Naren yang menjadi bulan-bulanan tantenya hanya tersenyum bangga, bukannya merasa bersalah. "Udah ke dokter kok, Mi. Biar rumahnya rame."Adila menggeleng-gelengkan kepalanya dengan tatapan kesal. Kemudian ia mendekat ke sisi Rhea yang sedang menyusui Aileen di atas kasur, yang kadang terkikik mendengar perdebatan unfaedah suami dan tantenya."Rhea lagi pengen sesuatu nggak?""Pengen gelato, Mi.""Naren, tuh denger, Rhea pengen gelato.""Di mana, Sayang? Biar Mas cariin."Rhea menggeleng. "Nggak tau aku."Adila mencebik kesal melihat Naren hanya garuk-garuk kepala. "Udah sana, cari aja di google di mana gelato terenak se-Jakar

  • 30 Days Girlfriend   159 Ending

    "Sayang ...." Naren terdiam sesaat. Sebenarnya ia masih ragu untuk menyampaikan apa yang ada di dalam pikirannya."Kenapa?" Rhea menjawab sambil lalu karena dia juga sedang berkutat memakaikan baju Aileen yang baru saja dimandikan.Sudah seminggu mereka tinggal di kediaman Candra. Rumah itu memang tidak ada yang menempati setelah Aditama pindah ke Dieng dan Adityo memilih tinggal sendiri di rumahnya. Aditama sendiri belum tega menjual atau menyewakan rumah itu. Karenanya, Aditama benar-benar memohon kepada cucu dan cucu menantunya itu agar menempati kediaman keluarga mereka, tidak perlu lagi mencari rumah.Naren mendekat, sambil menowel pipi Aileen dengan gemasnya, mencoba berbicara dengan istrinya. Biasanya mood Rhea lebih bagus kalau Aileen sedang tidak rewel. "Aku nggak tau terlalu cepet atau nggak aku ngomong gini. Tapi kayaknya mulai kita perlu pikirin. Kamu ... setelah ini mau berhenti ngurus Amigos atau gimana?"Rhea melirik suaminya sekilas, tapi kemudian perhatiannya kembali

  • 30 Days Girlfriend   158 Kado untuk Aileen

    “Mau kubantuin?” tanya Naren saat melihat istrinya berjalan tertatih menuju kamar mandi.Hari itu Rhea baru saja keluar dari rumah sakit. Dia sudah bisa berjalan tanpa bantuan, tapi memang harus pelan-pelan karena jahitannya masih terasa sakit. Naren mengambil cuti dadakan setelah kelahiran Aileen dan setia menemani Rhea dalam masa pemulihan sambil mencoba mengurus Aileen, walaupun masih terlihat sangat canggung.“Bisa sendiri kok, jagain Aileen aja. Nanti kalo nangis dan kamu nggak bisa nenangin, panggil Mama aja, Mas. Aku agak lama kayaknya di kamar mandi.”Naren mengangguk. “Nggak usah dikunci pintunya, kalo butuh bantuan, teriak aja.”“Iya.”Mereka memang tinggal di rumah orang tua Rhea untuk sementara. Seperti umumnya seorang wanita yang baru melahirkan, Rhea juga ingin berada di dekat mamanya untuk mendapatkan perhatian dan bimbingan dari mamanya. Bukan berarti ART di kediaman Candra tidak ada yang mengerti bagaimana mengurus anak, tapi tetap saja menurut Rhea rasanya berbeda de

  • 30 Days Girlfriend   157 Membuatku Utuh

    Tubuh Rhea melemas dan jantungnya mulai berdebar kencang saat menyadari apa yang terjadi padanya.Ia mencoba untuk tenang, walaupun rasanya sangat sulit. Sekarang baru ia tahu bagaimana rasanya mengkhawatirkan orang lain melebihi dirinya sendiri. Ya, dia jauh lebih khawatir pada keadaan janinnya dibanding dirinya sendiri.Rhea lantas meraih ponsel yang ada di atas meja, mencoba menghubungi dokter kandungannya. Untungnya dokter itu mengangkat panggilannya setelah dering ketiga. Rhea menceritakan semuanya, dan setelah sambungan itu berakhir, ia langsung beralih menekan nomor ponsel suaminya.Naren tidak langsung menjawab teleponnya. Memang saat itu belum masuk jam makan siang, jadi mungkin saja suaminya sedang meeting.Di saat Rhea mengatur napasnya untuk menenangkan diri dan agar tidak terdengar panik, Naren pun mengangkat teleponnya."Iya, Sayang?""Mas lagi apa?""Kerja lah. Masa jalan-jalan ke mall?" jawab Naren terkekeh. "Kenapa?""Mas kira-kira kalo ke sini butuh berapa lama?""Hm

  • 30 Days Girlfriend   156 Kelelahan yang Berakibat Fatal

    "Sayang, dua minggu lagi perusahaan ngadain dinner party. Perayaan tiga proyek baru kita."Intro pembicaraan yang membuat Rhea bertanya-tanya, apa yang selanjutnya akan diucapkan suaminya."Aku mau ngajak kamu tapi ... udah deket HPL-mu.""HPL-ku kan masih sebulan lagi, Mas.""Iya tapi kan itu riskan banget, tinggal dua minggu sebelum HPL kan.""Jadi aku nggak diajak?" Bukannya Rhea suka datang ke pesta-pesta. Tapi belakangan ini dia suka resah kalau ditinggal Naren, apalagi saat malam hari."Kamu mau ikut? Beneran nggak apa-apa? Nggak bakal kecapekan?""Mau ikut. Anggep aja terakhir sebelum lahiran. Boleh? Atau kamu malu?"Naren mengusapi puncak kepala istrinya. "Ngomong apa sih? Baper banget sejak hamil. Nggak mungkin aku malu ngajak kamu. Aku cuma beneran takut kamu capek."Rhea tidak menjawab lagi. Ia memberi waktu dan membiarkan suaminya mengambil keputusan."Ya udah, kita booking satu kamar aja buat istirahat kalau kamu kecapekan. Tapi kamu tetep nggak boleh pake heels ya. Aku n

DMCA.com Protection Status