"Mainin gitar, lagunya 'You are The Reason', bisa kan?""Mas, aku—""Apa? Kamu kan kalo ngerayu perempuan pake gitar," sela Naren sebelum Endra menolak.Endra menghela napas. Bukannya ia tidak bisa melakukan apa yang diminta Naren, tapi ia tidak ingin mencuri perhatian dalam pesta semacam itu, yang berpotensi membuat orang-orang mengenalinya. Ia tidak ingin ada yang mendekatinya dengan tendensi urusan bisnis Candra Group. Ia ingin hidup tenang, menghabiskan waktunya dengan melukis dan merayu wanita dengan kemampuannya bermain gitar."Buat apa sih?""Ada lah, bilang aja aku mau ngomong. Dan inget, jangan terlalu bagus juga! Jangan sampe Rhea terpesona sama kamu.""Dih, kalo itu ya ... gimana ya, pesonaku nggak kalah sama kamu, Mas."Ingin rasanya Naren menoyor kepala Endra, andai saja ia tidak membutuhkan batuan adik sepupunya itu."Ya udah, mau kapan? Jangan kemaleman, cewek yang tadi udah ngasih nomernya ke aku soalnya," balas Endra sambil menyeringai.Naren berdecak. "Buruan tobat.
"Hmm ... Mas, kalo ... ngundang orang lain lagi, boleh nggak?""Kan acara keluarga kita, mau ngundang siapa lagi emangnya? Mau ngundang temen deket?""Tante Ajeng sama Om Wira. Boleh?"Naren terdiam mendengar permintaan Rhea."Tante Ajeng datang ke Amigos beberapa hari lalu.""Bawa siapa lagi dia?" tanya Naren sambil menghela napas.***-Beberapa hari sebelumnya-"Mbak Rhea, ibu-ibu yang biasa nyari Mbak Rhea dateng lagi, mau ketemu Mbak Rhea katanya," ucap Nuning setelah mengetuk pintu ruang kerja Rhea dan melongokkan kepala melalui celahnya.Rhea mengangguk. "Bentar."Setelah Nuning tidak tampak lagi di depannya, Rhea menarik napas dan menghembuskannya perlahan, mencoba mengatur emosinya. "Santai, Rhe. inget, mamanya Naren," gumamnya pada diri sendiri agar selalu mengingat satu kenyataan yang tidak mungkin bisa ia elakkan, wanita yang mengajaknya bertemu adalah seorang ibu yang melahirkan laki-laki yang ia cinta. Anehnya, setiap ia mengingatkan hal itu pada dirinya sendiri, langkahn
"Loh, Tante udah sampe," seru Rhea setelah Ita—ART lepasan yang diminta mamanya untuk membuka pintu pagar setelah bunyi bel rumah berbunyi beberapa kali—datang bersama Ajeng dan Wira."Kecepetan ya?"Rhea tersenyum. "Cuma pada belum dateng aja sih, Tan. Masuk yuk Tante, Om, biar bisa kenalan sama Mama Papa," ajak Rhea kemudian.Dua hari sebelumnya, Rhea berhasil mengajak Naren untuk makan siang bersama dengan mamanya. Tidak banyak yang mereka bicarakan saat makan siang itu. Dengan Naren yang bertahan duduk di kursinya saja, Rhea sudah sangat bersyukur.Dan setelahnya, Naren menyampaikan kepada keluarganya perihal keinginan Rhea untuk mengajak Ajeng dan suaminya turut serta dalam makan siang keluarga mereka. Sementara Rhea, menyampaikan sedikit cerita latar belakang keluarga Naren, agar mama papanya tidak terlalu bingung."Makasih ya, Rhea," ucap Ajeng saat mereka hanya berdua di teras samping.Rhea mengangguk dan menatap papanya yang tengah asik mengobrol dengan Wira di ruang tamu. Ma
"Mas, kamu inget kan nanti sore kita mesti fitting baju?"Semakin mendekati hari H pernikahan mereka, semakin sibuk pula mereka dibuatnya. Bukan hanya persiapan acara pernikahan mereka, Rhea juga tengah disibukkan dengan cabang Amigos di Bintaro yang baru saja buka dan Naren sendiri sibuk beradaptasi sebagai Direktur Utama di perusahaannya.Bohong kalau Naren ingat. Dia hanya ingat Rhea pernah bilang kalau dalam minggu ini mereka harus fitting baju. Tapi tanggal dan jamnya ... Naren benar-benar tidak ingat. Dan bodohnya lagi, ia juga tidak mencatatnya dalam reminder-nya."Kamu pasti lupa," tebak Rhea telak. Keterdiaman Naren sudah cukup menjawab semuanya."Maaf. Hari ini jam berapa?" Naren memilih langsung bertanya ke inti daripada memperpanjang masalah."Nanti sore, jam tiga."Naren melihat apikasi reminder-nya. "Nggg ....""Kenapa? Ada kerjaan?""Aku ... ada meeting sih siang nanti.""Ya udah, mau gimana? Mau di-cancel aja fitting bajunya? Atau mau di-cancel pernikahannya?" tanya Rh
"Kamu mau fitting atau flirting?""Aku udah nggak flirting ke cewek lain kecuali kamu." jawab Naren sambil tersenyum karena jarak Rhea yang kini hanya beberapa centi darinya, membuat pikirannya sedikit terdistraksi dari ketakutannya atas kekesalan Rhea."Yang barusan?" Rhea menatap intens manik mata Naren selama beberapa detik, sebelum menyadari Naren sepertinya mulai terpancing karena posisinya yang terlalu dekat."Dia yang flirting ke aku, bukan aku yang flirting ke dia." Tangan Naren baru akan mendekap Rhea, tapi wanita itu terlalu cepat sadar dan seketika melepaskan tangannya yang sejak tadi menarik kerah jas yang dikenakan Naren.Nisya bukannya tidak melihat kejadian itu, tapi ia sengaja membiarkan keduanya untuk berbicara. Ia yang turun sebelum Rhea bahkan sempat melihat pegawainya berbicara pada Naren dengan bahasa yang provokatif. Hanya satu yang menjadi PR untuknya—karena tidak mungkin juga ia tiba-tiba memecat pagawainya hanya karena kesalahan sepele macam itu, ia harus lebi
Ega: Rhe, di Amigos mana?Ega: Aku boleh ke sana nggak?Ega: Lama nggak ketemu, kangen jugaRhea: di Menteng GaRhea: Ke sini aja, nggak mungkin lah aku ngelarangEga: Kamu yang lapor ke Naren atau aku?Rhea: Kenapa harus lapor?Ega: Karena dia Narendra yang bisa ngamuk kalo kita ketemu berdua tapi dia nggak kamu kasih tauRhea: Hahahaha ok ok aku aja yang bilangRhea tersenyum sendiri melihat chat yang baru saja masuk dari Ega.Kalau dipikir-pikir benar kata Ega. Sudah dua bulanan ia tidak bertemu dengan Ega. Terakhir mereka bertemu usai acara gala dinner Candra Group, di mana Naren mengenalkannya sebagai calon istri. Rhea kira ledekan dari teman-temannya akan dimulai keesokan harinya, tetapi ternyata ia salah. Setelah keluar dari grand ballroom, ia menemukan sosok Ega yang sudah menunggunya. Rhea sampai memaksa otaknya untuk berpikir bagaimana caranya Ega ada di acara itu. Acara itu hanya untuk jajaran Candra Group dan partner bisnis Candra Group, tentu saja dokter tidak masuk dala
"Ga, kamu nggak cerita ke Rhea kalo aku mau nyusul? Rhea kayak kaget banget gini." tanya wanita yang telah duduk di samping Ega.Ega hanya terkekeh menyaksikan reaksi Rhea yang baru normal kembali setelah Nuning datang membawakan buku menu untuk wanita yang baru datang itu."Bilang kok. Ini anak memang suka berlebihan ekspresinya.""Itu yang bikin kamu suka sama dia?""Eh?" Ega menoleh singkat ke arah wanita di sampingnya kemudian menatap Rhea kembali. Kalau ditanya, sampai detik ini pun Ega tidak tahu apa yang menyebabkan perasaannya bertahan pada satu orang selama bertahun-tahun."Kalian kenal di mana?" tanya Rhea akhirnya saat berhasil meredam kebingungannya."Di rumah sakit," jawab Bayuni sambil tersenyum. "Papaku kan akhir-akhir ini sering sakit, beberapa kali masuk rumah sakit malah. Dan ... ya kami ketemu di sana.""Dan dia ngeremehin aku masa, Rhe. Karena aku masih masuk kategori dokter muda, dipikir aku nggak kompeten apa?" adu Ega pada Rhea. "Dia marah-marah minta ganti dokt
"Sayaaang, kali ini aja, ya? Kan terakhir. Please ...." Ini bukan Rhea yang sedang merajuk, melainkan seorang Narendra.Keduanya tengah makan malam bersama di sebuah gerai fast food kawasan Salemba. Rhea sudah terlalu bosan dengan diet yang dijalaninya demi mempertahankan bentuk tubuhnya agar Tante Nisya tidak mengomel akibat kebayanya yang kesempitan. Karena itu, Rhea menobatkan hari itu sebagai cheating day untuknya, sebelum ia melanjutkan dietnya."Apa sih, Mas. Dua minggu lagi juga udah bisa sekamar terus sampe puas.""Tapi kan dua minggu nggak dibolehin ketemu. Ya? Nanti kalo aku kangen gimana?"Rhea menghela napas. "Kan bisa video call.""Emangnya boleh? Kirain nggak boleh kontak-kontakan sama sekali.""Harusnya sih boleh ya. Atau nanti aku naik ke lantai 2 deh. Aku buka jendela yang ngadep ke kamarmu," tawar Rhea sambil terbahak."Mami maksa aku buat nginep di Gading. Nggak boleh di rumah Cempaka. Katanya biar aku nggak curi-curi kesempatan nemuin kamu."Entah kenapa begitu men