Cup,Bibir ranum Adji mendarat di wajahnya, memberikan kecupan singkat di pipi kanannya. Menghadirkan rasa yang tak bisa dia jelaskan.Tak hanya Syafa yang wajahnya memerah, Adji sang pelaku penciuman singkat pun merasa wajahnya memanas. Ia sudah terbiasa mencium pipi gadis -Santi maksudnya- dan ras
"Udah?""Apanya?""Itu ... "Adji mendelik kesal mendengar pertanyaan tak bermutu dari mulut Reyhan. Sontak bantal sofa melayang tepat mengenai wajah suami Nicole itu. Reyhan justru terbahak melihat Adji yang wajahnya sudah semerah kepiting rebus."Sial*n, Lu! Gak ada pertanyaan lain apa?" gerutu Ad
***Di lantai berbeda, para orang tua tengah berkumpul untuk menikmati sarapan yang benar-benar sarapan."Anak-anak belum turun, Bu Yuni?" tanya Zahra yang memilih duduk bersama besannya itu."Sepertinya belum, Bu Zahra." jawab Yuni mengulas senyum, melihat besannya yang begitu anggun itu. Dalam hat
"Hah, makanan sebanyak ini dari mana, A'?" kejut Syafa yang baru keluar dari kamar mandi bertepatan dengan Adji yang menutup pintu setelah room service itu keluar dari kamar."Mama yang pesan katanya. Coba cek hp kamu, siapa tahu Mama ada kirim pesan!" Jawab Adji sembari mendekat ke arah istrinya ya
2 tahun kemudian ...Hari berganti begitu cepatnya, kehidupan Rusman dan anak menantu pun begitu harmonis. Tak ada satupun dari ketakutan Adji sebelum menikah yang terbukti.Kini mereka merasakan kehidupan yang berjalan dengan begitu mudahnya. Usaha sayur organik Rusman berkembang pesat, bahkan kini
"Hati-hati atuh, Neng!" Tegur Yuni sembari mengusap pelan punggung Santi."Iya ih si Neng mah, pelan-pelan Teteh enggak minta," kikik Syafa merasa begitu puas menggoda adiknya itu. Sedangkan Santi hanya menoleh dengan mendelik kesal yang se-kesal-kesalnya.Rusman merasa ada sesuatu yang disembunyika
"Duh, maaf ya, Ya, kami teh keasyikan ngobrol sama Neng Salma." ucap Yuni begitu bertemu Rukaya yang sudah siap dengan barang-barangnya yang tak banyak itu."Iya, Teh, gak apa-apa. Kaya juga teh baru saja keluar, kok. Alhamdulillah, Kaya udah boleh pulang. Tempat ini mengajarkan banyak hal sama Kaya
"Kamu ... Mahira, kan?" tanya Syafa ramah, tapi tak dibalas hal yang sama oleh Mahira."Bisa bicara sebentar?" pinta Mahira sedikit terdengar tak bersahabat."Oh, tentu! Silahkan duduk!" Ujar Syafa kemudian ikut duduk di hadapan Mahira.Sekilas Syafa menatap Santi, mengkode dengan mata bahwa semua b
"Masya Allah, alhamdulillah, terimakasih banyak Wak, Bi. Neng, bahagia sekali," ujar Santi sepenuh hati menatap sayang kepada keluarga ayahnya itu satu persatu. Sampai kepada Rida, Santi teringat akan pesan yang dikirimkan oleh Bintang tadi."Oh iya, Neng teh sampai melupakan sesuatu," lanjutnya mem
Kunjungan keluarga Bintang ke rumah sakit tempat dirawatnya Santi tak hanya sekedar kunjungan biasa. Rupanya, terjadi pembicaraan serius antara Rusman dan Hendrawan terkait kelanjutan rencana pernikahan anak-anak mereka.Semua sudah dibicarakan dan tanggal pun sudah ditetapkan, yaitu 2 minggu lagi m
"Hayuk masuk atuh, kita sarapan dulu!" ajaknya usai memeluk Aisyah dan Linda bergantian. Bahkan, Hendrawan pun dia perlakukan bak anak sendiri."Kebetulan kita belum sarapan, Ni," balas Hendrawan yang segera melangkah masuk ke dalam rumah diikuti yang lainnya.Mereka bercengkerama selayaknya keluarg
"Sudah siap semua, A'?" tanya Hendrawan kepada Bintang yang tengah memakai sepatunya.Bintang mendongak menatap ayah sambungnya yang sudah terlihat semakin segar setelah 2 hari dia tunggui di rumah. Rupanya, sakitnya Hendrawan hanyalah penyakit malarindu kepada anak-anaknya saja. Setelah Bintang dan
Dalam pikirannya, kuliah dan mendapat gelar itu adalah penunjang langkah menuju sukses yang dia inginkan. Meski jalan yang dilalui tak mudah, tetapi memiliki ijazah sarjana adalah merupakan salah satu batu loncatan menuju puncak kesuksesan. Berbeda dengan Ikhsan yang memilih memgembangkan skil yang
Bintang membawa langkah dengan pasti saat burung besi yang mengatarnya pulang ke tanah air telah berhenti sempurna. Menderap langkah semakin cepat usai mengambil koper miliknya menuju pintu keluar bandara.Setelah hampir 5 jam di udara, akhirnya kakinya menapak tanah air dengan selamat. Namun, perja
Mau tak mau Santi pasrah juga, mengalungkan tangan di leher sang ayah yang terasa semakin tua itu. Menatap wajah lelaki hebatnya itu dalam-dalam. Sudah banyak keriput menghiasi wajah bapaknya, menandakan bahwa bapaknya tak lagi muda. Namun demikian, bapaknya masih kuat menggendongnya sampai ke toile
Waktu berputar begitu cepat, tanpa terasa mentari dengan cepat menghapus pekatnya langit malam. Usai sholat subuh, Bintang dengan segera bersiap untuk pulang ke tanah air. Mendapat penerbangan pagi membuatnya semakin tak sabar untuk bertemu dengan orang-orang yang dia rindukan.Dengan diantarkan ol
Di belahan bumi lain, Bintang tengah bersiap untuk kepulanganmya esok hari. Mengemasi beberapa pakaian yang akan dia bawa pulang. Kepulangannya kali ini bukan untuk tak kembali, karena masa pendidikannya juga belumlah usai."Berapa lama kamu di rumah, Tang?" tanya Abdi yang melihat rekan satu aparte