"Duh, maaf ya, Ya, kami teh keasyikan ngobrol sama Neng Salma." ucap Yuni begitu bertemu Rukaya yang sudah siap dengan barang-barangnya yang tak banyak itu."Iya, Teh, gak apa-apa. Kaya juga teh baru saja keluar, kok. Alhamdulillah, Kaya udah boleh pulang. Tempat ini mengajarkan banyak hal sama Kaya
"Kamu ... Mahira, kan?" tanya Syafa ramah, tapi tak dibalas hal yang sama oleh Mahira."Bisa bicara sebentar?" pinta Mahira sedikit terdengar tak bersahabat."Oh, tentu! Silahkan duduk!" Ujar Syafa kemudian ikut duduk di hadapan Mahira.Sekilas Syafa menatap Santi, mengkode dengan mata bahwa semua b
"Lagian Teteh ngomongnya gitu? Masa nyalon jadi pelakor,""Lah, memang dia bilang begitu, kok!" cebik Syafa membuat mata Santi melebar."Iya?" Syafa mengangguk yakin."Gila! Gak bisa dibiarkan ini, Teh!" geram Santi."Sudah, biarkan saja! Ini urusan orang dewasa, anak kecil gak usah ikut-ikutan," Sa
"Maafkan Papa, Sayang." Lirihnya lagi lalu mulai melangkah meninggalkan rumah yang dulu pun menjadi tempatnya bernaung selama puluhan tahun itu.Hari mulai gelap saat kaki tuanya meninggalkan halaman rumah sang mantan istri. Dengan beribu penyesalan yang dia dekap seorang diri. Tak ada harap apapun
Rukaya tertegun sejenak menatap bangunan di hadapannya, dengan sedikit ragu ia mendatangi kediaman Sarma, dimana sang putri ikut tinggal bersama wanita sepuh tersebut sejak kejadian yang telah lalu.Sepulang dari penjara dia menginap satu malam di rumah Yuni kemudian keesokan harinya setelah Diaz me
"Ibu teh enggak maksa, Neng, jangan khawatir. Ibu mah terserah bagaimana Eneng saja. Mau di sini boleh, mau kembali ke rumah juga alhamdulillah. Yang harus Neng tahu teh Ibu sangat menyayangi Neng, jadi jangan khawatirkan apapun." lanjut Rukaya paham apa yang dipikirkan anaknya."Iya, Neng, Nini teh
Tepat bakda isya, Adji sampai di rumah bersama Syafa yang menjemputnya ke bandara. Tentunya setelah saling melepaskan rindu satu sama lain. Kepulangannya disambut hangat keluarga yang sudah hampir 3 minggu tak dijumpainya."Kok baru sampai?" cecar Santi yang sudah tak sabar menunggu kakak lelakinya
"Sayang, besok temani aku ketemu Mahira ya?" ajak Adji saat keduanya tengah berbaring di atas peraduan.Syafa mendongak, menatap wajah lelah suaminya. "Harus sama aku?" tanyanya balik."Iya, biar dia tahu kalau aku sudah tidak mungkin sama dia, apalagi permintaan gilanya itu untuk nambah istri." Teg
"Masya Allah, alhamdulillah, terimakasih banyak Wak, Bi. Neng, bahagia sekali," ujar Santi sepenuh hati menatap sayang kepada keluarga ayahnya itu satu persatu. Sampai kepada Rida, Santi teringat akan pesan yang dikirimkan oleh Bintang tadi."Oh iya, Neng teh sampai melupakan sesuatu," lanjutnya mem
Kunjungan keluarga Bintang ke rumah sakit tempat dirawatnya Santi tak hanya sekedar kunjungan biasa. Rupanya, terjadi pembicaraan serius antara Rusman dan Hendrawan terkait kelanjutan rencana pernikahan anak-anak mereka.Semua sudah dibicarakan dan tanggal pun sudah ditetapkan, yaitu 2 minggu lagi m
"Hayuk masuk atuh, kita sarapan dulu!" ajaknya usai memeluk Aisyah dan Linda bergantian. Bahkan, Hendrawan pun dia perlakukan bak anak sendiri."Kebetulan kita belum sarapan, Ni," balas Hendrawan yang segera melangkah masuk ke dalam rumah diikuti yang lainnya.Mereka bercengkerama selayaknya keluarg
"Sudah siap semua, A'?" tanya Hendrawan kepada Bintang yang tengah memakai sepatunya.Bintang mendongak menatap ayah sambungnya yang sudah terlihat semakin segar setelah 2 hari dia tunggui di rumah. Rupanya, sakitnya Hendrawan hanyalah penyakit malarindu kepada anak-anaknya saja. Setelah Bintang dan
Dalam pikirannya, kuliah dan mendapat gelar itu adalah penunjang langkah menuju sukses yang dia inginkan. Meski jalan yang dilalui tak mudah, tetapi memiliki ijazah sarjana adalah merupakan salah satu batu loncatan menuju puncak kesuksesan. Berbeda dengan Ikhsan yang memilih memgembangkan skil yang
Bintang membawa langkah dengan pasti saat burung besi yang mengatarnya pulang ke tanah air telah berhenti sempurna. Menderap langkah semakin cepat usai mengambil koper miliknya menuju pintu keluar bandara.Setelah hampir 5 jam di udara, akhirnya kakinya menapak tanah air dengan selamat. Namun, perja
Mau tak mau Santi pasrah juga, mengalungkan tangan di leher sang ayah yang terasa semakin tua itu. Menatap wajah lelaki hebatnya itu dalam-dalam. Sudah banyak keriput menghiasi wajah bapaknya, menandakan bahwa bapaknya tak lagi muda. Namun demikian, bapaknya masih kuat menggendongnya sampai ke toile
Waktu berputar begitu cepat, tanpa terasa mentari dengan cepat menghapus pekatnya langit malam. Usai sholat subuh, Bintang dengan segera bersiap untuk pulang ke tanah air. Mendapat penerbangan pagi membuatnya semakin tak sabar untuk bertemu dengan orang-orang yang dia rindukan.Dengan diantarkan ol
Di belahan bumi lain, Bintang tengah bersiap untuk kepulanganmya esok hari. Mengemasi beberapa pakaian yang akan dia bawa pulang. Kepulangannya kali ini bukan untuk tak kembali, karena masa pendidikannya juga belumlah usai."Berapa lama kamu di rumah, Tang?" tanya Abdi yang melihat rekan satu aparte