"Sayang, besok temani aku ketemu Mahira ya?" ajak Adji saat keduanya tengah berbaring di atas peraduan.Syafa mendongak, menatap wajah lelah suaminya. "Harus sama aku?" tanyanya balik."Iya, biar dia tahu kalau aku sudah tidak mungkin sama dia, apalagi permintaan gilanya itu untuk nambah istri." Teg
Ayu dan rekannya membantu Salma meminumkan obat itu kepada Salma yang nyaris tak sadarkan diri."Kasihan anak ini, apa kita beritahu sipir penjaga saja?" usul Ayu menatap rekannya."Besok pagi saja, biasanya setelah minum obat ini dia akan lebih baik." jawab rekannya.Ayu menurut, lalu kembali mereb
"Sebenarnya, saudara Salma sudah lama sakit, Pak, tapi kami dilarang untuk memberitahukan kondisinya kepada keluarga. Selama ini, dia hanya menjalani pengobatan di klinik lapas dan selalu mengkonsumsi obat yang diberikan dokter lapas. Hanya saja, kata teman satu selnya sejak semalam kondisi Salma ta
"Begini, Bu Handayani--""Hani saja, Dok." sela Hani tak sabar ingin mendengar penjelasan dokter muda itu."Oh, baiklah, Bu Hani. Jadi begini, seperti dugaan awal, saya pun menduga bahwa Anda mengalami yang namanya herpes genital yang disebabkan oleh virus HSV (Herpes Simplexs Virus).""Apa itu baha
"Jika kamu mau marah, marahlah Mahira. Marahlah di hadapanku karena aku berhak menerima itu. Kamu mau memakiku bahkan memukuliku, silahkan, agar hatimu lega.Namun, satu hal yang harus kamu ingat bahwa kita tidak pernah ada ikatan hubungan apapun di masa lalu. Kita hanya dua orang dewasa yang saling
"Untuk alasan lain, akan aku kirimkan ke kontak wa kamu. Setelah ini, silahkan cek sendiri. Aku tak perlu terlalu banyak membongkar aibmu di hadapan istriku, yang masih sangat menghargai kamu sebagai temanku." Adji mengampit jemari Syafa dalam genggamannya."Setelah ini, aku harap antara aku dan kam
Mahira menuruni tangga rumahnya dengan terburu-buru. Rasa khawatir dan kepanikan, membuatnya lupa bahwa dia tak tinggal sendiri di rumah besar itu."May ... Mau ke mana? Kok bawa koper?" tanya Listi yang menatap heran juga khawatir kepada putrinya."Em ... May ada kerjaan di luar kota, Ma. May lupa,
"Harusnya kamu senang dia begini?" suara berat lelaki di sampingnya terdengar pelan tetapi bak palu godam menghantam jiwanya.Dia bergeming, tak tahu harus bereaksi seperti apa. Mengingat kali terakhir mereka bertemu sebelum memutuskan pulang ke Bandung, mereka dalam keadaan yang tidak baik-baik saj
"Masya Allah, alhamdulillah, terimakasih banyak Wak, Bi. Neng, bahagia sekali," ujar Santi sepenuh hati menatap sayang kepada keluarga ayahnya itu satu persatu. Sampai kepada Rida, Santi teringat akan pesan yang dikirimkan oleh Bintang tadi."Oh iya, Neng teh sampai melupakan sesuatu," lanjutnya mem
Kunjungan keluarga Bintang ke rumah sakit tempat dirawatnya Santi tak hanya sekedar kunjungan biasa. Rupanya, terjadi pembicaraan serius antara Rusman dan Hendrawan terkait kelanjutan rencana pernikahan anak-anak mereka.Semua sudah dibicarakan dan tanggal pun sudah ditetapkan, yaitu 2 minggu lagi m
"Hayuk masuk atuh, kita sarapan dulu!" ajaknya usai memeluk Aisyah dan Linda bergantian. Bahkan, Hendrawan pun dia perlakukan bak anak sendiri."Kebetulan kita belum sarapan, Ni," balas Hendrawan yang segera melangkah masuk ke dalam rumah diikuti yang lainnya.Mereka bercengkerama selayaknya keluarg
"Sudah siap semua, A'?" tanya Hendrawan kepada Bintang yang tengah memakai sepatunya.Bintang mendongak menatap ayah sambungnya yang sudah terlihat semakin segar setelah 2 hari dia tunggui di rumah. Rupanya, sakitnya Hendrawan hanyalah penyakit malarindu kepada anak-anaknya saja. Setelah Bintang dan
Dalam pikirannya, kuliah dan mendapat gelar itu adalah penunjang langkah menuju sukses yang dia inginkan. Meski jalan yang dilalui tak mudah, tetapi memiliki ijazah sarjana adalah merupakan salah satu batu loncatan menuju puncak kesuksesan. Berbeda dengan Ikhsan yang memilih memgembangkan skil yang
Bintang membawa langkah dengan pasti saat burung besi yang mengatarnya pulang ke tanah air telah berhenti sempurna. Menderap langkah semakin cepat usai mengambil koper miliknya menuju pintu keluar bandara.Setelah hampir 5 jam di udara, akhirnya kakinya menapak tanah air dengan selamat. Namun, perja
Mau tak mau Santi pasrah juga, mengalungkan tangan di leher sang ayah yang terasa semakin tua itu. Menatap wajah lelaki hebatnya itu dalam-dalam. Sudah banyak keriput menghiasi wajah bapaknya, menandakan bahwa bapaknya tak lagi muda. Namun demikian, bapaknya masih kuat menggendongnya sampai ke toile
Waktu berputar begitu cepat, tanpa terasa mentari dengan cepat menghapus pekatnya langit malam. Usai sholat subuh, Bintang dengan segera bersiap untuk pulang ke tanah air. Mendapat penerbangan pagi membuatnya semakin tak sabar untuk bertemu dengan orang-orang yang dia rindukan.Dengan diantarkan ol
Di belahan bumi lain, Bintang tengah bersiap untuk kepulanganmya esok hari. Mengemasi beberapa pakaian yang akan dia bawa pulang. Kepulangannya kali ini bukan untuk tak kembali, karena masa pendidikannya juga belumlah usai."Berapa lama kamu di rumah, Tang?" tanya Abdi yang melihat rekan satu aparte