"Untuk alasan lain, akan aku kirimkan ke kontak wa kamu. Setelah ini, silahkan cek sendiri. Aku tak perlu terlalu banyak membongkar aibmu di hadapan istriku, yang masih sangat menghargai kamu sebagai temanku." Adji mengampit jemari Syafa dalam genggamannya."Setelah ini, aku harap antara aku dan kam
Mahira menuruni tangga rumahnya dengan terburu-buru. Rasa khawatir dan kepanikan, membuatnya lupa bahwa dia tak tinggal sendiri di rumah besar itu."May ... Mau ke mana? Kok bawa koper?" tanya Listi yang menatap heran juga khawatir kepada putrinya."Em ... May ada kerjaan di luar kota, Ma. May lupa,
"Harusnya kamu senang dia begini?" suara berat lelaki di sampingnya terdengar pelan tetapi bak palu godam menghantam jiwanya.Dia bergeming, tak tahu harus bereaksi seperti apa. Mengingat kali terakhir mereka bertemu sebelum memutuskan pulang ke Bandung, mereka dalam keadaan yang tidak baik-baik saj
Pemandangan itu pun turut meremat hati Tirta yang menyaksikan dari luar pintu kaca. Menyadari kesalahan karena perbuatannya. Abel hadir ke dunia karena dosa orang tuanya tetapi kenapa Tuhan begitu kejam menghukumnya! Tidak, ini bukan hukuman untuk gadis kecil itu, tetapi untuk kedua orang tuanya.Ba
Di rumah sakit yang berbeda, Roji masih menunggui anak bungsunya yang kini nampak kurus bak tinggal tulang berbalut kulit saja. Air mata sesekali masih mendobrak keluar dari kedua netranya yang masih basah.Penjelasan dari dokter akan kondisi sang anak seolah jarum yang menusuk-nusuk batin dan hatin
Merasakan nyeri luar biasa yang menyerang area sensitif sampai pinggulnya, tulang belulangnya seakan lepas dari pengaitnya. Keringat dingin mengucur deras mulai dari dahi sampai sekujur tubuhnya."Duh ... Kenapa sakit banget begini!" Jeritnya tertahan sambil meringkuk di kasur. Meremat bantal dan se
"Tugas negara, Teteh," kekeh Santi melihat kakak iparnya itu merengut kesal."Ish ... Neng mah gitu," cebik Syafa merengut."Emang, Neng mau ke mana, sih?" tanya Adji menatap adiknya."Mau jalan sama Mami, A' ... " jujur Santi akan rencananya."Ya, kan, bisa nanti pulang dari joging atuh." bujuk Sya
Hani termenung seorang diri di atas brankar. Di satu ruangan dengannya, ada seorang lagi yang pasien wanita sepertinya. Di sana, dia terbaring dengan ditunggui oleh dua orang lainnya. Hani memperhatikan mereka dengan seksama dan tiba-tiba matanya memanas seiring dengan perlakuan keluarga wanita itu.
"Masya Allah, alhamdulillah, terimakasih banyak Wak, Bi. Neng, bahagia sekali," ujar Santi sepenuh hati menatap sayang kepada keluarga ayahnya itu satu persatu. Sampai kepada Rida, Santi teringat akan pesan yang dikirimkan oleh Bintang tadi."Oh iya, Neng teh sampai melupakan sesuatu," lanjutnya mem
Kunjungan keluarga Bintang ke rumah sakit tempat dirawatnya Santi tak hanya sekedar kunjungan biasa. Rupanya, terjadi pembicaraan serius antara Rusman dan Hendrawan terkait kelanjutan rencana pernikahan anak-anak mereka.Semua sudah dibicarakan dan tanggal pun sudah ditetapkan, yaitu 2 minggu lagi m
"Hayuk masuk atuh, kita sarapan dulu!" ajaknya usai memeluk Aisyah dan Linda bergantian. Bahkan, Hendrawan pun dia perlakukan bak anak sendiri."Kebetulan kita belum sarapan, Ni," balas Hendrawan yang segera melangkah masuk ke dalam rumah diikuti yang lainnya.Mereka bercengkerama selayaknya keluarg
"Sudah siap semua, A'?" tanya Hendrawan kepada Bintang yang tengah memakai sepatunya.Bintang mendongak menatap ayah sambungnya yang sudah terlihat semakin segar setelah 2 hari dia tunggui di rumah. Rupanya, sakitnya Hendrawan hanyalah penyakit malarindu kepada anak-anaknya saja. Setelah Bintang dan
Dalam pikirannya, kuliah dan mendapat gelar itu adalah penunjang langkah menuju sukses yang dia inginkan. Meski jalan yang dilalui tak mudah, tetapi memiliki ijazah sarjana adalah merupakan salah satu batu loncatan menuju puncak kesuksesan. Berbeda dengan Ikhsan yang memilih memgembangkan skil yang
Bintang membawa langkah dengan pasti saat burung besi yang mengatarnya pulang ke tanah air telah berhenti sempurna. Menderap langkah semakin cepat usai mengambil koper miliknya menuju pintu keluar bandara.Setelah hampir 5 jam di udara, akhirnya kakinya menapak tanah air dengan selamat. Namun, perja
Mau tak mau Santi pasrah juga, mengalungkan tangan di leher sang ayah yang terasa semakin tua itu. Menatap wajah lelaki hebatnya itu dalam-dalam. Sudah banyak keriput menghiasi wajah bapaknya, menandakan bahwa bapaknya tak lagi muda. Namun demikian, bapaknya masih kuat menggendongnya sampai ke toile
Waktu berputar begitu cepat, tanpa terasa mentari dengan cepat menghapus pekatnya langit malam. Usai sholat subuh, Bintang dengan segera bersiap untuk pulang ke tanah air. Mendapat penerbangan pagi membuatnya semakin tak sabar untuk bertemu dengan orang-orang yang dia rindukan.Dengan diantarkan ol
Di belahan bumi lain, Bintang tengah bersiap untuk kepulanganmya esok hari. Mengemasi beberapa pakaian yang akan dia bawa pulang. Kepulangannya kali ini bukan untuk tak kembali, karena masa pendidikannya juga belumlah usai."Berapa lama kamu di rumah, Tang?" tanya Abdi yang melihat rekan satu aparte